Sebaik-baik Manusia Adalah Orang yang Bermanfaat Bagi Sesama (H.R Buchori Muslim)
“Hidup adalah perjalanan waktu dan perpindahan tempat. Kapan pun dan di mana pun kita berada, haruslah memberi manfaat bagi sesama, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Learn, Share, Success! (Muhammad Ali Murtadlo)”

Minggu, 14 Februari 2016

Catatan Perjalanan Mora Nederlands Cursisten Universitas Indonesia (MNC UI): Pekan Ketiga



Hari Ke-15 (Kamis, 24 Des 15)
Kamis ini bertepatan dengan 12 Rabiul Awal yang merupakan hari lahirnya yang mulia Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Hampir 15 abad yang lalu di Jazirah Arab lahirlah makhluk mulia ke dunia yang kemudian menjadi penutup para nabi dan rasul. Sebagai umat Islam, setiap tahun kita memperingatinya. Untuk mengungkapkan rasa syukur kita akan kelahiran Rasul Muhammad SAW. Karena berkat beliaulah umat manusia dapat mengenal tentang islam.


Hari ini aku diajak teman main ke Bogor, tempatnya tinggal selama ini. Berangkat pagi-pagi sekali saat tukang laundry belum ada yang buka. Kami naik KRL dari stasiun UI turun di Stasiun Bogor. Jalan kaki sekitar 1 KM menuju tempat naik angkot ke Parung. Mereka ada janjian akan bertemu dengan pengusaha untuk diberi motivasi dan arahan terkait usaha mereka. Aku diajak serta. Tempatnya di Cinere di rumah pengusaha tersebut. Kami diajari banyak tentang wirausaha.

Tiba di rumahnya kami disambut dengan suka cita. Pak Dana namanya. Perawakaannya tinggi, putih dan murah senyum. Meskipun baru kenal denganku, sudah terasa akrab. Sempat ditanya tentang wakaf begitu tahu kalau aku adalah “Sarjana Hukum Islam”. Kujawab berdasarkan pengetahuan. Terakhir aku tahu bahwa pak Dana adalah sepupu Tora Sudiro, artis kocak yang banyak membintangi film komedi. Awalnya kami dikenalkan dengan usaha yang sedang berjalan saat ini, Abon Jambrong. Abon yang terbuat dari ikan ini sudah dipasarkan melalangbuana ke pelosok negeri bahkan manca negara.

Aku cukup tertarik dengan ulasaan Ibu Kartina Ika Sari mengenai writerpreneur. Selain penulis beliau merupakan mantan wartawan di berbagai media masa. Terutama mengenai aktivitas blogging yang ternyata dapat menghasilkan uang. Aku menyimak dengan antusias penjelasanya. Beliau mengenalkan kepada kami blogger-blogger sukses yang bisa menghasilkan jutaan uang. Salah satunya adalah Ariev Rahman, seorang blogger sukses yang bisa jalan-jalan kesemua pelosok negeri bahkan keluar negri tanpa ongkos. Aku semakin antusias dan sempat memperlihatkan blog pribadiku. Sudah bagus katanya. Tinggal banyak dishare dan dipromosikan agar banyak pengunjungnya. Dan kemudian nanti bisa dipasangin iklan. Semakin banyak pengunjung semakin banyak yang tertarik untuk mengiklankan produknya ke blog. Aku disarankan untuk mengikuti berbagai komunitas blogger agar mendapatkan banyak informasi.

Pemateri kedua tentang internet marketing yang dibawakan oleh Pak Yunus Bani. Banyak pertanyaan mengenai internet akhirnya terjawab disini. Mulai dari peluang bisnis sampai cara memasarkan. Bahkan aku tercengang ketika tahu bahwa banyak sekali imers (sebutan bagi para pelaku internet marketing) yang menjadi miliarder hanya dengan duduk di depan laptop dan berselancar di dunia maya. Aku semakin termotivasi dan ingin mencoba. Tentunya tak mudah karena ada ribuan imers yang tersebar di berbagai belahan dunia. Dari program itu aku tersadarkan kembali bahwa segala sesuatu ada ilmunya masing-masing.
 
Tampak di Belakang, Kubah Emas
Sekitar pukul empat sore kami berpamitan pulang. Mampir di Masjid Kubah Emas dian Al-Mahri. Masjid ini terkenal banget di daerah depok. Menurut penjelasan temanku, masjid ini merupakan masjid pribadi seorang pengusaha di singapura. Sekilas memang megah dan luas sekali. Kubahnya berwarna emas. Aku tak tahu apakah itu emas beneran atau hanya sekedar cat warna emas. Yang pasti tempatnya bersih dan terawat. Indah dipandang mata dan sedap dirasa hati. Pulangnya motor mogok dan harus menunggu bengkel hingga hampir tengah malam. Malam yang melelahkan.

