Berikut ini adalah penggalan kisah yang tak bisa diungkapkan semua. Sekelumit kenangan yang hanya menjadi cerita indah tatkala didongengkan ulang kepada anak cucu kelak. Cara lain untuk selalu mengingat dan mengingatkan bahwa ada aku dalam penggalan dan puzzle kisah hidup mereka. Mudah-mudahan apa yang aku harapkan tercapai. Vriendelijke Groetjes en zit u in Nederland!
Lieve Emak Ulya,
Emak, apa kabar? Sudah sampai jambikah?
Cemy, abah cemy dan semuanya semoga sehat selalu. Aku berharap suatu saat nanti
akan main kesana. Ke rumah yang pernah emak ceritakan. Jambi, katamu elok,
nyaman dan layak huni. Benarkah demikian? Aku penasaran.
Pertemuan kita selama 6 bulan di
Universitas Indonesia, tentu tak dapat semua aku ungkapkan dalam selembar
kertas ini. Tapi aku mencoba mencurahkan kenangan-kenangan yang sudah tersimpan rapi dalam memoriku.
Semoga emak tak lupa dan juga masih rapi menyimpannya.
Emak pasti masih ingat saat aku, teh
ila dan emak rela menunggu film AADC 2 di Cinema 21 Detos sampai jam 10 malam.
Padahal kita sudah berangkat sejak setengah 5 saat kelas selesai. Cepet-cepet
berangkat tapi tetep aja nggak kebagian tiket. Mondar-mandir cari tempat
sholat. Terimakasih telah mentraktir makan soto di depan detos. Hehe. Sekarang
mungkin emak sudah berkutat dengan mengajar di kampus. Semangat emak!
Setelah sekian lama kita bersama
belajar dan berjibaku dengan ayat-ayat belanda yang bikin pusing kepala. Aku
bangga denganmu mak, di usia yang sudah kepala tiga, masih semangat dan penuh
gelora untuk belajar hal-hal baru. Tanpa disadari, aku termotivasi dengan
semangatmu itu. Apalagi soal keceriaan, kau seolah tanpa beban. Itu yang aku
sedikit banyak belajar darimu mak. Bahwa hidup itu tak harus dibuat susah,
jalani dengan senyuman meski sebenarnya banyak masalah.
Emak, terima kasih sudah mau
mendengarkan curhatanku. Soal rencana kuliah. Soal keuangan dan yang lainnya.
Jujur aku orangnya agak tertutup. Tak semua orang aku ceritakan soal masalah
hidupku, hanya orang-orang tertentu, yang aku nilai dapat dipercaya. Dan salah
satunya kamu, emak. Dengan kedewasaan dan karakter sosok ibu, aku percaya emak
dapat memberikan pencerahan dan solusi.
Satu lagi. Saat pegang HP Samsung
J2, yang selalu menemaniku ini, aku pasti ingat kamu mak. HP ini aku beli dg
uang pinjeman darimu. Terimakasih telah mewujudkan untuk mempunyai HP baru.
Tenang saja mak, Hpnya aku gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat kog. Banyak
aplikasi bermanfaat yang ku instal, Ijakarta, e-book, dan banyak aplikasi
penunjang bahasa Belanda.
Oya lupa. Syal Malika yang emak
kasih, masih aku simpen rapi kog. Nanti pas aku naik gunung akan aku bawa dan
aku foto khusus buatmu mak. Sudah ya, nanti malah baper. Nggak berhenti2
menangis, kangen aku. Haha.
Dank je wel mak voor alles! Semoga
emak tak pernah lupa, bahwa pernah ada aku dalam kepingan cerita hidupmu.
Groetjes,
Muhammad Ali Murtadlo
_______________________________________
Beste Teh ila,
Apa kabar teh ila? Sehat kan? Ciamis
aman?
Saat pertama ketemu teteh di ruangan
ketika tes wawancara, kemudian diantar ke stasiun Tasikmalaya itu, aku sudah
berfirasat bahwa kita akan berjumpa lagi. Ternyata benar. Kita sama-sama
diterima sebagai peserta kursus bahasa belanda selama enam bulan di Universitas
Indonesia. Terimakasih teh, traktiran makan malamnya di Sumedang kala itu.
Jujur, saat itu adalah pertama kalinya aku menginjakan kaki di Bandung.
Aku akan selalu mengingat saat kita
tertawa bareng di kelas. Gaya bicaramu. Aksenmu yang belanda ciamis itu. Caramu
bersikap, yang mungkin bagi sebagian orang terkesan angker dan konyol, namun
bagiku teteh seperti sedang bebas menikmati hidup. Saat ngupil lalu dilempar
sesukamu. Saat-saat makan siang, yang aku jarang keluar kelas namun suka
meminta jajanmu. Ah, itu sudah berlalu teh. Tak akan lagi terulang
moment-moment seperti itu lagi.
