Sebaik-baik Manusia Adalah Orang yang Bermanfaat Bagi Sesama (H.R Buchori Muslim)
“Hidup adalah perjalanan waktu dan perpindahan tempat. Kapan pun dan di mana pun kita berada, haruslah memberi manfaat bagi sesama, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Learn, Share, Success! (Muhammad Ali Murtadlo)”

Selasa, 12 Juli 2016

Surat-Surat Kepada Kawan: Upaya Untuk Selalu Mengingat(kan)nya


Berikut ini adalah penggalan kisah yang tak bisa diungkapkan semua. Sekelumit kenangan yang hanya menjadi cerita indah tatkala didongengkan ulang kepada anak cucu kelak. Cara lain untuk selalu mengingat dan mengingatkan bahwa ada aku dalam penggalan dan puzzle kisah hidup mereka. Mudah-mudahan apa yang aku harapkan tercapai. Vriendelijke Groetjes en zit u in Nederland!






Lieve Emak Ulya,

Emak, apa kabar? Sudah sampai jambikah? Cemy, abah cemy dan semuanya semoga sehat selalu. Aku berharap suatu saat nanti akan main kesana. Ke rumah yang pernah emak ceritakan. Jambi, katamu elok, nyaman dan layak huni. Benarkah demikian? Aku penasaran.

Pertemuan kita selama 6 bulan di Universitas Indonesia, tentu tak dapat semua aku ungkapkan dalam selembar kertas ini. Tapi aku mencoba mencurahkan kenangan-kenangan  yang sudah tersimpan rapi dalam memoriku. Semoga emak tak lupa dan juga masih rapi menyimpannya.

Emak pasti masih ingat saat aku, teh ila dan emak rela menunggu film AADC 2 di Cinema 21 Detos sampai jam 10 malam. Padahal kita sudah berangkat sejak setengah 5 saat kelas selesai. Cepet-cepet berangkat tapi tetep aja nggak kebagian tiket. Mondar-mandir cari tempat sholat. Terimakasih telah mentraktir makan soto di depan detos. Hehe. Sekarang mungkin emak sudah berkutat dengan mengajar di kampus. Semangat emak!

Setelah sekian lama kita bersama belajar dan berjibaku dengan ayat-ayat belanda yang bikin pusing kepala. Aku bangga denganmu mak, di usia yang sudah kepala tiga, masih semangat dan penuh gelora untuk belajar hal-hal baru. Tanpa disadari, aku termotivasi dengan semangatmu itu. Apalagi soal keceriaan, kau seolah tanpa beban. Itu yang aku sedikit banyak belajar darimu mak. Bahwa hidup itu tak harus dibuat susah, jalani dengan senyuman meski sebenarnya banyak masalah.

Emak, terima kasih sudah mau mendengarkan curhatanku. Soal rencana kuliah. Soal keuangan dan yang lainnya. Jujur aku orangnya agak tertutup. Tak semua orang aku ceritakan soal masalah hidupku, hanya orang-orang tertentu, yang aku nilai dapat dipercaya. Dan salah satunya kamu, emak. Dengan kedewasaan dan karakter sosok ibu, aku percaya emak dapat memberikan pencerahan dan solusi.

Satu lagi. Saat pegang HP Samsung J2, yang selalu menemaniku ini, aku pasti ingat kamu mak. HP ini aku beli dg uang pinjeman darimu. Terimakasih telah mewujudkan untuk mempunyai HP baru. Tenang saja mak, Hpnya aku gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat kog. Banyak aplikasi bermanfaat yang ku instal, Ijakarta, e-book, dan banyak aplikasi penunjang bahasa Belanda.

Oya lupa. Syal Malika yang emak kasih, masih aku simpen rapi kog. Nanti pas aku naik gunung akan aku bawa dan aku foto khusus buatmu mak. Sudah ya, nanti malah baper. Nggak berhenti2 menangis, kangen aku. Haha.

Dank je wel mak voor alles! Semoga emak tak pernah lupa, bahwa pernah ada aku dalam kepingan cerita hidupmu.

Groetjes,
Muhammad Ali Murtadlo

_______________________________________
Beste Teh ila,

Apa kabar teh ila? Sehat kan? Ciamis aman?

Saat pertama ketemu teteh di ruangan ketika tes wawancara, kemudian diantar ke stasiun Tasikmalaya itu, aku sudah berfirasat bahwa kita akan berjumpa lagi. Ternyata benar. Kita sama-sama diterima sebagai peserta kursus bahasa belanda selama enam bulan di Universitas Indonesia. Terimakasih teh, traktiran makan malamnya di Sumedang kala itu. Jujur, saat itu adalah pertama kalinya aku menginjakan kaki di Bandung.

