Oleh:
Muhammad Ali Murtadlo*)
Suatu
Negara dikatakan maju jika tingkat pertumbuhan ekonominya tinggi. Tingkat
pertumbuhan ekonomi menjadi indikator bagi kemajuan suatu Negara. Semakin
tinggi tingkat pertumbuhan ekonominya, semakin tinggilah prestice Negara tersebut di mata dunia. Dan sebutan Negara maju
akan tersandang.
Tahun
2012 lalu, di tengah krisis yang melanda dunia, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia
bisa dikatakan membanggakan. Indonesia mampu stabil dalam gejolak ekonomi yang
sempat oleng gara-gara krisis yang melanda Yunani, Italia, Hongaria, termasuk
Amerika Serikat. Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu berada di angka
6,7 %. Jauh diatas pertumbuhan perekonomian dunia yang hanya 3,3% (World
Economic Outlook: Oktober 2012). Di tahun 2013 diperkirakan tetap stabil, dan
bahkan akan meningkat.
Peningkatan
pertumbuhan ekonomi tersebut tidak lain adalah hasil dari peningkatan
perekonomian daerah. Perekonomian daerah mempunyai andil cukup besar dalam
peningkatan perekonomian nasional. Bahkan, pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur
mencatatkan prestasi gemilang yakni mencapai angka 7,22%. Menurut data Berita
Resmi Statistik No. 54/08/Th. XV, 6 Agustus 2012, Badan Pusat Statistik (BPS), industri
pengolahan dan sektor pertanianlah yang mendominasi tingkat pertumbuhan perekonomian
daerah tersebut. Salah satunya adalah industri gula.
Tidak
dapat dipungkiri gula merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Setiap hari
manusia pasti mengkonsumsi gula. Selain kebutuhan pasti, seperti makan nasi,
gula menjadi kebutuhan vital yang tidak dapat ditunda. Misalnya, untuk membuat
minuman atau sebagai bahan pendukung makanan, seperti sayur dan lauk-pauk
lainnya. Belum lagi dalam dunia industri, gula menjadi bahan pokok untuk pemanis
produksinya.
Data
menunjukan bahwa kebutuhan gula nasional untuk konsumsi rumah tangga saja
mencapai sekitar 2,97 juta ton Gula Kristal Putih (GKP) per tahun, atau sekitar
250 ton per bulan. Detilnya, konsumsi gula kristal putih (GKP) masyarakat
Indonesia itu adalah 12 kg/perkapita/tahun (Direktorat Jenderal Perdagangan
Dalam Negeri: 2012). Jumlah ini pun sangat dimungkinkan mengalami kenaikan pada
beberapa moment tertentu, seperti pada hari-hari besar keagamaan. Sebab, pada
saat-saat itu konsumsi pasti meningkat. Maka dapat dipastikan, industri gula
menjadi pemasok utama untuk kebutuhan gula.
Sedemikian
banyaknya konsumsi masyarakat terhadap gula, menunjukan kebutuhan akan gula
termasuk besar. Ini merupakan saatnya pabrik gula meningkatkan produksinya.
Jangan sampai produksi gula malah melebihi konsumsi gula. Jangan sampai impor
gula terjadi lagi. Kita sebenarnya mampu memenuhi kebutuhan gula tanpa harus
mengimpor dari luar negeri.
Peran
PTPN X
Industri
gula merupakan prospek cerah dalam peningkatan perekonomian daerah. Di Jawa
timur terdapat sekitar 11 Pabrik Gula (PG) yang berada dalam penguasaan PTPN X.
11 PG itu mampu memberikan kontribusi besar terhadap produksi gula nasional. Pabrik-pabrik
itu mampu menyuntik kebutuhan gula nasional hingga 45%-46,6%.
Selain
itu, 11 PG yang dimiliki perseroan di kawasan Jawa Timur juga terbukti mampu
menggairahkan ekonomi di daerah. Sedikitnya ada 71.691 petani tebu di
lingkungan PG-PG milik PTPN X. Itu belum termasuk 12.000 karyawan PTPN X yang
banyak dari penduduk setempat dan ratusan ribu tenaga kerja penunjang lainnya,
seperti tenaga tebang, sopir truk pengangkut tebu, penjual makanan, dan
sebagainya.
Apalagi
PTPN X memiliki program yang sangat bermanfaat untuk peningkatan ekonomi
daerah, yakni Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). PKBL diperuntukan
untuk masyarakat sekitar agar dapat menjadi penunjang peningkatan ekonomi
daerah. Program tersebut adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil
agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
BUMN. Tahun 2012 lalu, PTPN X mengelola dana PKBL
sebesar Rp 450 miliar. Pada tahun 2013 ini, PKBL tersebut naik menjadi Rp 550
miliar. Dengan program itu, masyarakat sekitar akan kian terbantu dalam
memenuhi kebutuhan ekonominya.
Dalam prakteknya, dana dari program PKBL tersebut memang sangat
membantu masyarakat. Program PKBL dapat membantu petani dalam hal modal,
peningkatan kualitas SDM, menguatkan kapasitas usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM), dan mendorong kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat sekitar pabrik
gula.
Adanya pabrik gula juga akan mendorong semangat kegiatan ekonomi
daerah yang bersangkutan. Masyarakat sekitar pabrik dapat meningkatkan
pendapatan. Pada musim
giling misalnya, pabrik gula pasti membutuhkan banyak sekali tenaga. Baik sebagai
tenaga tebang, sopir truck yang
mengangkut tebu dari kebun ke lokasi pabrik, tenaga produksi, tenaga pembantu
produksi, maupun tenaga pengangkut gula dari gudang ke truck (tengguluk). Selain itu, masyarakat sekitar juga ikut
menikmati geliat ekonomi yang muncul di sekitar pabrik gula. Penjual-penjual yang berada di sekitar lahan panen akan
mendapatkan pemasukan lebih banyak. Barang jualan mereka akan terjual laris
karena banyak yang membutuhkan.
Dari ranah birokrasi, pabrik gula akan membayar pajak dan
retribusi pada pemerintah daerah, maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan
meningkat. Peningkatan besarnya pemasukan daerah ini akan berimbas pada
pembangunan daerah, yang akhirnya akan kembali kepada kesejahteraan masyarakat
juga.
Saatnya Melebarkan Sayap
Selama ini pabrik-pabrik gula kebanyakan berada di Jawa, khususnya
di Jawa Timur. Kedepan, saatnya melebarkan sayap pembangunan pabrik-pabrik
gula di luar Jawa. Ini merupakan sebuah solusi yang bisa ditempuh untuk
memenuhi kebutuhan gula konsumsi di wilayah setempat, dan tentunya untuk
mendongkrak perekonomian daerah tersebut. Dengan adanya pemerataan industri
(pabrik) gula disetiap daerah, berarti ikut serta dalam peningkatan
perekonomian daerah dan tentunya akan berimbas ke perekonomian nasional. Dan
dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional maka Indonesia akan menjadi
Negara maju. Semoga !
*)
Penulis adalah Aktivis Laskar Ambisius di AMBISI IAIN Sunan Ampel, sekaligus Guru
di SMP Dharma Wanita Kota Surabaya.
0 komentar:
Posting Komentar