Aku juga akan selalu mengenang dan
menyimpan segala pemberianmu teh. Tak terhitung. Bagiku,teteh adalah orang yang
paling dermawan sedunia. Bakso malam , saat aku sendirian sedang Online di
Pondok Cyntia, kosmu itu, menjadi pengganjal perut yang akan menjadi daging dan
tenaga untuk aku beribadah teh. Saat itu aku memang sedang lapar. Namun
menahannya. Begitu juga kacamata gerhana, kaos hitam yang kebesaran itu, akan
menjadi pengingatku akan pernahnya kehadiran dirimu dalam sekuel perjalanan
hidupku.
Aku mohon maaf jika ada salah kata
yang membuat teteh tak enak hati. Perbuatan yang mungkin tak aku sadari
menjadikan teteh sakit hati. Aku yang sering minta, makan punya orang
seenaknya. Jarang beli jajan. Pokoknya semua kejelekanku maafkan ya teh. Tanpa
diminta aku sudah merelakan semua salah kata dan perbuatanmu teh. O ya, terima
kasih teh, telah membelikan aku tiket AADC 2. (atau aku yang pura-pura lupa
tidak membayar. Hehe. Ikhlaskan ya teh). Itu menjadi pengalaman berhargaku bisa
menonton film di Bioskop di sampingmu.
Terakhir, aku selalu berdoa untuk
kesehatan, kelancaran, kebahagiaan dan kesuksesan rencana menikah dengan calonmu
yang mirip artis itu. Semoga semuanya berjalan seperti yang diinginkan. Aku
yakin suatu saat kita pasti dipertemukan kembali. Salam kangen ! Terima kasih
untuk semuanya!
Groetjes,
Muhammad Ali Murtadlo
Enam bulan tidaklah cukup untuk
berbagi kisah hidup jhon. Kamu pasti tahu itu. Sampai-sampai misi sederhana
kita untuk menduduki semua stasiun KRL
tak kesampaian. Tapi tak apa. Kamu sudah banyak memberi warna dalam pertemuan
singkat enam bulan itu.
Kamulah yang pertama risau saat aku
belum jelas hendak menginap dimana ketika malam pertama itu. Kamu rela mengawal
dan menuntunkan jalan. Menungguku di depan mushola FIB. Terima kasih jhon.
Saat-saat minggu pertama di kelas
gedung V yang kita duduk berdekatan itu, tak akan mungkin bisa terulang. Saat
dosen datang lalu kita menggunjingkannya ketika kelas sudah selesai. Cantik ya
dosennya, atau keren ya dosennya. Atau saat pelajaran diterangkan kamu asyik
mengheningkan cipta disudut sampingku. Semua tak akan terulang Jhon. Tapi semua
akan selalu terkenang.
Terima kasih juga atas semua
pelajaran berharganya Jhon. Jalan-Jalan ke Jakarta. Kamulah yang mengenalkanku
akan Taman Amir Hamzah. Kampus STAINU. Griya Gusdur. Pondok Ciganjur.
Sampai-sampai kita rela jalan kaki dari PBNU di Matraman sampai PBNU di Kramat
Jaya. Lalu jalan ke PGC di Cililitan naik busway dan kamu yang ngongkosin.
Sholat di Istiqlal. Kemudian Thowaf mengelilingi Monas malam-malam karena pintu
gerbang ditutup. Melewati MNC Tower. Tugu tani. Kantor PWI. Kemudian mengejar
KRL terakhir ke stasiun Gondangdia. Itu semua akan menjadi cerita kelak bagi
anak-anak cucuku Jhon. Bahwa aku pernah ke tempat-tempat tersebut dengan
seorang teman yang baik hati. Sangat baik hati.
Aku memang suka baca Jhon. Sejak
Aliyah dulu, aku sering ke perpustakaan sekolah yang koleksinya itu-itu aja.
Hingga kuliyah, hampir setiap hari aku mampir ke Perpustakaan. Bahkan hampir
setiap minggu aku beli buku. Sampai-sampai saat wisuda, aku bingung bagaimana
memboyong buku-buku tersebut ke rumah. Tapi ketika mendengar ceritamu dan
pemikiranmu yang aduhai itu, aku menjadi seolah kecil. Aku bukan apa-apa,
dibanding kamu yang bacaannya lebih luas. Bahkan kamu sudah lebih dalam mengenal
tokoh-tokoh pemikir ternama, sedangkan aku belum. Dari situ aku belajar banyak
darimu Jhon. Dibalik sosok romelijkmu itu tersimpan aset berharga dalam otakmu.
Terima kasih Jhon.
