Hasil toets kedua dibagikan. Nilaiku merosot tajam dari yang toets
pertama 77,8 menjadi 57,8. Nilai seperti itu mendapatkan urutan ketiga setelah
Mas Dawam yang pakar Islam Nusantara itu urutan pertama dan Si Alan Nuari,
teman op de kamers-ku. Diam-diam dia memiliki kemampuan di atasku.
Hari
Ke-30 (Jum’at, 08 Jan 16)
Seperti biasa, kami sholat jumat di Masjid terletak di samping
perpustakaan pusat sebelah danau yang luas. Aku biasa sholat jumat di sana.
Teman-teman kursusku, Alan yang tinggal samen met me dalam satu kamar
kos, kemudian Auli, teman yang aku nyaman jalan dengannya, dan teman-teman yang
lain. Masjid UI itu menjadi sepeti rumah kedua bagi umat islam termasuk aku.
DM I |
Oke, aku akan menceritakan teman-teman kursusku. Aku mulai dari
yang paling tua kemudian berurutan. Pertama, Dawam Multazam, seorang Master
Sejarah Islam asli Ponorogo dan sudah derdomisili di Jakarta sejak memutuskan
kuliah di STAINU Jakarta. Dia merupakan peserta kursus yang paling cepat
menangkap pelajaran. Bagaimana tidak, dalam tiga kali toets (ulangan), tempat
pertama yang mempunyai nilai tertinggi ada di benaknya. Sedangkan aku hanya
mampu bertengger di peringkat ketiga. (Eh, yang toets ketiga aku peringkat
kedua, hehe). Perawakannya tak begitu tinggi namun berwibawa. Sepertinya,
dia adalah sosok yang kuat untuk menjalani cinta jarak jauh. Bayangkan, istri
dan anaknya berada di Ponorogo sedangkan dia berada di jakarta untuk beberapa
tahun. Mereka sudah menikah sejak masih dalam satu organisasi BEM (Badan
Eksekutif Mahasiswa). Aku menobatkan dia sebagai sosok inspiratif dalam hal
hubungan jarak jauh. (Pasalnya aku juga sedang LDR-an Hahaha). Namun untuk
menikah sedini itu aku belum berani.
Kedua adalah Dahrul Muhtadin. Sosok pendiam yang lama-lama menjadi
ramai juga. Diam-diam dia menyimpan berbagai potensi. Saat ini sedang menempuh
S3 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ketika dikelas kebanyakan dia diam. Tapi
sekali berbicara mengeluarkan kata-kata ‘berat’. Dia asli Pekalongan, Jawa
Tengah. Sebuah kota yang terkenal dengan produk Batik Pekalongan. Berbeda
dengan DM yang pertama (Dawam Multazam), DM (Dahrul Muhtadin) ini tinggal
bersama istrinya di Jakarta.
Dua dulu ya, yang lain menyusul di hari berikutnya.
Hari
Ke-31 (Sabtu, 09 Jan 2016)
Hari dipertemukan dengan orang-orang hebat. Pertama, Mas Wahyu dari
Makassar, salah seorang peserta Mentoring Rumah Perubahan, Rhenald Kasali. Kami
ngobrol banyak tentang pengalaman masing-masing. Dia justru lebih keren dengan
mendirikan komunitas sosial yang bergerak membangkitkan semangat orang kusta di
Makasar. Nama komunitas tersebut adalah “Aksi Indonesia Muda” (AIM) Makasar.
Komunitas inilah yang mengantarkan para pegiatnya untuk meraih kesuksesan.
Teman kursus saya, Muhammad Yusuf adalah salah satu pendirinya, seorang arsitek
yang telah berkali-kali memenangkan berbagai kontes Interpreuner dan mengikuti
berbagai konferensi International. Mas Wahyu ini adalah partner sekaligus lawan
berdebatnya. Kedua, bertemu dengan Mas Martin. Dia adalah anak buah TEMPO, media
yang terkenal itu. Bermula dari AIM itulah mereka dipersatukan dan kemudian ada
beberapa titik yang saling terkait sehingga ada titikku disitu yang bersambung
dengan mereka.
