Aku kembali untuk berbagi cerita. Barangkali ada yang dapat diambil sebagai ilmu dan bermanfaat. Atau justru menggangu fikiranmu. Jika yang terakhir yang kau rasakan, akhiri saja. Tutup blog ini dan kembali beraktivitas.
Hari
Ke-35 (Rabu, 13 Jan 16)
Hari ini ada tugas dari mevrouw Mursida untuk membuat video singkat
mengenai rencana di Belanda. Kami berempat. Aku, mbak Tati, mas Dahrul dan Pak
Dayat. Kami menyusun konsep. Aku menawarkan agar video singkat itu dibuat
sesimpel mungkin dengan berbagai variasi. Pertama dengan menampilkan background
masing-masing dengan spreken singkat mengenai nama, asal dan tujuan ke
Belanda.
Kemudian diikuti deskripsi singkat masing-masing dengan audio
penjelesan dan ditampilkan slide dan ditutup dengan bareng-bareng mengucapkan
kata sterkte!. Alhasil, video itu mampu menyita perhatian teman-teman
dan dosen. Ketika diputar kami mendapat tepuk tangan cukup meriah.
Hari
Ke-36 (Kamis, 14 Jan 16)
Sedang malas menuliss catatan. Rutinitas seperti biasa. Tak ada
yang spesial.
Hari
Ke-37 (Jumat, 15 Jan 16)
Hari yang paling ditunggu, bukan hanya aku tetapi kebanyakan orang
pada umumnya, adalah hari Jumat. Bukan karena hari jumat adalah “sayidul
ayyam” melainkan karena hari ini adalah hari terakhir masuk kuliah (kerja).
Seperti biasa, hari jumat kursus dimulai pukul 08:30. Jadwal hari ini TOETS
ke-4, kemudian dilanjutkan dengan materi.
Hari
Ke-38 (Sabtu, 16 Jan 16)
Biasanya, sabtu menjadi hari spesial lantaran di hari ini tak ada
aktivitas kelas. Ke Jakarta adalah ide bagus. Namun tak terlaksana karena tak
ada teman. Akhirnya hanya tiduran di kos sambil baca buku. Buku menjadi teman
setiaku. Saat teman tak bisa menjadi objek hiburan maka buku adalah salah satu
pengganti. Kemanapun aku pergi pasti tak pernah ketinggalan membawa buku. Buku
apapun itu. Bahkan ketika naik KRL aku sempatkan untuk membaca. Sayang kalau
waktu hanya terbuang sia-sia.
Hari
Ke-39 (Minggu, 17 Jan 16)
Minggu Ke Monas. Perjalanan itu tak direncanakan sebelumnya. Karena
seharian hanya berada di kost, lalu muncul perasaan ingin keluar jalan-jalan.
Sekitar pukul 16;00 aku mengajak auli untuk jalan menjajal rute KRL hingga
Ancol kemudian balik lagi. Hanya itu. Namun rencana terganti. Aku mengajaknya
ke Monas. Turun stasiun Juanda, sholat Magrib di Istiqlal kemudian jalan ke
Monas. But unfortunately, Monas has already closed. Damn! Finally, we
only walked around the outside and came back.
Hari
Ke-40 (Senin, 18 Jan 16)
Kehidupan mengajarkan betapa hangatnya sebuah pertemanan. Air yang
turun dari langit tak akan disebut hujan jika hanya turun sendirian. Nasi tak
akan mengenyangkan jika hanya disajikan sebulir (upo; bhs jawa). Bahkan keybord
computer jika tak lengkap maka fungsinya tak sempurna. Seperti itulah filosofi
pertemanan. Simpel dan penuh makna.
Puji Tuhan, di usiaku yang ke dua puluh dua tahun ini banyak
pertemanan yang telah terukir. Mulai dari teman masa kecil, masa madrasah,
masa-masa kuliah hingga masa-masa perjuangan menemukan jati diri. Teman-teman
itulah yang memberikan motivasi dan inspirasi untuk terus maju dan berkembang.
Setidaknya melalui pertemanan itulah kita mampu berkoneksi satu sama lain.
Hari
Ke-41 (Selasa, 19 Jan 16)
Ada beberapa hal yang aku suka dari suasana di Universitas
Indonesia (UI). Pertama, UI adalah kampus ternama di Indonesia bahkan dunia.
Reputasi dunia akademik sudah tak diragukan lagi. Maka menjadi keniscayaan jika
para mahasiswa dan dosennya adalah orang-orang hebat. Kedua, sarana dan
pra-sarana lengkap. Ruangan full AC, proyektor setiap kelas ada, setiap saat
bersih karena setiap lantai di masing-masing gedung ada petugas kebersihannya,
keamanan jangan diragukan lagi, di setiap fakultas ada satpam yang berjumlah
puluhan, bus kampus ada untuk mengantarkan ke setiap fakultas, bahkan jika kau
malas naik Bikun (Bis Kuning) kau bisa naik ojek yang mangkal di setiap tempat
pintu keluar (Stasiun UI, Stasiun Pondok Cina, Kutek dan kukel) atau naik
sepeda ontel yang bisa dipinjem hanya dengan menukar kartu mahasiswa.
Ketiga adalah tata letak bangunan yang rapi dan terkesan asri.
Ruang terbuka hijau masih luas. Banyak taman. Banyak kelas terbuka. Banyak pula
gazebo yang bisa dijadikan nyantae dengan memanfaatkan fasilitas wifi yang bisa
terkoneksi dimana-mana. Enak kan? Oleh karena itu terkadang aku sempat berfikir
mengapa tak dari dulu aku kuliah di UI sini. Mungkin inilah cara Allah untuk
menunjukan bahwa kenikmatan hidup adalah sebuah sustainaibe proces, pelan-pelan
dan bertahap. Bahasa belandanya “langzam maar zekker”.
Ikuti juga episode sebelumnya. Episode Kelima
0 komentar:
Posting Komentar