Kenangan-kenangan Backpakeran di Malaysia
dan Singapura yang telah (akan) kita lalui itu semoga menjadi pengalaman
berharga, bahwa kita pernah menginjakan kaki di negara lain.
Maaf jika aku belum mampu menjadi
teman, kawan, sahabat, atau apalah namanya, yang baik buatmu Jhon. Yang jelas aku
akan senang bisa kenal dan berkawan karib denganmu. Sampai ketemu di kesempatan
dan keadaan yang lain orang bahari. See u on the top!
Groetjes,
Muhammad Ali Murtadlo
Lieve Alannuari,
Pertama mengenal namamu saat
wawancara di gedung Kemenag, Jl. Lapangan Banteng. Ketika itu ada sertifikat
yang dikeluarkan oleh GE atas namamu, ALAN NUARI, tergeletak di meja panitia.
Meski belum melihat orangnya, aku bisa memprediksi bahwa kita pernah ada dan
menjadi bagian dari Global English Pare meski beda waktu. Dan akhirnya, kita
dipertemukan dan menjadi teman sekamar.
Enam bulan bersamamu dalam satu
kamar kos minimax no. 8 telah mengukir dalam di memori ingatanku lan. Kamu yang
tak mau tidur di kasur dan lebih memilih tidur di bawah dengan alas karpet.
Kamu yang rela menempati rak lemari paling bawah. Kamu juga yang rela hanya ku
sisakan sedikit tempat untuk buku-buku. Tapi kamu pasti mengakui, bahwa akulah
yang rajin membersihkan kamar. Hahaha
Terima kasih lan untuk waktu yang
berkualitas itu. Saat bulan-bulan pertama ketika materi bahasa belanda masih
dengan Groene Book, Delfste Methode, itu kita belajar bersama. Menghafalkan
woordenschat. Saling tebak menebak arti. Lalu sholat maghrib berjamaah di
Al-faruq, makan malam di warung bapak. Pergi ke perpustakaan bareng, meski
sebenarnya motivasi utamamu adalah ketemuan dengan si Anisa, cewekmu itu, bukan
kebersamaan denganku. Tapi tak masalah. Aku mengerti. Toch aku juga pernah
seperti itu. haha
Saat pertama kali libur panjang di
minggu kedua itu, kamu mengajaku ke pondok tempatmu mengabdi di Bogor. Jujur
itu pertama kalinya aku menginjakan kaki di Bogor. Bogor yang sebenarnya, bukan
Bogor yang sering aku plesetkan sebagai tanah kelahiranku, BO joneGORo. Kamu
banyak cerita tentang perjalanan hidupmu disana. Pagi-pagi, kamu mengajaku
keliling naik motor menikmati udara pagi Bogor. Lalu siangnya ke Depok, ketemu
dengan dosenmu, Pak Dana, yang pengusaha itu. Kamulah yang mengenalkanku dengan
orang-orang hebat di dunia bisnis, baik Blogger hingga dunia internet
marketing. Kamu juga yang pertama kali mengantarkanku menginjakan kaki di
Masjid Kubah Emas yang terkenal itu. Lalu saat pulang, motor pinjeman temenmu
itu, mogok. Kita harus mencari bengkel dan menunggu hingga tengah malam, tapi
tetap saja motornya mogok. Terima kasih lan. Itu akan menjadi kenangan yang tak
terlupakan.
Satu lagi. Kamu juga yang
mengajariku cara main gitar.Cara menyelaraskan nada dengan perasaan. Meski
sampai saat ini aku belum bisa memainkan satu lagu pun. Tapi aku sudah hafal
kunci-kunci dasar. Aku berjanji suatu saat nanti aku akan mempersembahkan lagu
buatmu lan, tentu dengan iringan gitar dari jari-jariku.
Terakhir, semoga hubunganmu dengan
Maharanisa, mahasiswa keperawatan UI itu, langgeng dan akan berlanjut hingga ke
pelaminan dan hidup bahagia. Aku tunggu undangannya. InshaAllah aku akan hadir
entah di Sambas, Kalbar atau di Depok belakang Vokasi.
Groetjes,
Muhammad Ali Murtadlo
Lieve Yusuf,
Mungkin saat pertama masuk kursus
aku belum begitu mengenalmu boi. Aku agak takut, karena kesan pertama melihatmu,
kamu sepertinya orang dari kalangan menengah ke atas. Dengan penampilan netjes
dan memakai barang-barang bermerk. Aku menjadi agak sungkan mendekatimu. Tapi
ternyata dugaanku salah. Setelah dekat denganmu di tiga bulan terakhir aku
mulai mengerti karaktermu yang sesungguhnya. Terimakasih telah mengajariku
banyak hal.