Aku akan selalu mengingat saat kita tertawa bareng di kelas. Gaya bicaramu. Aksenmu yang belanda ciamis itu. Caramu bersikap, yang mungkin bagi sebagian orang terkesan angker dan konyol, namun bagiku teteh seperti sedang bebas menikmati hidup. Saat ngupil lalu dilempar sesukamu. Saat-saat makan siang, yang aku jarang keluar kelas namun suka meminta jajanmu. Ah, itu sudah berlalu teh. Tak akan lagi terulang moment-moment seperti itu lagi.

Aku juga akan selalu mengenang dan menyimpan segala pemberianmu teh. Tak terhitung. Bagiku,teteh adalah orang yang paling dermawan sedunia. Bakso malam , saat aku sendirian sedang Online di Pondok Cyntia, kosmu itu, menjadi pengganjal perut yang akan menjadi daging dan tenaga untuk aku beribadah teh. Saat itu aku memang sedang lapar. Namun menahannya. Begitu juga kacamata gerhana, kaos hitam yang kebesaran itu, akan menjadi pengingatku akan pernahnya kehadiran dirimu dalam sekuel perjalanan hidupku.

Aku mohon maaf jika ada salah kata yang membuat teteh tak enak hati. Perbuatan yang mungkin tak aku sadari menjadikan teteh sakit hati. Aku yang sering minta, makan punya orang seenaknya. Jarang beli jajan. Pokoknya semua kejelekanku maafkan ya teh. Tanpa diminta aku sudah merelakan semua salah kata dan perbuatanmu teh. O ya, terima kasih teh, telah membelikan aku tiket AADC 2. (atau aku yang pura-pura lupa tidak membayar. Hehe. Ikhlaskan ya teh). Itu menjadi pengalaman berhargaku bisa menonton film di Bioskop di sampingmu.

Terakhir, aku selalu berdoa untuk kesehatan, kelancaran, kebahagiaan dan kesuksesan rencana menikah dengan calonmu yang mirip artis itu. Semoga semuanya berjalan seperti yang diinginkan. Aku yakin suatu saat kita pasti dipertemukan kembali. Salam kangen ! Terima kasih untuk semuanya!

Groetjes,

Muhammad Ali Murtadlo


Lieve Jhon,

Enam bulan tidaklah cukup untuk berbagi kisah hidup jhon. Kamu pasti tahu itu. Sampai-sampai misi sederhana kita untuk menduduki semua stasiun  KRL tak kesampaian. Tapi tak apa. Kamu sudah banyak memberi warna dalam pertemuan singkat enam bulan itu.

Kamulah yang pertama risau saat aku belum jelas hendak menginap dimana ketika malam pertama itu. Kamu rela mengawal dan menuntunkan jalan. Menungguku di depan mushola FIB. Terima kasih jhon.

Saat-saat minggu pertama di kelas gedung V yang kita duduk berdekatan itu, tak akan mungkin bisa terulang. Saat dosen datang lalu kita menggunjingkannya ketika kelas sudah selesai. Cantik ya dosennya, atau keren ya dosennya. Atau saat pelajaran diterangkan kamu asyik mengheningkan cipta disudut sampingku. Semua tak akan terulang Jhon. Tapi semua akan selalu terkenang. 

Terima kasih juga atas semua pelajaran berharganya Jhon. Jalan-Jalan ke Jakarta. Kamulah yang mengenalkanku akan Taman Amir Hamzah. Kampus STAINU. Griya Gusdur. Pondok Ciganjur. Sampai-sampai kita rela jalan kaki dari PBNU di Matraman sampai PBNU di Kramat Jaya. Lalu jalan ke PGC di Cililitan naik busway dan kamu yang ngongkosin. Sholat di Istiqlal. Kemudian Thowaf mengelilingi Monas malam-malam karena pintu gerbang ditutup. Melewati MNC Tower. Tugu tani. Kantor PWI. Kemudian mengejar KRL terakhir ke stasiun Gondangdia. Itu semua akan menjadi cerita kelak bagi anak-anak cucuku Jhon. Bahwa aku pernah ke tempat-tempat tersebut dengan seorang teman yang baik hati. Sangat baik hati.

Aku memang suka baca Jhon. Sejak Aliyah dulu, aku sering ke perpustakaan sekolah yang koleksinya itu-itu aja. Hingga kuliyah, hampir setiap hari aku mampir ke Perpustakaan. Bahkan hampir setiap minggu aku beli buku. Sampai-sampai saat wisuda, aku bingung bagaimana memboyong buku-buku tersebut ke rumah. Tapi ketika mendengar ceritamu dan pemikiranmu yang aduhai itu, aku menjadi seolah kecil. Aku bukan apa-apa, dibanding kamu yang bacaannya lebih luas. Bahkan kamu sudah lebih dalam mengenal tokoh-tokoh pemikir ternama, sedangkan aku belum. Dari situ aku belajar banyak darimu Jhon. Dibalik sosok romelijkmu itu tersimpan aset berharga dalam otakmu. Terima kasih Jhon.

