Sebaik-baik Manusia Adalah Orang yang Bermanfaat Bagi Sesama (H.R Buchori Muslim)
“Hidup adalah perjalanan waktu dan perpindahan tempat. Kapan pun dan di mana pun kita berada, haruslah memberi manfaat bagi sesama, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Learn, Share, Success! (Muhammad Ali Murtadlo)”

Minggu, 25 Maret 2012

Ketika Slank Tersesat di Jalan Kebenaran

Puluhan orang memadati kampus IAIN Sunan Ampel Surabaya, Sabtu (24/3). Sejak pukul 12:00 WIB para Slankers (sebutan fans Slank) dari berbagai daerah menunggu kedatangan sang idola. Pasalnya, Slank dijadwalkan singgah di IAIN untuk dialog tentang Perjalanan Spiritual Slank bersama Ki Ageng Ganjur.
Slankers terlihat sudah tidak sabar ingin segera bertemu personel slank. Akhirnya, Bimbim, Kaka, Ridho, Abde, dan Ivanka keluar dari bus dengan kawalan ketat panitia dan satpam. Mereka digiring menuju gedung Rektorat. Secara spontan para fans berat Slank mengerumuninya untuk sekadar salaman dan minta tanda tangan.
Auditorium IAIN dipilih sebagai tempat berlangsungnya dialog. Sekitar pukul 13:15 WIB acara dimulai dengan penampilan tim paduan suara IAIN, kemudian dilanjutkan dengan acara pembukaan. Dalam sambutannya, Prof Dr Abd A’la selaku Pjs Rektor IAIN mengacungkan dua jari sambil berkata peace sebagai tanda salam perdamaian.
Prof A’la mengatakan sangat apresiatif terhadap karya-karya Slank yang dinilai begitu kental dengan kritik dan respons atas kondisi bangsa saat ini yang mengalami kebobrokan. “Lewat musik, Slank mampu menyebarkan virus perdamaian dan cinta,” lanjut beliau.
Acara dilanjutkan dengan dialog bersama. Dengan gaya ceplas-ceplosnya, Chabib Musthofa sebagai moderator membuka sesi dialog. Bimbim selaku promotor sekaligus sesepuh Slank memaparkan kisah perjalanan Slank dari awal berdiri hingga saat ini.
Giliran Ki Ageng Ganjur memberikan petuah-petuah spiritual. Ki Ageng mengatakan, “kalau dulu Slank berjalan di jalan yang sesat (terjerumus dalam narkoba), saat ini Slank tersesat di jalan yang benar,” sontak suasana gedung riuh dengan suara tepuk tangan.
Dialog dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Berbagai pertanyaan diajukan, sampai akhirnya ada salah seorang penanya meminta agar Slank menyanyikan lagu berjudul Terlalu Manis. Spontan suara gedung kembali bergemuruh oleh lantunan lagu itu dengan diikuti para Slankers.
Sebelum acara ditutup, Bunda Iffet -manager Slank- diminta memberikan wejangan kepada para Slankers. Pada intinya bunda meminta serta menghimbau kepada semua pemuda, para generasi bangsa agar jangan sampai terjerumus kedalam narkoba. Karena narkoba adalah pengrusak masa depan bangsa. Acara ditutup dengan pemberian Souvenir dari prof. A’la kepada personel Slank, dan dilanjutkan dengan do’a bersama.