Malam minggu itu, kami jalan ke MH. Thamrin di Patung Pancoran atau
patung yang terkenal dengan nama Patung Selamat Datang. Kemudian kongkow di Bar
& Restaurant Skye. Sebuah tempat nongkrong elit yang tak sembarang orang
bisa masuk. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar bisa masuk kesana.
Pertama, harus memakai sepatu. Itu syarat mutlak. Penjagaan super ketat oleh
banyak satpam itu tak memungkinkan bisa masuk hanya dengan mengenakan sandal.
Saat itu timbul masalah, Martin tak membawa sepatu. Lalu apa yang terjadi? Kami
bisa masuk tapi dengan strategi. Setelah kami masuk, Yusuf membawa sepatu di
dalam tas dan menjemput Martin di luar. Strategi itu berhasil dan Martin bisa
ngumpul di atas, di Lantai 51 BCA Tower. Masalah lain timbul, lalu bagaimana
cara keluar? Kami ngloyor saja. Sempat terpergok penjaga namun tak sampai hati menegur
dan kita dibiarkan keluar. Mungkin pikirnya “pakai sandal kog bisa lolo dari
penjagaan”. Inilah hebatnya mahasiswa. Hahaha
Syarat kedua, kita tak diperkenankan datang bergerombolan. Maksimal
2 atau 3 orang. Jadi jangan harap bisa masuk kalau kau datang beramai-ramai
sekampung. Ketiga, harus menyiapkan fulus ekstra. Harga minuman minimal
sebesar Rp. 50.000.00,- . Bisa dibayangkan toch kalau harga segelas minuman
saja sebesar itu, apalagi harga sepiring makanan. Jadi saranku jangan sering
kesana bila buat makan sehari-hari saja masih nebeng sana-sini. Haha.
Orang ketiga adalah Sahlan, peserta rumah perubahan mentoring dari
makasar juga. Tak lama kami saling ngobrol, karena pagi sudah menjelang ketika
kami sampai di kost. Aku yakin bahwa pertemuan itu adalah pintu membuat
titik-titik yang kemudian bisa menghubungkanku dengan sebuah titik-titik yang
lain untuk menuju kesuksesan.
Hari
Ke-32 (Minggu, 10 Jan 16)
Entah berapa kali aku berpikir bahwa waktu semakin hari semakin
cepat. Dunia seperti sedang dilipat. Minggu yang biasanya digunakan untuk
jalan-jalan, aku hanya berdiam diri di kos. Lebih tepatnya aku mengistirahatkan
diri setelah seminggu berkutat dengan buku diktat belanda. Sambil membaca buku,
bbman, whatsappan, smsan dan telfonan. Begitulah kira-kira.
Hari
Ke-33 (Senin, 11 Jan 16)
Mulai lagi dengan rutinitas. Mulai lagi datang kebosanan. Namun
sebisa mungkin aku mengusir kebosanan itu. Salah satunya adalah dengan banyak
melakukan hal-hal yang tidak monoton. Untungnya, dosen-dosennya diganti di
setiap level jadi dapat meminimalisir kebosanan. Teman-teman kursus mungkin
juga sama. Seperti yang kurasakan ini tak mungkin hanya terjadi pada diriku.
Mereka pasti merasakannya.
Akhir-akhir ini di kelas sedang heboh demam mevrouw Indira. Mevrouw
adalah sebutan bagi dosen perempuan. Mevrouw Indira adalah dosen paling cantik
diantara yang lain. Sebagai laki-laki normal temen-temen yang laki-laki merasa
termotivasi untuk semangat belajar
ketika diajar oleh mevrouw Indira.
Hari
Ke-34 (Selasa, 12 Jan 16)
Tak ada cerita menarik. Hanya belajar dengan berbagai rutinitas
harian itu. Maar Ik heb een interesante ervaringen. Akan aku simpan
sendiri. Karena ini rahasia.
0 komentar:
Posting Komentar