Hari Ke-16 (Jumat, 25 Des 15)
Aku masih berada di Bogor, tepaatnya di Jl. Pondok Udik, Kemang, Parung, Bogor. Karena semalam kecapekan aku baru bangun jam 05;30 waktu bogor. Sholat subuh kemudian diajak makan nasi uduk di warung langganan. Kaget ketika mau bayar, murah banget, nasi uduk sepiring dengan tahu dan krupuk hanya Rp. 3000 ditambah gorengan 2 jadi 5000. Ini adalah makanan termurah yang pernah saya makan selama di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). Setelah kenyang kami ke Rumah Sakit menjenguk seorang teman yang sudah 3 hari di rawat di sana.

Setelah jumatan kami beristirahat karena kondisi badan yang lemes banget. Baru kemudian ke LBSM (Lembaga Bina Santri Mandiri), tempat temen-temenku tinggal dan bernaung. Lama di sana, aku disuguhi dengan buah-buahan yang langsung metik dari pohonnya. Jambu, durian, rambutan dan nanas. Ini pertama kalinya aku di sini, lokasinya sangat asri dengan suasana desa dan sejuk. Seperti layaknya kampung di pegunungan. Padahal bukan dataran tinggi. Teman-teman yang sangat welcome, kami bercengkerama dan ngobrolin tentang pengalaman-pengalaman. Hingga sore aku diajak kembali ke rumah singgah dan beristirahat, karena kelelahan dan kaki nyeri tak kuat untuk jalan.

Hari Ke-17 (Sabtu, 26 Des 15)
Aku masih berada di Bogor. Badan terasa pegal-pegal tapi ada janji dengan teman untuk jalan-jalan di Kebun Raya Bogor (KRB). Aku naik angkot dari parung menuju stasiun Bogor. Turun di jalan merdeka kemudian jalan kaki menuju KRB. Lumayan jauh, jalan sekitar 45 menit melewati Istana Kepresidenan Bogor dan sampai di pintu gerbang 1 kemudian masuk ke dalam. Harga tiket Rp. 14.000. Kami menikmati pemandangan di sana hingga lelah karena harus jalan kaki lumayan jauh. Setelah puas, sekitar pukul 12;00 siang kami langsung balik ke Depok dengan KRL.

Sore aku bersama Auli hadir dalam peringatan Haul Ke-6 K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kami naik Go-Jek dari pintu Kutek langsung ke lokasi. Hanya sekitar 30 menit kami sudah sampai. Di lokasi sudah rame banget banyak bus-bus besar yang menyebabkan kemacetan. Saat aku hendak memotret banner yang menunjukan adanya haul gus dur, tiba-tiba aku dipanggil orang dari dalam taxi. Setelah aku lihat ternyata Mbak Kholis beserta anak dan suaminya. Awalnya aku lupa namanya, namun setelah menyebutkan namanya aku ingat banget bahwa dia adalah mbak kholis, seseorang yang mengajariku menulis waktu di UIN Sunan Ampel Surabaya. Akhirnya kamibareng-bareng menuju komplek Al-Munawarah.

Selama pelaksanaan acara aku malah berada di Bazar Buku Pesantren Ciganjur. Di dalam, tempat sudah penuh. Sampai tengah malam aku berada di sana. Hujan turun cukup lebat ketika acara masih berlangsung. Para jamaah mencari tempat berlindung. Lokasi sekitar bazar buku penuh dengan orang. Aku pangkling dengan Mas Dedik. Kakak angkatanku di MA itu sekarang sudah sukses meniti karier di Jakarta sebagai penulis. Terakhir aku ditawari untuk menulis di media yang dia pimpin.

Setelah para jamaah sudah mulai pulang, kami malah masuk ke dekat panggung utama. Sholeh Sholehun menjadi MC pada waktu itu. Suasana menjadi jenaka saat wawancara dan bincang-bincang bersama keluarga Gus Dur. Terutama saat membully sibungsu, Inayah. Tengah malam, Habib Lutfi bin Yahya baru datang, aku sempat mengikuti sebentar namun karena rasa kantuk yang tak terbendung kami ke pesantren untuk menginap dan tidur disana.

Hari Ke-18 (Minggu, 27 Des 15)
Kami masih berada di Pondok Ciganjur. Lumayan segar udara pagi ini. Kami tidur di salah satu kamar punya mas Umam. Santri yang menjual buku tadi malam. Di dalam kamar banyak tumpukan buku yang “ngeri”. Buku-buku berat tentang filsafat, pemikiran Islam, sejarah, hingga tasawuf. Bahkan ada yang berbahasa arab dan berbahasa inggris. Rasa ingin tahuku membuncah, ingin sekali membaca dan mengakhatamkan.

