Sebaik-baik Manusia Adalah Orang yang Bermanfaat Bagi Sesama (H.R Buchori Muslim)
“Hidup adalah perjalanan waktu dan perpindahan tempat. Kapan pun dan di mana pun kita berada, haruslah memberi manfaat bagi sesama, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Learn, Share, Success! (Muhammad Ali Murtadlo)”

Selasa, 24 Januari 2012

Penyakit Metropolitan

Jika kita disuruh memilih antara tinggal di desa atau tinggal di kota. Maka jawaban yang dominan adalah memilih tinggal di kota. Mengapa rata-rata kita senang untuk tinggal di kota?
Kehidupan di kota yang serba wah itulah yang menjadi daya tarik sendiri bagi kebanyakan masyarakat untuk menikmatinya. Sehingga bagi mereka yang tinggal dikota langkah yang dianggap tepat adalah melakukan urbanisasi. Sekilas, memang kehidupan di kota terlihat menyenangkan. Padahal secara kenyataan kehidupan di kota justru lebih soro dibanding tinggal di desa.
Ada kisah menarik yang patut kita cermati    . Ini adalah dialog Nabi Musa 'Alaihi Salam (AS) dengan ummatnya Bani Israil dalam pengembaraan mereka di gurun pasir selama 40 tahun. Tujuan Allah menyuruh mereka mengembara selama 40 tahun di gurun pasir itu adalah untuk mendapatkan generasi baru yang bermental ulet, tahan uji, tahan derita, berani, berjiwa merdeka, menggantikan generasi tua yang bermental budak dan manja. Dialog yang terjadi ini, adalah belum lama setelah mereka diselamatkan Allah dari kejaran Firaun (Parroh) bersama bala tenteranya.
Dialog ini adalah antara Nabi Musa AS dengan generasi tua. Seperti telah diketahui oleh, baik ummat Yahudi, maupun ummat Nasrani dan ummat Islam, Bani Israil selamat dari kejaran Firaun karena Allah memberikan mu'jizat kepada Nabi Musa AS. Laut Merah terbelah oleh pukulan tongkat Nabi Musa AS, bani Israil masuk dicelah-celah air laut yang terbelah, disusul oleh Fir’aun dan bala tenteranya. Setelah seluruh Bani Israil keluar dari celah-celah air itu, laut kembali bertaut, lalu tenggelamlah Fir’aun dan seluruh bala tenteranya.
Dalam pengembaraanya itu Allah SWT memberi anugerah khusus kepada mereka itu seperti firman Allah pada ayat ke-57 dalam Surat Al-Baqarah. Ada tiga jenis anugerah khusus: pertama, Al Ghama-mu atau awan pelindung dari teriknya matahari. Kedua,  Al Manna, sebangsa lumut rasanya manis yang mengandung zat yang terdiri dari hidrat arang. Ketiga, As-Salwa, sejenis burung yang mengandung protein dan lemak.
Dialog mulai dibuka oleh generasi tua tersebut: (Ya- Muwsa- lan nashbira 'ala- tha'a-min wa-hidin) wahai Musa kami sudah tidak tahan lagi dengan makanan yang dari itu ke itu saja. Kemudian mereka meminta lagi agar Nabi Musa berdoa kepada Allah SWT untuk minta makanan yang bermacam-macam, seperti yang telah pernah mereka rasakan dahulu. Maka Nabi Musa menjawab: (Atastabdiluwna lladzi- huwa adna- billadzi- huwa khairun,) mengapa kamu inginkan pengganti yang tidak baik atas yang sudah baik. Selanjutnya Nabi Musa berkata lagi: (Ihbithuw mishran, fainnalakum ma- saaltu), turunlah ke kota, di situ kamu akan dapatkan apa yang engkau kehendaki.
