Akhir tahun 2015 ini ditutup dengan banyak kejutan. Entah skenario apa yang Allah tetapkan dan hendak diaplikasikan di hari-hari dalam kehidupanku. Semenjak keinginan untuk melanjutkan kuliah keluar negeri terhenti lantaran tidak lolos seleksi LPDP pada bulan september lalu, saya merasa drop, kehilangan semangat hidup. Terlalu banyak fikiran yang bersemayam di otakku. Hingga aku merasa berkecil hati dan ingin mengubur dalam mimpi-mimpiku untuk kuliah keluar negeri.
Kurang lebih selama 3 bulan saya seperti dalam kepura-puraan. Fisik
terlihat sehat namun hati dan fikiran berantakan. Dalam kurun waktu itu, aku
merubah haluan untuk mencari kerja. Kerja apapun, yang penting bisa untuk
bertahan hidup selama di Surabaya. Namun, mendapatkan kerja tidak semudah itu,
apalagi aku tak banyak memiliki keahlian. Hanya mengandalkan pengalaman
mengajar bahasa Inggris dan sertifikat microsoft. Alhasil, tak ada satupun
lamaran kerja yang dapat kudapatkan. Kesimpulannya aku menjadi penganguran.
Setelah mengalami proses seperti itu aku mencoba untuk sebisa
mungkin husnudzon dengan apapun yang terjadi dalam hidupku. Rencana
Allah lebih menggembirakan dari rencana yang ada dalam list kita. Pada akhir
november aku mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga penginapan baru di daerah
sekitar Unesa (Universitas Negeri Surabaya), tepatnya sebelah kiri pas kantor
PW PKB Jawa Timur. Namun hanya bertahan 5 hari dan aku memutuskan untuk
berhenti. Setelah itu, angin segar berhembus aku dinyatakan lulus sebagai
peserta pelatihan intensif kursus bahasa belanda yang diselenggarakan oleh
Kementerian Agama. Inilah ceritanya!
Hari
Ke-1 (Kamis, 10 Des 15)
Rabu, 09 Desember 2015 saat negara ini mempunyai gawe besar
yakni penyelenggaran Pilkada serentak di berbagai daerah, aku berada di kereta
api ekonomi Gaya baru malam jurusan Surabaya-Jakarta Pasar Senen. Berangkat
dari Stasiun Wonokromo pada pukul 12.00 dan tiba di Jakarta pada dini hari
keesokan harinya. Ini merupakan kedua kalinya aku berada di stasiun pasar senen
setelah pada jumat sebelumnya tiba di Jakarta untuk mengikuti seleksi di Kantor
Kemenag samping masjid Istiqlal. Sedangkan, hari ini aku hendak mengikuti
pembukaan sekaligus dimulainya kursus bahasa belanda selama 6 bulan kedepan di
Pusat Bahasa Internasional Universitas Indonesia.
Foto dari angle berbeda |
Kamis pagi itu, pertama kalinya aku naik moda transportasi Commuter
Line atau bahasa kasarnya KRL menuju Depok. Perjalanan selama hampir satu jam
itu diakhiri ketika sudah sampai di Stasiun Univ. Indonesia. Ya, hari itu juga
adalah pertama kalinya aku menginjakan kaki di kampus UI yang terkenal itu.
Kampus jaket kuning yang luasnya hampir 300 hectare itu memang megah dan aduhai.
Jauh berbeda dengan kampus UINSA yang selama 4 tahun saya belajar di sana.
Sampai di Kampus langsung menuju Pusat Bahasa Internasional FIB
dengan panduan satpam. Lumayan jauh dari stasiun UI. Jalan kaki sekitar 5
menit. Kemudian mencari masjid namun tak kutemukan, yang ada mushola FIB yang
letaknya dekat dengan danau. Aku dengan bawaan tas carrier layaknya hendak
mendaki gunung menuju mushola untuk mandi.
Pembukaan dimulai pukul 09:00 WIB. Diawali dengan penandatanganan
kontrak pencairan dana kemudian dilanjutkan dengan pengarahan serta tujuan
program kursus ini diadakan. Aku bersyukur karena program yang pertama kali
diadakan ini memang benar-benar untuk tujuan yang jelas. Kementerian agama
melihat bahwa banyak literature keislaman yang berbahasa belanda, untuk itu
Kemenag menginginkan hasil dari pelaksanaan pelatihan intensif bahasa belanda
ini nantinya bisa menjadi pionir untuk melakukan penelitian kajian keislaman,
terutama yang berbahasa belanda. Selain itu, bagi mereka yang tertarik untuk
melanjutkan studi atau penelitian ke Belanda nantinya akan dibiayai dan diberi
hak istimewa.
