LEMBAGA
Bahtsul Matsail (LBM) PCNU Surabaya menggelar Pelatihan Kader Muda
Pembela Aswaja An-Nahdliyah di gedung Setia Aswaja, Sidoarjo, pada 1-2
September 2012 lalu. Acara tersebut digelar guna memberikan pengarahan
sekaligus pembentengan kepada kader-kader muda Aswaja terhadap
aliran-aliran yang selama ini dianggap menyimpang dari koridor Islam.
Secara spesifik acara tersebut dimaksudkan agar kader-kader muda
Aswaja mampu membentengi diri doktrin-doktrin baru yang mengatakan bahwa
aqidah dan ibadah amaliyah orang Aswaja adalah Bid’ah. Melalui acara
itu pula diharapkan kader-kader muda mampu menjawab dan mendebat segala
tuduhan yang tidak berargumentasi itu.
Acara pembukaan dilaksanakan setelah salat isya’, kemudian
dilanjutkan dengan materi pertama. Ustad Ali Magfur Syadili sebagai
pemateri pertama mengimbau kepada peserta pelatihan agar selalu waspada
terhadap aliran-aliran yang selama ini bertentangan dengan faham Ahlus
Sunah Wal-Jamaah.
Sesi ini lebih kepada cerita pengalaman pemateri yang pernah berdebat
melalui pesan singkat (SMS) dengan salah satu faham yang selalu
membid’ahkan ajaran Ahlussunah Wal Jamaah. Pada intinya mampu
dipatahkan, pasalnya si lawan menolak diajak berdiskusi secara face to
face. Acara ditutup dengan pemutaran audio suara KH As’ad Syamsul Arifin
yang mengisahkan awal terbentuknya Organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
Keesokan harinya, secara khusus materi yang diberikan berupa
teknik-teknik berdebat. Teknik yang efektif untuk mematahkan argumentasi
lawan. Hadir sebagai narasumber adalah Ustad Abdul Wahab Ahmad dan
Ustad Muhammad Idrus Ramli. Keduanya adalah pakar debat dari PCNU Jember yang melaluinya telah
terpatahkan argumen-argumen aliran sesat melalui forum debat resmi
secara terbuka.
Dalam pemaparannya Ustad Wahab menyampaikan beberapa teknik jitu
berdebat. Di antaranya: Pertama, Teknik Trapping (jebakan), yaitu
menggiring lawan menuju poin bahasan tertentu yang sudah dipersiapkan
segala kelemahannya. Kedua, Teknik Switching (tukar posisi), yakni
menjadikan argumen lawan sebagai argumen kita dan membuatnya menjawab
sendiri kritiknya seolah kita bertukar posisi dengan lawan. Dengan ini
kita tidak perlu menjawab apa pun.
Ketiga, Teknik Contradicting (membuat kontradiksi). Teknik ini
dilakukan dengan memunculkan kontradiksi-kontradiksi pada logika lawan.
Sehingga diperlukan logika kuat untuk memakai teknik ini. Keempat,
Teknik Balancing (seimbang) yakni dengan cara menanggapi kritik lawan
dengan kritik yang seimbang. Ini biasa dilakukan tatkala kehabisan
jawaban untuk membela diri, jadi yang bisa dilakukan hanyalah menjadikan
lawan berada pada posisi yang juga sama. Bisa juga sekadar membuat skor
seimbang, sehingga tidak ada yang menang atau kalah.
Kelima, yang tak kalah pentingnya adalah Teknik Judgement
(menghakimi) yakni membuat musuh di posisi orang bersalah (tertuduh)
yang harus membela dirinya tanpa memberinya kesempatan menyerang balik.
Acara dilanjutkan dengan praktik debat secara langsung. Wahab
bertindak sebagai faham yang bertentangan dengan Ahlussunnah Wal Jamaah
(Aswaja) dan peserta sebagai golongan yang memegang teguh ajaran Aswaja.
Debat berlangsung seru, masing-masing melontarkan argumentasi terkait
masalah Aqidah, Ibadah Amaliah, Bid’ah dan Khilafah.
Kemudian, acara dilanjutkan dengan pemaparan Ustadz Muhammad Idrus
Ramli. Ketika ditanya pandangannya tentang Pancasila, dia mengatakan
Pancasila merupakan falsafah hidup bangsa Indonesia yang harus
dipertahankan. Dalam sila-sila Pancasila tidak ada yang menyimpang
sedikit pun dari konsep Islam. Malah, dalam tubuh pancasila terdapat
nilai-nilai Islam yang pokok, yakni Tauhid, yang termaktub dalam sila
pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, dan sila-sila lainnya merupakan
implementasi dari sila pertama tersebut.