Kamulah yang mengenalkanku dengan
beberapa networkingmu. Berawal darimu lah, aku bisa menginjakan kaki di Kantor
Tempo, di Palmerah Barat, lewat acara mengenang Ben Anderson. Kamu juga yang
mengajakku berada di Menara BCA, SKYE, menikmati Jakarta dari ketinggian lantai
97sembari meminum minuman yang aduhai mahalnya itu. Segelas kecil saja seharga
makanan untuk 3x dalam 2 hari.
Terimakasih traktirannya. Sering-sering ya! Haha.
Darimulah aku bisa mengenal
orang-orang hebat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Lalu berlanjut
menjadi tim Sekretariatan dalam tim Relawan. Yang sebenarnya aku tak melalukan
apa-apa, hanya numpang eksis. Tapi itu sudah luar biasa, bisa masuk dan mengetahui
seluk beluk kantor kementerian. Terimakasih!
Lewat kamu pula, aku bisa mencicipi
masakan restoran bintang 4 bersama ERN, kawanmu yang dari Thailand itu. Lalu
kita menuju Monas dan sayangnya sudah ditutup. Hanya foto-foto dibalik jeruji
pagar. Aku tahu kamu mengajakku saat itu, selain untuk mengenalkanku dengan
dia, adalah karena bahasa Inggrismu yang acak-acakan, lalu biar aku yang
menjadi teman ngobrolnya. Tapi itu mengasyikan, ERN yang alumni peserta PPAN
itu memang super lancar bahasa inggrisnya. Haha. Terimakasih telah mengopen
mindedkan pemikiranku!
Sepertinya kamulah orang yang mencoba
untuk membaca karakterku yang susah memulai pembicaraan dengan orang yang belum
kenal. Aku memang begitu. Kurang bisa mencari teman, tapi sekalinya akrab akan
akrab banget dan sulit dipisahkan. Aku mencoba menjadi orang yang easy going
sepertimu. Yang mengedepankan urusan teman daripada persoalan pribadi. Yang tak
perhitungan soal materi. Yang kreatif setengah mati. Yang pengalamannya
setinggi langit dan seluas angkasa. Aku pengen banget seperti itu. Terima kasih
sudah memberi jalan dan pencerahan.
Yang akan selalu kuingat adalah
ketawamu, yang khas tak ada duanya. Sampai-sampai orang akan tahu siapa kamu,
hanya dengan mendengar ketawamu. Satu lagi, soal suara. Aku yang sebenarnya
pura-pura bisa menyanyi dan menjadi teman duetmu di depan kamar kos atas itu,
akan menjadi rekaman terindah. Tenang, aku masih menyimpan rekamannya kog.
Mulai saat ini dan seterusnya
mungkin kita tak lagi bersama dalam pertemuan, tapi kita akan selalu bersama
dalam ingatan.
Groetjes,
Muhammad Ali Murtadlo
Beste Iza,
Kita memang satu daerah. Satu
alumni. Satu produk dari At-Tanwir. Tapi kita baru dipertemukan secara tatap
muka di sini. Di Jakarta ketika mengikuti seleksi wawancara program super
intensif kursus bahasa belanda ini. Maklum dulu di sekolah kita tak izinkan
bertemu karena cowok dan cewek dipisahkan oleh peraturan. Tapi sekarang kita
diizinkan bersama selama enam bulan berjibaku dengan ayat-ayat Belanda.
Sebenarnya kita sudah lama kenal.
Namun hanya lewat sms dan facebook saat itu. Kamu meneruskan kuliah di UIN
Semarang sedangkan aku di UIN Surabaya. Aku tahu bahwa kamu adalah putri
guruku, Pak Edi Subhan, yang saat itu mengajar pelajaran B. Inggris. Aku masih
inget cara mengajarnya, cara beliau menerangkan pelajaran. Dan yang paling aku
ingat adalah saat beliau mengajar memakai masker untuk menghindari asap
produksi pentol saepan. Kamu pasti tahulah siapa saepan, tukang pentol yang
terkenal dengan pentol atosnya. Haahha. Salam ya ke bapakmu za, semoga aku
kecipratan barokahnya bisa mengunjungi Baitullah, makkatul mukarromah.
Mungkin selama di Kutek aku tak
banyak ngobrol denganmu. Aku lebih memilih menanyakan kepadamu soal informasi
yang belum aku ketahui saja. Tak pernah mengobrol serius soal yang lain. Di
matamu mungkin aku orangnya agak jaim. Egois. Mementingkan diri sendiri. Selalu
jalan sendiri di depan saat yang lain masih di belakang. Selalu memakai
headset. Padahal headset itu hanya aksesoris za. Saat headset yang menancap di
telingaku, aku tak selalu memutar musik. Itu sebenarnya hanya sebuah uji coba.
Seberapa besar orang akan peduli denganku meski aku sedang memakai headset. Itu
saja. Tapi kebanyakan orang tak mengetahui.