Pelatihan ini akan berlangsung selama 720 jam dengan jangka waktu 6
bulan, dimulai tanggal 10 Desember dan akan berakhir pada 10 Juni 2016.
Seminggu lima hari dimulai hari senin hingga jumat. Dibagi menjadi 2 sesi. Sesi
pertama dimulai pukul 09;00 s.d 12;00 dan dilanjutkan sesi kedua pada siang
hari jam 13;00 hingga 16;00 WIB. Setelah pembukaan selesai, pembelajaran
langsung dimulai. Mevrouw Indira adalah dosen pertama yang mengenalkan
kami tentang dasar-dasar bahasa belanda dan bagaimana cara perkenalan dan
menanyakan nama. Aku mulai tertarik mempelajarinya karena sesuatu yang baru itu
menurutku menyenangkan. Apalagi dengan dosen dan tenaga pengajar yang
profesional serta cantik.
Suasana Kelas |
Giliran mevrouw Eliza yang mengisi sesi kedua. Tak jauh beda dengan
sesi pertama sesi kedua ini kami mulai diajari bagaimana melafalkan alphabet
dalam bahasa belanda. Dalam pelafalan ada banyak persamaan dengan bahasa
indonesia, hanya beberapa yang berbeda. Huruf “G” dilafalkan khas seperti huruf
kho’ dalam bahasa arab. Mulai saat itu aku mulai penasaran dan ingin
mempelajari lebih dalam lagi tentang bahasa belanda.
Hari Ke-2
(Jumat, 11 Des 15)
Aku masih menumpang di kost Givo, temannya temanku yang kuliah di
jurusan administrasi negara semester 4 asal padang. Sembari berusaha mencari
kost yang cocok, sementara aku menginap di sana. Hari kedua pembelajaran
dimulai lebih awal karena hari ini jumat. Menheer Munif yang memberi
pelajaran di jam pertama dan Mevrouw Indira di jam kedua. Setelah
program masih sama missi selanjutnya adalah mencari kost namun belum dapat.
Hari Ke-3 (Sabtu, 12 Des 15)
Hari ini sabtu, kami libur. Agendanya adalah mencari kost. Seperti
biasa pagi-pagi adalah jadwal ngopi. Pukul 09 melihat kost tapi tidak cocok.
Membeli buku Dwilogi Andrea Hirata Padhang Mbulan dan Maryamah Karpov dan
kubaca di dekat danau di bawah jembatan TEKSAS. Jembatan yang menghubungkan
fakultas Teknik dan Sastra. Konon karena mahasiswa teknik kebanyakan cowok dan
sastra kebanyakan cewek maka jembatan ini lebih terkenal dengan nama Jembatan
Cinta. Alhamdulillah, hari ini akhirnya aku mendapatkan tempat kost di
Kutek (Kukusan Teknik) di Jl. Masjid al-faruq belakang pondok Al-hikam (Pondok
Milik Hasyim Muzadi, mantan ketua umum PBNU).
Berjalan di Jembatan Teksas |
Hari
Ke-4 (Minggu, 13 Des 15)
Setiap akhir pekan di gang dekat kostku ada pasar kaget, semacam
bazar di gang muayyad Surabaya. Pagi ini aku bersama beberapa teman penasaran
ingin kesana sekalian membeli keperluan yang belum ada di kost. Selanjutnya, agak
siang ke JCC (Jakarta Convention Center) ada Gramedia Book Fair. Ini pertama
kalinya aku datang ke kawasan Istora Senayan. Pertama kali masih bingung untung
aku bersama Auli, teman dari Malang alumni Ma’had Ali Tebuireng.
Setelah banyak tanya ke petugas stasiun dan busway akhirnya aku
menemukan rute yang pas. Yakni dari stasiun UI naik KRL turun stasiun juanda
kemudian naik Busway menuju Harmoni dari harmoni transit bus jurusan Blok M dan
turun terminal Polda Metro Jaya. Dari sana harus jalan sekitar 500 M kearah
kompleks Gelora Bung Karno. Oya, naik busway di Jakarta sekarang sudah memakai
kartu dan tidak butuh uang cash.