Kenangan-kenangan Backpakeran di Malaysia dan Singapura yang telah (akan) kita lalui itu semoga menjadi pengalaman berharga, bahwa kita pernah menginjakan kaki di negara lain.

Maaf jika aku belum mampu menjadi teman, kawan, sahabat, atau apalah namanya, yang baik buatmu Jhon. Yang jelas aku akan senang bisa kenal dan berkawan karib denganmu. Sampai ketemu di kesempatan dan keadaan yang lain orang bahari. See u on the top!

Groetjes,

Muhammad Ali Murtadlo


Lieve Alannuari,

Pertama mengenal namamu saat wawancara di gedung Kemenag, Jl. Lapangan Banteng. Ketika itu ada sertifikat yang dikeluarkan oleh GE atas namamu, ALAN NUARI, tergeletak di meja panitia. Meski belum melihat orangnya, aku bisa memprediksi bahwa kita pernah ada dan menjadi bagian dari Global English Pare meski beda waktu. Dan akhirnya, kita dipertemukan dan menjadi teman sekamar.

Enam bulan bersamamu dalam satu kamar kos minimax no. 8 telah mengukir dalam di memori ingatanku lan. Kamu yang tak mau tidur di kasur dan lebih memilih tidur di bawah dengan alas karpet. Kamu yang rela menempati rak lemari paling bawah. Kamu juga yang rela hanya ku sisakan sedikit tempat untuk buku-buku. Tapi kamu pasti mengakui, bahwa akulah yang rajin membersihkan kamar. Hahaha

Terima kasih lan untuk waktu yang berkualitas itu. Saat bulan-bulan pertama ketika materi bahasa belanda masih dengan Groene Book, Delfste Methode, itu kita belajar bersama. Menghafalkan woordenschat. Saling tebak menebak arti. Lalu sholat maghrib berjamaah di Al-faruq, makan malam di warung bapak. Pergi ke perpustakaan bareng, meski sebenarnya motivasi utamamu adalah ketemuan dengan si Anisa, cewekmu itu, bukan kebersamaan denganku. Tapi tak masalah. Aku mengerti. Toch aku juga pernah seperti itu. haha

Saat pertama kali libur panjang di minggu kedua itu, kamu mengajaku ke pondok tempatmu mengabdi di Bogor. Jujur itu pertama kalinya aku menginjakan kaki di Bogor. Bogor yang sebenarnya, bukan Bogor yang sering aku plesetkan sebagai tanah kelahiranku, BO joneGORo. Kamu banyak cerita tentang perjalanan hidupmu disana. Pagi-pagi, kamu mengajaku keliling naik motor menikmati udara pagi Bogor. Lalu siangnya ke Depok, ketemu dengan dosenmu, Pak Dana, yang pengusaha itu. Kamulah yang mengenalkanku dengan orang-orang hebat di dunia bisnis, baik Blogger hingga dunia internet marketing. Kamu juga yang pertama kali mengantarkanku menginjakan kaki di Masjid Kubah Emas yang terkenal itu. Lalu saat pulang, motor pinjeman temenmu itu, mogok. Kita harus mencari bengkel dan menunggu hingga tengah malam, tapi tetap saja motornya mogok. Terima kasih lan. Itu akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.

Satu lagi. Kamu juga yang mengajariku cara main gitar.Cara menyelaraskan nada dengan perasaan. Meski sampai saat ini aku belum bisa memainkan satu lagu pun. Tapi aku sudah hafal kunci-kunci dasar. Aku berjanji suatu saat nanti aku akan mempersembahkan lagu buatmu lan, tentu dengan iringan gitar dari jari-jariku.

Terakhir, semoga hubunganmu dengan Maharanisa, mahasiswa keperawatan UI itu, langgeng dan akan berlanjut hingga ke pelaminan dan hidup bahagia. Aku tunggu undangannya. InshaAllah aku akan hadir entah di Sambas, Kalbar atau di Depok belakang Vokasi.

Groetjes,

Muhammad Ali Murtadlo


Lieve Yusuf,

Mungkin saat pertama masuk kursus aku belum begitu mengenalmu boi. Aku agak takut, karena kesan pertama melihatmu, kamu sepertinya orang dari kalangan menengah ke atas. Dengan penampilan netjes dan memakai barang-barang bermerk. Aku menjadi agak sungkan mendekatimu. Tapi ternyata dugaanku salah. Setelah dekat denganmu di tiga bulan terakhir aku mulai mengerti karaktermu yang sesungguhnya. Terimakasih telah mengajariku banyak hal.