Setelah sarapan, kami pulang naik Go-Jek. Turun di pintu masuk kukel (Kukusan Kelurahan). Ternyata salah turun Go-Jek. Auli sudah berada di pintu masuk yang bertuliskan Universitas Indonesia besar sekali. Mau-mau gak mau aku harus berjalan sekitar 2 KM bahkan lebih. Nasib. Inilah kalau sok tahu. Akibatnya nyasar dan salah jalan. Ketika banyak orang sedang berpakaian olahraga dan lari-lari, aku memakai baju yang semalam dan jalan-jalan. Sama-sama mengeluarkan keringat tapi bertujuan berbeda.

Siang, kami hendak ke masjid UI lewat Fakultas Psikologi, tak sengaja ketemu Pakde Khamid. Khamid adalah teman waktu aku di MA, saat itu kami berada dalam satu tim PPL, Pengabdian masyarakat di desa Pilanggede, Balen. Kami ngobrol banyak tentang pengalaman selama ini. Hingga siang kemudian ada teman dari UIN Surabaya yang sedang menempuh S2 di UI hendak meet up. Ya udah, dia aku ajak ketemuan sekalian di Psikologi. Ngobrol banyak seputar dunia perkuliahan dan kemudian kuajak dia pulang ke kosan. Kami mengadakan janji untuk meet up dengan Isna Noor Fitria. Namun pertemuan digagalkan setelah kami berada di stasiun UI dan sudah memesan tiket ke Tebet. Pasalnya, Isna berada di Gandaria City dan itu lumayan jauh, tidak cukup waktu karena jam sudah malam.

Hari Ke-19 (Senin, 28 Des 15)
Tak terasa sudah kembali senin. Waktu begitu cepat berlalu. Kata Yasraf Amir Piliang dalam bukunya Dunia yang Dilipat, percepatan ini menjadi sebuah keniscayaan ketika kesadaraan manusia sudah terekstasi oleh hal-hal yang berbau perkembangan. Tekhnologi, ilmu pengetahuan, kebebasan berfikir, dan berubahnya pola pikir merubah cara pandang kita tentang waktu. Dulu ketika kecil, waktu terasa begitu lama berjalan namun seiring bertumbuhnya usia, waktu terasa mengejar kita.

Modul Buku Belanda
Kuliah sudah mulai masuk lagi. Kampus sepi lantaran mahasiswa pada libur akhir semester. Namun kami tetap semangat masuk dan bergelut dengan ayat-ayat nederlands. Pembahasan semakin berat. Grammatica membahas tentang perfectum dan imperfectum hingga reflexief. Istilah istilah seperti itu akhir-akhir ini yang memenuhi otakku. Setelah 10 bulan berjibaku dengan istilah-istilah grammatica bahasa inggris, aku harus berusaha untuk memasukan istilah-istilah bahasa belanda dalam 6 bulan kedepan. Tidak mudah memang, namun bukan berarti tidak bisa.

Hari Ke-20 (Selasa, 29 Des 15)
Tak ada yang spesial hari ini. Selain belajar bahasa Belanda aku harus membaca buku. Karena membaca buku adalah sebuah kewajiban sebagai proses pendinamisan pikir. Buku-buku yang aku suka adalah tentang hidup. Terutama tentang filsafat yang tak begitu berat namun mampu menyadarkan pola pikirku tentang bagaimana memandang hidup. Buku-buku Komarrudin Hidayat, baik yang mengenai psikologi kematian, life is journey, path of life maupun yang berjudul agama punya seribu nyawa menjadi konsumsi pikirku. Buku-buku itu sedikit banyak  telah mempengaruhi pola pikirku dalam memandang sebuah hidup. Bahwa hidup tak selamanya tentang materi namun tentang psikologi dan pola pikir yang benar dalam memandang hidup.

Hari ini aku juga membeli buku Dunia yang Dilipat karya Yasraf Amir piliang. Aku tertarik akan buku itu karena editornya Alfathri Adlin adalah facebooker sejati yang postingan-posstingannya aku ikuti. Agak berat materi dalam buku tersebut namun lama-kelamaan menjadi asik, karena penuh dengan teori-teori dan istilah-istilah serta semi filsafat. Buku setebal 508 halaman itu nantinya akan menemaniku sebagai pengantar tidur.
 
Belajar Bareng
Hari Ke-21 (Rabu, 30 Des 15)
Toets yang kedua dilaksanakan hari ini. Soalnya agak rumit. Pembahasan les 11 hingga 20 yang panjang-panjang itu menjadi fokus konsentrasiku. Semalam kami di kosan the behind minimax belajar bersama guna mengahadapi toets yang kedua ini. Hingga pukul 11 malam. Selepas subuh akupun mengulangi semua materi dari les 11 hingga 20. Toets berjalan lancar meskipun banyak bagian yang tidak terisi. Setidaknya ini adalah sebuah bukti hasil pemahaman dan sebagai media evaluasi pembelajaran. Alhamdulillah lancar. 

Ikuti episode sebelumnya :

1 komentar:

Selens Seren mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India