Sebaik-baik Manusia Adalah Orang yang Bermanfaat Bagi Sesama (H.R Buchori Muslim)
“Hidup adalah perjalanan waktu dan perpindahan tempat. Kapan pun dan di mana pun kita berada, haruslah memberi manfaat bagi sesama, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Learn, Share, Success! (Muhammad Ali Murtadlo)”

Minggu, 13 Maret 2016

Catatan Perjalanan Mora Nederlands Cursisten Universitas Indonesia (MNC UI): Pekan Keenam



Aku kembali untuk berbagi cerita. Barangkali ada yang dapat diambil sebagai ilmu dan bermanfaat. Atau justru menggangu fikiranmu. Jika yang terakhir yang kau rasakan, akhiri saja. Tutup blog ini dan kembali beraktivitas.
Hari Ke-35 (Rabu, 13 Jan 16)
Hari ini ada tugas dari mevrouw Mursida untuk membuat video singkat mengenai rencana di Belanda. Kami berempat. Aku, mbak Tati, mas Dahrul dan Pak Dayat. Kami menyusun konsep. Aku menawarkan agar video singkat itu dibuat sesimpel mungkin dengan berbagai variasi. Pertama dengan menampilkan background masing-masing dengan spreken singkat mengenai nama, asal dan tujuan ke Belanda.
Kemudian diikuti deskripsi singkat masing-masing dengan audio penjelesan dan ditampilkan slide dan ditutup dengan bareng-bareng mengucapkan kata sterkte!. Alhasil, video itu mampu menyita perhatian teman-teman dan dosen. Ketika diputar kami mendapat tepuk tangan cukup meriah.
Hari Ke-36 (Kamis, 14 Jan 16)
Sedang malas menuliss catatan. Rutinitas seperti biasa. Tak ada yang spesial.
Hari Ke-37 (Jumat, 15 Jan 16)
Hari yang paling ditunggu, bukan hanya aku tetapi kebanyakan orang pada umumnya, adalah hari Jumat. Bukan karena hari jumat adalah “sayidul ayyam” melainkan karena hari ini adalah hari terakhir masuk kuliah (kerja). Seperti biasa, hari jumat kursus dimulai pukul 08:30. Jadwal hari ini TOETS ke-4, kemudian dilanjutkan dengan materi.
Hari Ke-38 (Sabtu, 16 Jan 16)
Biasanya, sabtu menjadi hari spesial lantaran di hari ini tak ada aktivitas kelas. Ke Jakarta adalah ide bagus. Namun tak terlaksana karena tak ada teman. Akhirnya hanya tiduran di kos sambil baca buku. Buku menjadi teman setiaku. Saat teman tak bisa menjadi objek hiburan maka buku adalah salah satu pengganti. Kemanapun aku pergi pasti tak pernah ketinggalan membawa buku. Buku apapun itu. Bahkan ketika naik KRL aku sempatkan untuk membaca. Sayang kalau waktu hanya terbuang sia-sia.
Hari Ke-39 (Minggu, 17 Jan 16)
Minggu Ke Monas. Perjalanan itu tak direncanakan sebelumnya. Karena seharian hanya berada di kost, lalu muncul perasaan ingin keluar jalan-jalan. Sekitar pukul 16;00 aku mengajak auli untuk jalan menjajal rute KRL hingga Ancol kemudian balik lagi. Hanya itu. Namun rencana terganti. Aku mengajaknya ke Monas. Turun stasiun Juanda, sholat Magrib di Istiqlal kemudian jalan ke Monas. But unfortunately, Monas has already closed. Damn! Finally, we only walked around the outside and came back.
Hari Ke-40 (Senin, 18 Jan 16)
Kehidupan mengajarkan betapa hangatnya sebuah pertemanan. Air yang turun dari langit tak akan disebut hujan jika hanya turun sendirian. Nasi tak akan mengenyangkan jika hanya disajikan sebulir (upo; bhs jawa). Bahkan keybord computer jika tak lengkap maka fungsinya tak sempurna. Seperti itulah filosofi pertemanan. Simpel dan penuh makna.
Puji Tuhan, di usiaku yang ke dua puluh dua tahun ini banyak pertemanan yang telah terukir. Mulai dari teman masa kecil, masa madrasah, masa-masa kuliah hingga masa-masa perjuangan menemukan jati diri. Teman-teman itulah yang memberikan motivasi dan inspirasi untuk terus maju dan berkembang. Setidaknya melalui pertemanan itulah kita mampu berkoneksi satu sama lain.
Hari Ke-41 (Selasa, 19 Jan 16)
Ada beberapa hal yang aku suka dari suasana di Universitas Indonesia (UI). Pertama, UI adalah kampus ternama di Indonesia bahkan dunia. Reputasi dunia akademik sudah tak diragukan lagi. Maka menjadi keniscayaan jika para mahasiswa dan dosennya adalah orang-orang hebat. Kedua, sarana dan pra-sarana lengkap. Ruangan full AC, proyektor setiap kelas ada, setiap saat bersih karena setiap lantai di masing-masing gedung ada petugas kebersihannya, keamanan jangan diragukan lagi, di setiap fakultas ada satpam yang berjumlah puluhan, bus kampus ada untuk mengantarkan ke setiap fakultas, bahkan jika kau malas naik Bikun (Bis Kuning) kau bisa naik ojek yang mangkal di setiap tempat pintu keluar (Stasiun UI, Stasiun Pondok Cina, Kutek dan kukel) atau naik sepeda ontel yang bisa dipinjem hanya dengan menukar kartu mahasiswa.
Ketiga adalah tata letak bangunan yang rapi dan terkesan asri. Ruang terbuka hijau masih luas. Banyak taman. Banyak kelas terbuka. Banyak pula gazebo yang bisa dijadikan nyantae dengan memanfaatkan fasilitas wifi yang bisa terkoneksi dimana-mana. Enak kan? Oleh karena itu terkadang aku sempat berfikir mengapa tak dari dulu aku kuliah di UI sini. Mungkin inilah cara Allah untuk menunjukan bahwa kenikmatan hidup adalah sebuah sustainaibe proces, pelan-pelan dan bertahap. Bahasa belandanya “langzam maar zekker”.

Ikuti juga episode sebelumnya. Episode Kelima

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India