Kamulah yang mengenalkanku dengan beberapa networkingmu. Berawal darimu lah, aku bisa menginjakan kaki di Kantor Tempo, di Palmerah Barat, lewat acara mengenang Ben Anderson. Kamu juga yang mengajakku berada di Menara BCA, SKYE, menikmati Jakarta dari ketinggian lantai 97sembari meminum minuman yang aduhai mahalnya itu. Segelas kecil saja seharga makanan untuk  3x dalam 2 hari. Terimakasih traktirannya. Sering-sering ya! Haha.

Darimulah aku bisa mengenal orang-orang hebat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Lalu berlanjut menjadi tim Sekretariatan dalam tim Relawan. Yang sebenarnya aku tak melalukan apa-apa, hanya numpang eksis. Tapi itu sudah luar biasa, bisa masuk dan mengetahui seluk beluk kantor kementerian. Terimakasih!

Lewat kamu pula, aku bisa mencicipi masakan restoran bintang 4 bersama ERN, kawanmu yang dari Thailand itu. Lalu kita menuju Monas dan sayangnya sudah ditutup. Hanya foto-foto dibalik jeruji pagar. Aku tahu kamu mengajakku saat itu, selain untuk mengenalkanku dengan dia, adalah karena bahasa Inggrismu yang acak-acakan, lalu biar aku yang menjadi teman ngobrolnya. Tapi itu mengasyikan, ERN yang alumni peserta PPAN itu memang super lancar bahasa inggrisnya. Haha. Terimakasih telah mengopen mindedkan pemikiranku!

Sepertinya kamulah orang yang mencoba untuk membaca karakterku yang susah memulai pembicaraan dengan orang yang belum kenal. Aku memang begitu. Kurang bisa mencari teman, tapi sekalinya akrab akan akrab banget dan sulit dipisahkan. Aku mencoba menjadi orang yang easy going sepertimu. Yang mengedepankan urusan teman daripada persoalan pribadi. Yang tak perhitungan soal materi. Yang kreatif setengah mati. Yang pengalamannya setinggi langit dan seluas angkasa. Aku pengen banget seperti itu. Terima kasih sudah memberi jalan dan pencerahan.

Yang akan selalu kuingat adalah ketawamu, yang khas tak ada duanya. Sampai-sampai orang akan tahu siapa kamu, hanya dengan mendengar ketawamu. Satu lagi, soal suara. Aku yang sebenarnya pura-pura bisa menyanyi dan menjadi teman duetmu di depan kamar kos atas itu, akan menjadi rekaman terindah. Tenang, aku masih menyimpan rekamannya kog.

Mulai saat ini dan seterusnya mungkin kita tak lagi bersama dalam pertemuan, tapi kita akan selalu bersama dalam ingatan.

Groetjes,

Muhammad Ali Murtadlo



Beste Iza,

Kita memang satu daerah. Satu alumni. Satu produk dari At-Tanwir. Tapi kita baru dipertemukan secara tatap muka di sini. Di Jakarta ketika mengikuti seleksi wawancara program super intensif kursus bahasa belanda ini. Maklum dulu di sekolah kita tak izinkan bertemu karena cowok dan cewek dipisahkan oleh peraturan. Tapi sekarang kita diizinkan bersama selama enam bulan berjibaku dengan ayat-ayat Belanda.

Sebenarnya kita sudah lama kenal. Namun hanya lewat sms dan facebook saat itu. Kamu meneruskan kuliah di UIN Semarang sedangkan aku di UIN Surabaya. Aku tahu bahwa kamu adalah putri guruku, Pak Edi Subhan, yang saat itu mengajar pelajaran B. Inggris. Aku masih inget cara mengajarnya, cara beliau menerangkan pelajaran. Dan yang paling aku ingat adalah saat beliau mengajar memakai masker untuk menghindari asap produksi pentol saepan. Kamu pasti tahulah siapa saepan, tukang pentol yang terkenal dengan pentol atosnya. Haahha. Salam ya ke bapakmu za, semoga aku kecipratan barokahnya bisa mengunjungi Baitullah, makkatul mukarromah.

Mungkin selama di Kutek aku tak banyak ngobrol denganmu. Aku lebih memilih menanyakan kepadamu soal informasi yang belum aku ketahui saja. Tak pernah mengobrol serius soal yang lain. Di matamu mungkin aku orangnya agak jaim. Egois. Mementingkan diri sendiri. Selalu jalan sendiri di depan saat yang lain masih di belakang. Selalu memakai headset. Padahal headset itu hanya aksesoris za. Saat headset yang menancap di telingaku, aku tak selalu memutar musik. Itu sebenarnya hanya sebuah uji coba. Seberapa besar orang akan peduli denganku meski aku sedang memakai headset. Itu saja. Tapi kebanyakan orang tak mengetahui.