Selanjutnya Allah SWT menginformasikan kepada kita dalam Surat Al Baqarah ayat 61 seperti berikut: (Wa dhuribat 'alaihimu dzdzillatu walmaskanatu wa ba-u bighadhabin minaLla-hi dza-lika biannahum ka-nuw yakfuruwna bia-ya-ti Lla-hi wa yaqtuluwna nnabiyyi-na bi ghairi lhaqqi dza-lika bima- 'ashaw wa ka-nuw ya'taduwn), artinya: Dan ditimpakan kepada mereka kehinaan dan kesengsaraan, dan kenalah murka Allah disebabkan mereka itu ingkar akan ayat-ayat Allah, dan membunuh nabi-nabi dengan sewenang-wenang, demikianlah mereka itu kepala batu dan melanggar batas.
Ada dua hal yang dapat kita ambil pelajaran dari Q.S Al Baqarah, ayat 61 tersebut. Pertama, kecenderungan orang desa pergi turun ke kota (down town), berurbanisasi. Mereka itu mempunyai dorongan keinginan akan kehidupan yang lebih baik, makanan yang bermacam-macam, fasilitas yang lebih menyenangkan.
Nabi Musa AS memperingatkan mengapa kehidupan yang baik di gurun (baca: di desa) meminta ganti dengan kehidupan yang tidak baik di kota. Kita semua sudah tahu, betapa sekarang bahayanya makanan yang berjenis-jenis itu. Zat pewarna yang merusak hati, otak dan organ tubuh lainnya. Zat penyedap yang membahayakan kesehatan, makanan kaleng dengan zat pengawet penyebab kanker, belum lagi yang sudah kadaluarsa. Ini dari segi makanan, belum lagi udara sehat yang bersih di desa akan ditukar dengan udara yang sudah penuh dengan zat pencemar di kota.
Kedua, dan ini tidak kurang pentingnya yaitu secara sosiologis. Masyarakat desa merupakan suatu keluarga besar. Kehidupannya intim, namun kontrol sosial ketat, sehingga mudah terhindar dari kemaksiatan. Kontrol sosial yang ketat itu merupakan salah satu sisi mata uang, sedang sisi yang lain yaitu sistem perlindungan dan jaminan sosial yang cukup berkualitas. Lalu apa yang dialami oleh penduduk desa yang sudah berurbanisasi itu?
Frusturasi, karena sangat berlawanan dengan suasana desa. Suasana keluarga besar dengan kehidupan intim dan sistem perlindungan dan jaminan sosial seperti didesa sudah tidak ada lagi dalam suasana kota. Di kota kontrol sosial boleh dikatakan sudah sangat lemah, kehidupan menjadi nafsi-nafsi individual. Maka mudahlah terjerumus ke dalam kemaksiatan, karena lemahnya kontrol sosial.
Kehidupan intim lenyap, bahkan orang bertetangga sudah kurang saling mengenal, dipagari tembok tinggi, masing-masing sibuk sendiri. Orang menjadi kesepian di tengah-tengah orang ramai. Kesepian dicoba dihilangkan dengan kehidupan malam, tetapi penyakit kesepian itu tak kunjung-kunjung hilang.
Dan itulah penyakit di kota metropolitan, (adzdzillatu walmaskanatu) kehinaan dan kesengsaraan, (yakfuruwna bia-ya-tiLla-h) ingkar akan ayat-ayat Allah, (yaqtuluwna nnabiyyi-na) membunuh nabi-nabi, karena sekarang tidak ada nabi lagi, maka ayat itu berarti membunuh ajaran yang dibawa oleh para nabi. Jadi sudah lebih hebat dari hanya sekadar ingkar, kepala batu (ashaw) dan melampaui batas (ya'taduwn).
Maka kita yang hidup di kota sekarang ini, haruslah menyadari bahaya kedua penyakit itu. Penyakit yang diakibatkan makanan dan penyakit sosiologis, yang sudah ada sejak dahulu kala sekurang-kurangnya sejak zamannya Nabi Musa AS.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India