O ya, terima kasih sudah membelikan
makan saat aku malas keluar kost. Maaf merepotkan. Tapi itu adalah salah satu
caraku untuk menciptakan pahala buatmu za. Ya kan? Dengan rela dan mau dititipi
makananan berarti telah mengamalkan firman Allah yang menyuruh kita untuk
saling tolong menolong dalam hal kebaikan. Hehe, Ngeles.
Terakhir, aku ingin mengucapkan
selamat atas gelar barunya. Di usiamu yang justru lebih muda dariku, 22 tahun,
sudah mengantongi gelar Magister Pendidikan Islam. Bangga punya teman
sepertimu. Semoga menjadi jembatan untuk meraih kesuksesan di masa mendatang.
InshaAllah hari raya nanti aku main
ke rumahmu. Disiapkan ya! Hehe.
Bedankt!
Groetjes,
Muhammad Ali Murtadlo
Beste Papa Fadhli,
Selembar kertas ini tak akan mampu
mengurai semua kenangan yang pernah ada diantara kita Pa. Banyak kenangan
indah, dan tak sedikit pula yang menjengkelkan. Meski terkadang jengkel dengan
tingkah kocak dan kenak-kanakanmu, aku merasa terhibur. Awal bertemu dulu saat
kamu ikut nimbrung aku yang sedang makan nasi kotak wawancara, kamu terlihat
berwibawa dan keren. Tapi seiring berjalannya waktu, saat kita sering jalan
bersama-sama, di kelas, di luar, saat makan di kantin, saat jalan-jalan di
Pekalongan di Bogor, kamu seolah melepaskan wibawa itu dan bertingkah
kekanak-kanakan. Tapi itu asyik kog Pa.
Di kelas, kamulah yang selalu
membuat tingkah. Saat mevrouw eliza sedang asyik menerangkan pelajaran,
tiba-tiba handphonemu berbunyi dan tanpa salah langsung menjawab di kelas. Saat
pelajaran berlangsung, kamulah yang paling bisa menghidupkan suasana. Ah, aku
bakalan kangen dengan aksimu Pa. Sedikit melambai. Caramu mengedipkan mata.
Menjulurkan lidah. Caramu menggoda Tatietje. Hingga cara larimu mengejar Bikun,
tapi sebelum sampai, bikun sudah melaju duluan. Disitulah letak keunikanmu Pa.
Hahaha. Kadang aku ketawa-ketawa sendiri saat ingat aksimu itu.
Kajian soal perempuan yang sedang
kamu geluti, semoga akan tetap menjadi konsenmu. Menjadi aktivis perempuan atau
bahkan menjadi walikota Bukittinggi seperti yang sering kamu ucapkan bahwa itu
adalah cita-cita semenjak kecil. Semog kesampaian Pa. Suatu saat nanti ketika
aku berkunjung ke sana dan melihat fotomu terpampang di mana-mana sebagai
Walikota.
Maaf jika aku banyak salah. Maaf
jika pernah menyakiti perasaanmu, meski aku tahu apakah kamu punya perasaan
atau tidak. Haha. Terimakasih atas sharing ilmunya Pa. Selamat meninggalkan
karakter pura-puramu yang penuh kekocakan dan kekanakan dan kembali menjadi
seorang yang berwibawa sebagai dosen!
Bedankt Papa Vartan de Bokito!
Groetjes,
Muhammad Ali Murtadlo
Beste Mas Suryo,
Kita sepertinya jarang berkomunikasi
secara intens mas. Tapi kebersamaan selama enam bulan itu tak mungkin tak ada bekasnya.
Aku selalu menyimpannya dalam memori ingatan dan menyusunnya rapi. Serapi
penampilanmu mas. Bagiku kamu sosok yang rapi dan mempunyai pemikiran luas.
Perbendaharaan bukuku mungkin tak ada apa-apanya dibandingkan dengan koleksi
bukumu yang aduhai, setiap minggu datang kiriman buku dan tak hanya itu kamu
masih membeli buku di toko buku belakang kantin FIB.
Mas, dalam penilaianmu mungkin aku
orangnya agak pendiem, penyendiri dan tak mau bersosialisasi. Sebenarnya bukan
demikian. Aku agak sungkan dengan orang yang lebih berpemikiran luas dan
terbuka. Aku minder. Mungkin karena selisih usia atau karena perbedaan budaya
yang menyebabkan kita kurang akrab. Tapi jangan jadikan kekurangakraban ini
sebagai alasan untuk melupakanku mas. Aku berharap nanti, ketika aku
mendapatkan kesempatan berkunjung ke Medan, aku akan menghubungimu. Main ke
tempatmu. Boleh kan?