O ya, terima kasih sudah membelikan makan saat aku malas keluar kost. Maaf merepotkan. Tapi itu adalah salah satu caraku untuk menciptakan pahala buatmu za. Ya kan? Dengan rela dan mau dititipi makananan berarti telah mengamalkan firman Allah yang menyuruh kita untuk saling tolong menolong dalam hal kebaikan. Hehe, Ngeles.

Terakhir, aku ingin mengucapkan selamat atas gelar barunya. Di usiamu yang justru lebih muda dariku, 22 tahun, sudah mengantongi gelar Magister Pendidikan Islam. Bangga punya teman sepertimu. Semoga menjadi jembatan untuk meraih kesuksesan di masa mendatang.

InshaAllah hari raya nanti aku main ke rumahmu. Disiapkan ya! Hehe.

Bedankt!

Groetjes,

Muhammad Ali Murtadlo




Beste Papa Fadhli,

Selembar kertas ini tak akan mampu mengurai semua kenangan yang pernah ada diantara kita Pa. Banyak kenangan indah, dan tak sedikit pula yang menjengkelkan. Meski terkadang jengkel dengan tingkah kocak dan kenak-kanakanmu, aku merasa terhibur. Awal bertemu dulu saat kamu ikut nimbrung aku yang sedang makan nasi kotak wawancara, kamu terlihat berwibawa dan keren. Tapi seiring berjalannya waktu, saat kita sering jalan bersama-sama, di kelas, di luar, saat makan di kantin, saat jalan-jalan di Pekalongan di Bogor, kamu seolah melepaskan wibawa itu dan bertingkah kekanak-kanakan. Tapi itu asyik kog Pa.

Di kelas, kamulah yang selalu membuat tingkah. Saat mevrouw eliza sedang asyik menerangkan pelajaran, tiba-tiba handphonemu berbunyi dan tanpa salah langsung menjawab di kelas. Saat pelajaran berlangsung, kamulah yang paling bisa menghidupkan suasana. Ah, aku bakalan kangen dengan aksimu Pa. Sedikit melambai. Caramu mengedipkan mata. Menjulurkan lidah. Caramu menggoda Tatietje. Hingga cara larimu mengejar Bikun, tapi sebelum sampai, bikun sudah melaju duluan. Disitulah letak keunikanmu Pa. Hahaha. Kadang aku ketawa-ketawa sendiri saat ingat aksimu itu.

Kajian soal perempuan yang sedang kamu geluti, semoga akan tetap menjadi konsenmu. Menjadi aktivis perempuan atau bahkan menjadi walikota Bukittinggi seperti yang sering kamu ucapkan bahwa itu adalah cita-cita semenjak kecil. Semog kesampaian Pa. Suatu saat nanti ketika aku berkunjung ke sana dan melihat fotomu terpampang di mana-mana sebagai Walikota.

Maaf jika aku banyak salah. Maaf jika pernah menyakiti perasaanmu, meski aku tahu apakah kamu punya perasaan atau tidak. Haha. Terimakasih atas sharing ilmunya Pa. Selamat meninggalkan karakter pura-puramu yang penuh kekocakan dan kekanakan dan kembali menjadi seorang yang berwibawa sebagai dosen!

Bedankt Papa Vartan de Bokito!

Groetjes,

Muhammad Ali Murtadlo





Beste Mas Suryo,

Kita sepertinya jarang berkomunikasi secara intens mas. Tapi kebersamaan selama enam bulan itu tak mungkin tak ada bekasnya. Aku selalu menyimpannya dalam memori ingatan dan menyusunnya rapi. Serapi penampilanmu mas. Bagiku kamu sosok yang rapi dan mempunyai pemikiran luas. Perbendaharaan bukuku mungkin tak ada apa-apanya dibandingkan dengan koleksi bukumu yang aduhai, setiap minggu datang kiriman buku dan tak hanya itu kamu masih membeli buku di toko buku belakang kantin FIB.

Mas, dalam penilaianmu mungkin aku orangnya agak pendiem, penyendiri dan tak mau bersosialisasi. Sebenarnya bukan demikian. Aku agak sungkan dengan orang yang lebih berpemikiran luas dan terbuka. Aku minder. Mungkin karena selisih usia atau karena perbedaan budaya yang menyebabkan kita kurang akrab. Tapi jangan jadikan kekurangakraban ini sebagai alasan untuk melupakanku mas. Aku berharap nanti, ketika aku mendapatkan kesempatan berkunjung ke Medan, aku akan menghubungimu. Main ke tempatmu. Boleh kan?

