Sebaik-baik Manusia Adalah Orang yang Bermanfaat Bagi Sesama (H.R Buchori Muslim)
“Hidup adalah perjalanan waktu dan perpindahan tempat. Kapan pun dan di mana pun kita berada, haruslah memberi manfaat bagi sesama, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Learn, Share, Success! (Muhammad Ali Murtadlo)”

Jumat, 25 Desember 2015

Mempelajari Bahasa Penjajah


Oleh: Muhammad Ali Murtadlo*)
Menurut catatan sejarah, selama kurang lebih tiga setengah abad Belanda menjajah Indonesia. Bahkan menurut Rosihan Anwar (2010), Belanda tidak mengakui Proklamasi yang dikumandangkan Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945. Belanda baru mengakui penyerahan kedaulatan tanggal 27 Desember 1949 sebagai bermulanya negara merdeka berdaulat berbentuk federasi, yaitu Republik Indonesia Serikat (RIS). Sedemikian tegakah Belanda memperlakukan bangsa Indonesia sebagai negara jajahan?
Penjajahan selama itu tentu banyak sekali pengaruh yang ditinggalkan. Namun jangan berharap bahwa peninggalan yang diberikan Belanda adalah peninggalan yang bernuansa keilmuwan. Berbeda dengan negara bekas jajahan Inggris atau Prancis yang banyak meninggalkan pengaruh positif terutama pengaruh bahasa, negara jajahan Belanda justru hanya dieksploitasi kekayaan alamnya dan banyak terjadi tindakan pembodohan. Namun sejak penjajahan itu dihapuskan dari muka bumi, sebagai bangsa yang santun kita tidak menaruh dendam sedikitpun. Bahkan hubungan bilateral antara Indonesia-Belanda semakin hari semakin membaik.

Hingga sekarang, tercatat tak kurang dari 10.000 warga Indonesia yang berada di Belanda, baik untuk melanjutkan studi atau mengadu nasib di sana. Oleh karena itu, Kementerian Agama (Kemenag) melalui program 5000 Doktor mengadakan program penunjang untuk mempelajari bahasa Belanda. Ini merupakan langkah Kemenag untuk “menjajah” balik belanda. Bukan menjajah dalam arti perang senjata atau mengeksploitasi kekayaan alam Belanda melainkan “mencuri” keilmuwan yang berasal dari sana.
Program ini diadakan atas kerjasama Kementerian Agama melaui MORA (Ministry of Religion Affairs) Scholarship dengan Fakultas Ilmu Budaya departemen Bahasa Belanda Universitas Indonesia (FIB UI). Rencananya akan berlangsung selama kurang lebih 720 jam tatap muka atau sekitar 6 bulan. Koordinator Program, Masduqi pada saat acara pembukaan mengatakan bahwa program ini bukanlah program main-main, melainkan program super intensif yang nantinya akan berlanjut setiap tahun dikarenakan banyak sekali kajian keislaman yang literaturnya berbahasa Belanda. Maka diharapkan program ini nantinya dapat memperkaya kajian keislaman di Indonesia. Meskipun begitu mempelajari bahasa penjajah ternyata bukanlah perkara yang susah.

*) Peserta Program Mora Scholarship dari UIN Sunan Ampel Surabaya.

Tulisan ini dimuat di Koran Harian Surya Surabaya. http://surabaya.tribunnews.com/2015/12/22/mencetak-5000-doktor-kemenag

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India