Maaf mas, pasti aku banyak salah. Di
belakang, tanpa kamu sadari aku sering meggerutu karena kamu sering bolos. Ini
bukan karena aku benci denganmu mas. Aku hanya menghawatirkan, karena ada
aturan bahwasanya prosentase kehadiran harus mencapai 80%. Aku hanya takut kamu
terkena lampu merah. Itu saja sih.
Semoga kedepan, bersama istrimu,
kamu dapat membina rumah tangga yang bahagia. Tak hanya kebahagiaan materi,
tapi juga kebahagiaan nurani. Aku hanya mengingatkan saja mas, bahwa dalam
perjalanan hidupmu, ada aku yang pernah hadir. Entah sebagai
benalu,syukur-syukur bisa menjadi inspirasi atau motivasi. Haha. #Ngarep. Salam
sukses!
Bedankt!
Groetjes,
Muhammad Ali Murtadlo
Beste Amin,
Semoga saat membaca surat ini, kamu
dalam keadaan rileks dan santai. Banyak hal yang sebenarnya ingin aku katakan
kepadamu. Tapi kamu tahu sendiri, aku tak terlalu bagus menyampaikannya dalam
kata-kata yang tak menyinggung perasaan. Lebih baik aku tuliskan di sini. Agar
tak ada dusta diantara kita.
Min, jujur entah kenapa, aku tak
bisa berbaur secara all out denganmu. Aku merasa ada sekat diantara kita yang
aku pun tak tahu apa sebabnya. Mungkin karena perbedaan karakter atau karena
sebab lainnya, kita menjadi seolah berteman tapi dalam kepura-puraan. Atau
mungkin ini hanya perasaanku saja, melainkan kamu menganggapnya biasa-biasa
saja.
Aku merasa kita selalu berbeda
pendapat. Soal ini. Soal itu. Seperti soal obrolan yang sebenarnya tak penting
di kamar kostmu dulu. Saat kita mendiskusikan langkah apa yang harus kita
tempuh menanggapi sikap Kementerian Agama yang seolah memPHP kita. Saat itu ada
kamu, Alan, Jhon, aku dan Yusuf. Kita berlima debat kusir yang tak ada
ujungnya. Sebenarnya aku tak keberatan dengan itu. Tapi di hati kecilku ada
semacam penilaian negatif tersendiri dari caramu berbicara, caramu menyampaikan
pendapat dan caramu berdebat. Mungkin ini penilaian subjektifku. Tapi pasti,
suatu saat nanti kita akan merindukan suasana seperti itu. Sepengetahuanku
debat kusir kita itu masih terekam di HP Sony milik Yusuf. Kita bisa memintanya,
lalu mendengarkan ulang dan dijamin pasti kita ketawa. Hahaha. Kapan kira-kira
bisa bertemu lagi?
Enam bulan bersama pasti menyisakan
moment yang tak terlupakan. Atau mungkin akan dilupakan seiring berlalunya
zaman. Namun aku tetap ingat saat hari ulang tahunku yang ke 23 bulan maret
lalu. Saat kita sedang latihan untuk persiapan tampil di acara taaldag. Tiba-tiba
teman-teman semua memberi kejutan buatku. Kamu, saat itu, yang memegang kue
dalam kardus, entah kue tar atau kue apa namanya, menyodorkan ke depanku sambil
berkata : “Sini aku saja yang pegang kuenya, biar aku tak seperti bermusuhan
terus dengan Ali”. Dengan diiringi nyanyian “Langzal de leven” semua
bersorak mengucapkan kata selamat ulang tahun. Terima kasih min, mungkin di
ultahmu nanti aku nggak bisa membalas hal yang
demikian. Tapi aku akan selalu mendoakan.
Semoga langkahmu kedepan, rencanamu
kuliah di UGM menjadi kenyataan. Aku hanya bisa mendoakan! Salam sukses bro!
See u on the top!
Bedankt!
Groetjes,
Muhammad Ali Murtadlo
Beste Mas Dahrul,
Mas Dahrul, apa kabar? Sehat? Apa
kabarnya mbak umri dan “kandidat” babynya? Semoga lancar proses persalinannya
ya. Dan menjadi anak sholeh jika cowok dan sholehah jika cewek. Cowok ataupun
cewek pasti cakep dan cantik kayak orang tuanya.
Mas Dah, kenangan akan kebersamaan
denganmu mungkin tak akan selesai jika hanya aku ungkapkan dengan perkataan,
apalagi dalam selembar kata-kata ini. Terlalu banyak cerita yang mestinya ku
sampaikan. Tapi karena terbatasnya media, aku akan menyampaikan seperlunya
saja. Moment berharga denganmu jika harus ku jabarkan tak akan pernah usai.