Maaf mas, pasti aku banyak salah. Di belakang, tanpa kamu sadari aku sering meggerutu karena kamu sering bolos. Ini bukan karena aku benci denganmu mas. Aku hanya menghawatirkan, karena ada aturan bahwasanya prosentase kehadiran harus mencapai 80%. Aku hanya takut kamu terkena lampu merah. Itu saja sih.

Semoga kedepan, bersama istrimu, kamu dapat membina rumah tangga yang bahagia. Tak hanya kebahagiaan materi, tapi juga kebahagiaan nurani. Aku hanya mengingatkan saja mas, bahwa dalam perjalanan hidupmu, ada aku yang pernah hadir. Entah sebagai benalu,syukur-syukur bisa menjadi inspirasi atau motivasi. Haha. #Ngarep. Salam sukses!

Bedankt!

Groetjes,

Muhammad Ali Murtadlo


  


Beste Amin,

Semoga saat membaca surat ini, kamu dalam keadaan rileks dan santai. Banyak hal yang sebenarnya ingin aku katakan kepadamu. Tapi kamu tahu sendiri, aku tak terlalu bagus menyampaikannya dalam kata-kata yang tak menyinggung perasaan. Lebih baik aku tuliskan di sini. Agar tak ada dusta diantara kita.

Min, jujur entah kenapa, aku tak bisa berbaur secara all out denganmu. Aku merasa ada sekat diantara kita yang aku pun tak tahu apa sebabnya. Mungkin karena perbedaan karakter atau karena sebab lainnya, kita menjadi seolah berteman tapi dalam kepura-puraan. Atau mungkin ini hanya perasaanku saja, melainkan kamu menganggapnya biasa-biasa saja.   

Aku merasa kita selalu berbeda pendapat. Soal ini. Soal itu. Seperti soal obrolan yang sebenarnya tak penting di kamar kostmu dulu. Saat kita mendiskusikan langkah apa yang harus kita tempuh menanggapi sikap Kementerian Agama yang seolah memPHP kita. Saat itu ada kamu, Alan, Jhon, aku dan Yusuf. Kita berlima debat kusir yang tak ada ujungnya. Sebenarnya aku tak keberatan dengan itu. Tapi di hati kecilku ada semacam penilaian negatif tersendiri dari caramu berbicara, caramu menyampaikan pendapat dan caramu berdebat. Mungkin ini penilaian subjektifku. Tapi pasti, suatu saat nanti kita akan merindukan suasana seperti itu. Sepengetahuanku debat kusir kita itu masih terekam di HP Sony milik Yusuf. Kita bisa memintanya, lalu mendengarkan ulang dan dijamin pasti kita ketawa. Hahaha. Kapan kira-kira bisa bertemu lagi?

Enam bulan bersama pasti menyisakan moment yang tak terlupakan. Atau mungkin akan dilupakan seiring berlalunya zaman. Namun aku tetap ingat saat hari ulang tahunku yang ke 23 bulan maret lalu. Saat kita sedang latihan untuk persiapan tampil di acara taaldag. Tiba-tiba teman-teman semua memberi kejutan buatku. Kamu, saat itu, yang memegang kue dalam kardus, entah kue tar atau kue apa namanya, menyodorkan ke depanku sambil berkata : “Sini aku saja yang pegang kuenya, biar aku tak seperti bermusuhan terus dengan Ali”. Dengan diiringi nyanyian “Langzal de leven” semua bersorak mengucapkan kata selamat ulang tahun. Terima kasih min, mungkin di ultahmu nanti aku nggak bisa membalas hal yang  demikian. Tapi aku akan selalu mendoakan.

Semoga langkahmu kedepan, rencanamu kuliah di UGM menjadi kenyataan. Aku hanya bisa mendoakan! Salam sukses bro! See u on the top!

Bedankt!
Groetjes,

Muhammad Ali Murtadlo





Beste Mas Dahrul,

Mas Dahrul, apa kabar? Sehat? Apa kabarnya mbak umri dan “kandidat” babynya? Semoga lancar proses persalinannya ya. Dan menjadi anak sholeh jika cowok dan sholehah jika cewek. Cowok ataupun cewek pasti cakep dan cantik kayak orang tuanya.

Mas Dah, kenangan akan kebersamaan denganmu mungkin tak akan selesai jika hanya aku ungkapkan dengan perkataan, apalagi dalam selembar kata-kata ini. Terlalu banyak cerita yang mestinya ku sampaikan. Tapi karena terbatasnya media, aku akan menyampaikan seperlunya saja. Moment berharga denganmu jika harus ku jabarkan tak akan pernah usai.