http://www.surya.co.id/2012/03/25/ketika-slank-tersesat-di-jalan-kebenaran

Kami Mahasiswa Bidikmisi

Penghujung tahun 2011, mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi mendeklarasi Forum Komunikasi Mahasiswa Bidikmisi (FKMB) Regional Surabaya-Madura, di kampus Universitas Trunojoyo Madura. Puluhan mahasiswa, delegasi dan undangan dari setiap kampus menghadiri acara. Meski kurang maksimal, tetapi acara berlangsung sukses.
Terlihat delegasi dari Universitas Airlangga, Universitas Surabaya, Institut Tehnik Sepuluh November, dan Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, dan tuan rumah Universitas Trunojoyo Madura. Mereka, adalah kampus yang diamanahi pemerintah untuk mengelola dan melaksanakan program beasiswa bidikmisi yang ada di perguruan tinggi se-Surabaya dan Madura.
Beasiswa bidikmisi adalah beasiswa yang diberikan bagi siswa-siswa lulusan SMA, MA SMK, dan sederajat yang berprestasi di bidang akademik namun kurang berprestasi di bidang finansial (alias dari keluarga kurang mampu) dan ingin melanjutkan kuliah. Bidikmisi merupakan program kemendiknas, tahun 2010 mulai dicanangkan dan menjaring lebih dari 2000 mahasiswa di berbagai kampus negeri se-Indonesia. Dan akan terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya.
Terlepas dari hal itu, sebenarnya, ide untuk membuat semacam perkumpulan atau forum komunikasi mahasiswa bidikmisi sudah muncul sejak lama. Bermula dari tekad yang kuat dari masing-masing kampus untuk menyatukan visi dan misi, terbentuklah FKMB (Forum Komunikasi Mahasiswa Bidikmisi) regional Surabaya dan Madura.
Filosofi di balik pernyataan pepatah bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, munculah gagasan itu. Jika visi dan misi berjalan sendiri-sendiri maka kurang maksimal akan terwujud. Sebaliknya visi dan misi yang disatukan akan terbentuk kekuatan yang kokoh, sehingga mewujudkannya akan mudah.
Peresmian acara bertema ‘mengoptimalkan peran mahasiswa pasca Suramadu untuk membangun bangsa’ itu dihadiri sekaligus dibuka oleh Pembantu Rektor III Universitas Trunojoyo Madura, Bapak Widugdo. Beliau mengatakan, mahasiswa bidikmisi merupakan mahasiswa yang berpotensi besar untuk mengatasi problematika bangsa saat ini, meskipun dari kalangan kurang mampu tetapi keyakinan untuk mampu berperan dalam membangun bangsa terlihat jelas.
Deklarasi FKMB Suramadu merupakan embrio persatuan untuk mempersatukan mahasiswa bidikmisi se-Surabaya-Madura. Lewat FKMB Suramadu diharapkan mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi tetap menjalin komunikasi antara satu kampus dengan yang lainnya. Dengan harapan lewat FKMB Suramadu akan terbentuk Forum Komunikasi Mahasiswa Bidikmisi tingkat Nasional dari berbagai kampus seluruh Indonesia. Semoga.

(dimuat di Koran Surya Edisi 20 Januari 2012)

Pengangguran Terdidik itu Semakin Bertambah Saja

Wisuda ke-67 IAIN Sunan Ampel Surabaya, Sabtu, 10 Maret 2012 lalu mengukuhkan 407 wisudawan dari jenjang S1, S2 sampai S3. Mereka resmi menyandang gelar akademis sebagai sarjana, magister, dan doktor.
Wisuda menjadi penanda seseorang sudah menyelesaikan proses pendidikannya. Pendidikan, sarana mentransformasi kehidupan kearah lebih baik. Pendidikan pun dijadikan standar stratifikasi sosial seseorang. Mereka yang berpendidikan akan mendapatkan penghormatan di mata publik, walaupun tidak memiliki kekayaan berlimpah. Dengan pendidikan yang lebih tinggi pula, seseorang akan mudah memeroleh pekerjaan, bahkan menciptakan lapangan pekerjaan. Apalagi jika seseorang telah memeroleh gelar sarjana.
Seorang sarjana tentu lebih punya bekal ilmu dan pengetahuan luas. Lebih mantap dalam segi profesionalitas dan pengalaman serta memiliki jiwa kepemimpinan yang matang. Seharusnya sarjana mampu membebaskan dari belenggu pengangguran. Namun apa boleh dikata, realita di lapangan berkata sebaliknya. Pengangguran terdidik bagi para lulusan universitas sedikit banyak telah memperbesar angka pengangguran.
Data Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) pada 22 Maret 2010, mencatat jumlah sarjana (S1) yang masih menganggur (Februari 2007) sebanyak 409.900 orang. Setahun kemudian, bertambah menjadi 626.200 orang. Jika setiap tahun jumlah kenaikan rata-rata 216.300, kemungkinan pada Februari 2012 terdapat lebih dari 1 juta pengangguran terdidik di Indonesia.
Belum ditambah pengangguran lulusan Diploma. Dalam rentang waktu 2007-2010 saja tercatat peningkatan sebanyak 519.900 orang atau naik sekitar 57 persen. Di Jawa Timur misalnya, ada lebih dari 57 ribu orang dengan gelar sarjana menganggur, dari sekitar 1 juta orang yang mengganggur.
Penggangguran terdidik memang memperburuk wajah suram dunia pendidikan kita. Para lulusan yang diharapkan mampu meminimalisir pengangguran ternyata tidak mampu menjawab tantangan zaman. Akibatnya, pengangguran makin lama makin bertambah. Bahkan Indonesia mendapat ranking pertama di Asia dalam kategori jumlah pengangguran tertinggi.

(dimuat di Koran Surya Edisi 20 Maret 2012)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India