Pekalongan dengan segala suasananya,
dengan segala kenangannya, dengan segala keramah-tamahannya dan segala kesejukannya
telah terekam indah dalam memoriku. Bukan hanya alamnya, tetapi juga
penduduknya. Di Pekalongan aku banyak mendapatkan pelajaran. Terutama pelajaran
bagaimana seharusnya menerima dan memulyakan tamu. Aku sebagai tamu merasa
teristimewa. Terima kasih mas.
Di Pekalongan lah pertama kalinya
aku berani main rafting, padahal tak bisa berenang. Lompat dari ketinggian 5
meter ke dalam air. Wuh pengalaman yang tak terlupakan itu mas. Apalagi saat
bisa merasakan aliran air mengalir dalam celana. Hahaha, brrrrrr. Geli-geli
gimana gitu. Hahaha.
Yang aku suka adalah melihat momen
kemesraan kalian berdua. Kemesraan jalan berdua. Makan berdua. Ih bener2 bikin
iri. Namun sayang, melihat moment seperti itu tak akan terulang. Mulai tahun
ini dan mungkin empat tahun ke depan, kamu bersama istri sudah mulai belajar di
Riyadh, meninggalkan kami di sini yang masih berjuang berangkat ke Belanda. Aku
hanya bisa mendoakanmu mas. Semoga lancar semuanya! Doakan aku pula bisa
berangkat ke Belanda lalu menjengukmu di Riyadh kemudian bareng-bareng naik
haji atau umroh ke Mekkah. Amiin.
Kalau aku kangen, tinggal muter
video kita yang pernah mas dah buat. Video yang menjadi juara satu menurut kita
sendiri. Hahaha. Tapi benar kog, video tentang vakantie kita itu menjadi juara
satu bila dibandingakan video teman-teman lain. Ah, kamu pasti inget siapa yang
mencetuskan nama TALIDUL (Tati Ali Dahrul) itu. Aku kan! haha
Tot ziens in mecca mas!
Groetjes,
Muhammad Ali Murtadlo
Beste Dawam,
Saat aku ingat mevrouw Indira, tak
dapat disangkal, aku pasti ingat kamu mas Dawam. Betapa tidak. Kamu pasti
menjadi yang pertama tahu ketika kita-kita membicarakan mevrouw Indira. Bahkan
kamu yang menciptakan nama spesial buatnya “Mevrouw Agent” dengan singkatan MA.
Nama itu menjadi populer di kalangan kita, bahkan Menner Munif pun penasaran
dibuatnya.
Kenangan selama enam bulan itu pasti
tak akan lengkap tanpa cerita akan dirimu, mas dawam. Kamu lah yang selalu
serba tahu dan menjadi no.1 saat yang lain masih tulalit memahami sulitnya
ayat-ayat Belanda. Entah punya indera keenam seperti apa sehingga membuatmu
laksana Ali bin Thalib yang gudangnya ilmu itu. Mungkin karena faktor genetika
atau faktor “X” lain yang menjadikanmu seperti itu. Aku tak tahu. Yang jelas
aku merasa bangga bisa mengenalmu.
Aku juga banyak belajar kepadamu
soal menjalin hubungan jarak jauh (LDR). Betapa tidak,kamu yang sudah menikah
dan punya putra itu, sudah terbiasa menagalaminya. Aku sepertinya tak akan
sanggup demikian. Tapi toch, kamu bisa bertahan dengan kondisi semacam itu. Aku
harus banyak belajar kepadamu, jika suatu saat nanti, mungkin karena alasan
terpaksa aku harus meninggalkan anak isteri. Mau kan ngasih tips-tipsnya? Hehe.
Aku juga minta maaf kalau ada yang
salah. Baik dalm perkataan maupun perbuatan. Tanpa kita pungkiri hal semacam
itu pasti ada, dan tak bisa kita elak. Suatu saat nanti, ketika aku ditanya
malaikat karena kesalahanku kepadamu, aku punya bukti bahwa aku sudah meminta
maaf lewat surat ini.
Terakhir, titip salam kepada putramu
mikail, yang lucu ketika lihat foto-fotonya di Facebook. Sungguh keluarga idaman,
istri cantik dan anak lucu dan sholeh. Semoga kelak aku bisa mengikuti jejakmu
mas. Suatu saat kalau sedang lewat Bojonegoro, mampirlah di gubukku, di Teleng,
RT/RW:002/001 Kec. Sumberejo, Kab. Bojonegoro.
Bedankt!
Groetjes,
Muhammad Ali Murtadlo
Beste Pak Dayat,
Pak Dayat yang macho! Apa kabar?
Semoga perjalanannya dari Jakarta ke Padang berjalan mulus.
Banyak kenangan yang sudah terjalin
diantara kita pak. Enam bulan bukan waktu yang singkat untuk mengukir sebuah
kenangan. Jika diibaratkan membangun rumah, waktu enam bulan itu sudah menjadi
sebuah rumah lengkap dengan segala fasilitasnya. Seperti itu pula pertemuan
kita selama enam bulan itu.