Pekalongan dengan segala suasananya, dengan segala kenangannya, dengan segala keramah-tamahannya dan segala kesejukannya telah terekam indah dalam memoriku. Bukan hanya alamnya, tetapi juga penduduknya. Di Pekalongan aku banyak mendapatkan pelajaran. Terutama pelajaran bagaimana seharusnya menerima dan memulyakan tamu. Aku sebagai tamu merasa teristimewa. Terima kasih mas.

Di Pekalongan lah pertama kalinya aku berani main rafting, padahal tak bisa berenang. Lompat dari ketinggian 5 meter ke dalam air. Wuh pengalaman yang tak terlupakan itu mas. Apalagi saat bisa merasakan aliran air mengalir dalam celana. Hahaha, brrrrrr. Geli-geli gimana gitu. Hahaha.

Yang aku suka adalah melihat momen kemesraan kalian berdua. Kemesraan jalan berdua. Makan berdua. Ih bener2 bikin iri. Namun sayang, melihat moment seperti itu tak akan terulang. Mulai tahun ini dan mungkin empat tahun ke depan, kamu bersama istri sudah mulai belajar di Riyadh, meninggalkan kami di sini yang masih berjuang berangkat ke Belanda. Aku hanya bisa mendoakanmu mas. Semoga lancar semuanya! Doakan aku pula bisa berangkat ke Belanda lalu menjengukmu di Riyadh kemudian bareng-bareng naik haji atau umroh ke Mekkah. Amiin.

Kalau aku kangen, tinggal muter video kita yang pernah mas dah buat. Video yang menjadi juara satu menurut kita sendiri. Hahaha. Tapi benar kog, video tentang vakantie kita itu menjadi juara satu bila dibandingakan video teman-teman lain. Ah, kamu pasti inget siapa yang mencetuskan nama TALIDUL (Tati Ali Dahrul) itu. Aku kan! haha

Tot ziens in mecca mas!

Groetjes,

Muhammad Ali Murtadlo




Beste Dawam,

Saat aku ingat mevrouw Indira, tak dapat disangkal, aku pasti ingat kamu mas Dawam. Betapa tidak. Kamu pasti menjadi yang pertama tahu ketika kita-kita membicarakan mevrouw Indira. Bahkan kamu yang menciptakan nama spesial buatnya “Mevrouw Agent” dengan singkatan MA. Nama itu menjadi populer di kalangan kita, bahkan Menner Munif pun penasaran dibuatnya.

Kenangan selama enam bulan itu pasti tak akan lengkap tanpa cerita akan dirimu, mas dawam. Kamu lah yang selalu serba tahu dan menjadi no.1 saat yang lain masih tulalit memahami sulitnya ayat-ayat Belanda. Entah punya indera keenam seperti apa sehingga membuatmu laksana Ali bin Thalib yang gudangnya ilmu itu. Mungkin karena faktor genetika atau faktor “X” lain yang menjadikanmu seperti itu. Aku tak tahu. Yang jelas aku merasa bangga bisa mengenalmu.

Aku juga banyak belajar kepadamu soal menjalin hubungan jarak jauh (LDR). Betapa tidak,kamu yang sudah menikah dan punya putra itu, sudah terbiasa menagalaminya. Aku sepertinya tak akan sanggup demikian. Tapi toch, kamu bisa bertahan dengan kondisi semacam itu. Aku harus banyak belajar kepadamu, jika suatu saat nanti, mungkin karena alasan terpaksa aku harus meninggalkan anak isteri. Mau kan ngasih tips-tipsnya? Hehe.

Aku juga minta maaf kalau ada yang salah. Baik dalm perkataan maupun perbuatan. Tanpa kita pungkiri hal semacam itu pasti ada, dan tak bisa kita elak. Suatu saat nanti, ketika aku ditanya malaikat karena kesalahanku kepadamu, aku punya bukti bahwa aku sudah meminta maaf lewat surat ini.

Terakhir, titip salam kepada putramu mikail, yang lucu ketika lihat foto-fotonya di Facebook. Sungguh keluarga idaman, istri cantik dan anak lucu dan sholeh. Semoga kelak aku bisa mengikuti jejakmu mas. Suatu saat kalau sedang lewat Bojonegoro, mampirlah di gubukku, di Teleng, RT/RW:002/001 Kec. Sumberejo, Kab. Bojonegoro.

Bedankt!
Groetjes,

Muhammad Ali Murtadlo





Beste Pak Dayat,

Pak Dayat yang macho! Apa kabar? Semoga perjalanannya dari Jakarta ke Padang berjalan mulus.
Banyak kenangan yang sudah terjalin diantara kita pak. Enam bulan bukan waktu yang singkat untuk mengukir sebuah kenangan. Jika diibaratkan membangun rumah, waktu enam bulan itu sudah menjadi sebuah rumah lengkap dengan segala fasilitasnya. Seperti itu pula pertemuan kita selama enam bulan itu.

Bagiku kesan yang paling aku ingat dari pak dayat adalah sering datang telat. Itu mungkin karena pak dayat sering tidur larut malam. Ah, aku pasti rindu teriak-teriak membangunkanmu ketika berangkat ke kampus. Kebersamaan di Bis kuning. Kebersamaan di kelas, di Kebun Raya Bogor dan di Sukabumi. Semoga pak dayat tak lupa akan kebersamaan itu.

Pak dayat, aku mohon maaf. Pasti banyak salah yang pernah kuperbuat padamu. Aku sebenarnya bukan mencemooh orang yang sedang belajar. Apalagi membenci. Bukan. Itu hanya ekspresi kegemasan aja pak. Maaf kalau pak dayat menganggapnya itu sebuah cemooh. Padahal nggak ada maksud demikian.
Banyak hal yang aku pelajari darimu pak day. Kamu yang seorang antropolog itu pastinya jauh lebih mengerti tentang seluk beluk masyarakat dan segala perilakunya. Aku ingin belajar bagaimana menjadi masyarakat yang baik. Yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Dan aku sedikit banyak telah belajar darimu.

Terakhir, kenangan –kenangan itu mungkin tidak akan terjadi lagi di lain hari. Tapi arti kebersamaan itu tetap tertancap dalam hati. Aku pasti akan main ke Padang, mengunjungi rumahmu di hari pernikahanmu nanti. Ku tunggu undangan beserta tiket pulang pergi nya. Hehe.

Groetjes,

Muhammad Ali Murtadlo





Beste Tatietje,

Apa kabar onderzoeker? Semoga sehat selalu agar tetap dapat melakukan onderzoek dengan lancar.
Tati, awal kenalan denganmu mungkin tak begitu terkesan. Kamu duduk di depan dan aku duduk di deretan belakang. Tapi seriring berjalannya waktu, toch kita akrab juga. Waktu enam bulan itu tak mungkin berlalu begitu saja. Ada hal-hal menarik yang bisa kita ambil sebagai pelajaran.

Awal melihat namamu, Tati Rohayati, didaftar peserta penerima kursus bahasa Belanda aku sempat kaget. Bertanya-tanya dalam hati. Padahal dalam daftar wawancara tak ada namamu, tapi kog tercantum dalam daftar penerima. Itu yang membuat aku kaget. Berarti kamu itu orang sakti, bisa masuk tanpa seleksi. Tapi pasti ada alasan lain mengapa seperti itu? Boleh dong dijelaskan, agar rasa penasaranku terobati. Bales email ya! Kalau sempat. hehe

Awal-awal dulu aku melihat bahwa kamu orangnya paling aktif di kelas. Menginisiatif untuk menghubungi orang kemenag terkait apa yang kita perlukan. Aku sangat terkesan akan langkah tersebut.

Enam bulan berlalu tentu banyak kesan-kesan yang kita dapatkan. Aku banyak belajar darimu soal arti semangat. Kamu yang saat itu sedang sakit lantaran jatuh dari motor karena kecelakaan, begitu semangatnya ingin terus belajar dan berangkat ke depok padahal kondisi masih belum pulih benar. Kami, aku, yusuf, jhon, emak ulya, teh ila dan iza, yang menjenguk di rumahmu, Serang Banten itu, merasa iba melihat kondisimu. Tapi kamu masih memiliki semangat untuk terus belajar. Semangat mu sungguh luar biasa tat. Kuacungi jempol.

Kamu pasti bakal merindukan saat bersama dalam kelas. Membaca tekst. Belajar grammar. Menulis. Spereken. Dan segala materi tentang bahasa belanda. Saat kamu seolah-olah selalu sebagai bahan ledekan dengan berbagai sindiran; Rexona. Onderzoeker. Singapoor geweest. Sampai soal dipasang-pasangkan dengan Yusuf, Alan, Papa, bahkan aku pun kena. Tapi kamu tetap menganggapnya sebagai hal biasa. Itu entah karena percaya diri atau kurang merasa, aku tetap menilainya positif. Momen yang demikian tak akan terulang lagi di kemudian hari.

Terakhir, aku mohon maaf jika selama pertemuan ini ada salah kata maupun sikap yang menyinggung perasaanmu. Aku harap nanti kita bisa bekerja sama sebagai onderzoeker yang benar-benar onderzoker. Sampai ketemu lagi !

Bedankt!
Groetjes,

Muhammad Ali Murtadlo

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India