Bagiku kesan yang paling aku ingat
dari pak dayat adalah sering datang telat. Itu mungkin karena pak dayat sering
tidur larut malam. Ah, aku pasti rindu teriak-teriak membangunkanmu ketika
berangkat ke kampus. Kebersamaan di Bis kuning. Kebersamaan di kelas, di Kebun
Raya Bogor dan di Sukabumi. Semoga pak dayat tak lupa akan kebersamaan itu.
Pak dayat, aku mohon maaf. Pasti
banyak salah yang pernah kuperbuat padamu. Aku sebenarnya bukan mencemooh orang
yang sedang belajar. Apalagi membenci. Bukan. Itu hanya ekspresi kegemasan aja
pak. Maaf kalau pak dayat menganggapnya itu sebuah cemooh. Padahal nggak ada maksud
demikian.
Banyak hal yang aku pelajari darimu
pak day. Kamu yang seorang antropolog itu pastinya jauh lebih mengerti tentang
seluk beluk masyarakat dan segala perilakunya. Aku ingin belajar bagaimana
menjadi masyarakat yang baik. Yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Dan aku
sedikit banyak telah belajar darimu.
Terakhir, kenangan –kenangan itu
mungkin tidak akan terjadi lagi di lain hari. Tapi arti kebersamaan itu tetap
tertancap dalam hati. Aku pasti akan main ke Padang, mengunjungi rumahmu di
hari pernikahanmu nanti. Ku tunggu undangan beserta tiket pulang pergi nya.
Hehe.
Groetjes,
Muhammad Ali Murtadlo
Beste Tatietje,
Apa kabar onderzoeker? Semoga sehat
selalu agar tetap dapat melakukan onderzoek dengan lancar.
Tati, awal kenalan denganmu mungkin
tak begitu terkesan. Kamu duduk di depan dan aku duduk di deretan belakang.
Tapi seriring berjalannya waktu, toch kita akrab juga. Waktu enam bulan itu tak
mungkin berlalu begitu saja. Ada hal-hal menarik yang bisa kita ambil sebagai
pelajaran.
Awal melihat namamu, Tati Rohayati,
didaftar peserta penerima kursus bahasa Belanda aku sempat kaget.
Bertanya-tanya dalam hati. Padahal dalam daftar wawancara tak ada namamu, tapi
kog tercantum dalam daftar penerima. Itu yang membuat aku kaget. Berarti kamu itu
orang sakti, bisa masuk tanpa seleksi. Tapi pasti ada alasan lain mengapa
seperti itu? Boleh dong dijelaskan, agar rasa penasaranku terobati. Bales email
ya! Kalau sempat. hehe
Awal-awal dulu aku melihat bahwa
kamu orangnya paling aktif di kelas. Menginisiatif untuk menghubungi orang
kemenag terkait apa yang kita perlukan. Aku sangat terkesan akan langkah
tersebut.
Enam bulan berlalu tentu banyak
kesan-kesan yang kita dapatkan. Aku banyak belajar darimu soal arti semangat.
Kamu yang saat itu sedang sakit lantaran jatuh dari motor karena kecelakaan,
begitu semangatnya ingin terus belajar dan berangkat ke depok padahal kondisi
masih belum pulih benar. Kami, aku, yusuf, jhon, emak ulya, teh ila dan iza,
yang menjenguk di rumahmu, Serang Banten itu, merasa iba melihat kondisimu.
Tapi kamu masih memiliki semangat untuk terus belajar. Semangat mu sungguh luar
biasa tat. Kuacungi jempol.
Kamu pasti bakal merindukan saat
bersama dalam kelas. Membaca tekst. Belajar grammar. Menulis. Spereken. Dan
segala materi tentang bahasa belanda. Saat kamu seolah-olah selalu sebagai
bahan ledekan dengan berbagai sindiran; Rexona. Onderzoeker. Singapoor geweest.
Sampai soal dipasang-pasangkan dengan Yusuf, Alan, Papa, bahkan aku pun kena.
Tapi kamu tetap menganggapnya sebagai hal biasa. Itu entah karena percaya diri
atau kurang merasa, aku tetap menilainya positif. Momen yang demikian tak akan
terulang lagi di kemudian hari.
Terakhir, aku mohon maaf jika selama
pertemuan ini ada salah kata maupun sikap yang menyinggung perasaanmu. Aku
harap nanti kita bisa bekerja sama sebagai onderzoeker yang benar-benar
onderzoker. Sampai ketemu lagi !
Bedankt!
Groetjes,
Muhammad Ali Murtadlo
0 komentar:
Posting Komentar