Karena ini pertama kali kesini aku sempat tersesat sampai di pintu
gerbang Gelora Bung Karno (GBK). Disana ada acara Run Fun yang diadakan oleh
BPJS Ketenagakerjaan. Sayangnya ketika kami sampai sana acara sudah kelar. Kami
sempat menyaksikan penampilan Aryo Wahab menyanyikan lagu Papa nggak pulang.
Setelah tanya ke polisi dan beberapa orang arah ke JCC akhirnya sampai di
lokasi pameran buku.
Seperti pameran buku biasanya, Gramedia Book Fair ini juga
menyuguhkan beberapa agenda dan konsep lain selain menampilkan buku. Ada Game,
aplikasi dan juga TV kompas. Selain itu ada panggung besar di depan sebagai
tempat great and meet dan beberapa seminar. Karena pas kami kesana adalah hari
terakhir maka tidak ada seminar ataupun talkshow hanya acara untuk anak-anak,
dongeng for kids.
Setelah puas melihat-lihat ribuan buku yang terpampang di rak aku
menuju stand buku obral. 3 buku dengan judul Napak Tilas Ke Belanda, Fatwa
dan Canda Gusdur serta Travel with Heart menjadi buku yang membuat aku
tertarik untuk membelinya. Hanya dengan Rp.35.000 tiga buku tersebut masuk
kantong plastik dan kubawa pulang. Saat itu aku mencoba mengisi TTS bantal, produk
baru dari Kompas Cetak. Setelah selesai mengisi aku dapat buku catatan Kompas
Muda. Jam 14;00 pulang, naik busway dari terminal JCC turun terminal stasiun
Cawang dan naik KRL menuju UI. Hujan deras di sepanjang perjalanan.
Hari
Ke-5 (Senin, 14 Des 15)
Senin bagi sebagian orang menjadi hari yang menakutkan karena
keceriaan libur akhir pekan harus berakhir. Namun bagiku senin ini merupakan
hari yang kutunggu, pasalnya kursus akan dimulai. Kursus belanda ini membuatku
penasaran ingin tahu lebih dalam bahasa belanda. Ternyata bahasa belanda itu
menyenangkan, unik dan tidak sesulit yang kubayangkan sebelumnya.
Selfie met Mevrouw Indira |
Hari ini kami diajar oleh dua dosen baru. Baru maksudnya beliau
baru masuk di kelas kami pada hari ini. Jam pertama diisi oleh dosen wanita
dengan kerudung ungu dan baju kaos coklat tampak begitu anggun. Saat berkenalan
namanya mevrouw Zahroh, perawakannya tinggi, berumur sekitar 40-an tahun. Cara
ngajarnya lumayan enak dan menyenangkan. Jadi tak terasa kalau jam sudah
menunjukan pukul 12;00. Sedangkan jam kedua diisi oleh mevrouw Christina.
Melihat penampilan dan juga namanya, kesan pertamaku mengira kalau beliau
beragama nasrani, eh ternyata salah. Beliau Islam tulen. Kami belajar sampai di
less 6. Oh ya, kami sudah dikasih buku panduan bahasa belanda Delftse Methode,
Theorieboek, Oefinengenboek dan Buku Bacaan Bahasa Belanda. Buku-buku inilah
yang menemaniku selama 6 bulan kedepan mempelajari bahasa belanda. Semoga dia
mau jadi teman!
Hari
Ke-6 (Selasa, 15 Des 15)
Pagi ini bersama teman sekamar, Alan Nuari, selepas sholat jamaah
shubuh aku jalan-jalan keliling kampung kukusan, beji, depok. Alan begitu
panggilanya adalah mahasiswa S2 STAINU (Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul
Ulama) Jakarta yang berlokasi di Bogor. Dia berasal dari Kalimantan dan bersuku
melayu sambas. Kami berjalan mencoba rute baru yang belum dilewati, kearah
masjid Al-hikam dan masuk komplek pondok Al-hikam. Kami saling bertukar
pengalaman dan berbagi cerita. Selama 6 bulan ke depan kami akan berusaha
menjadi dua sahabat seperjuangan yang mempunyai mimpi sama, kuliah ke luar
negeri.
Masjid Al-Hikam |
Hari
Ke-7 (Rabu, 16 Des 15)
Hari ini kursus libur. Koordinator program, mevrouw Indira, dalam
satu kesempatan ketika beliau mengajar pernah mengatakan bahwa untuk bulan
Desember ini banyak liburnya. Bertepatan, hari ini Ahmad Maskur, teman satu
kelas di UINSA, baru pulang dari Jepang selepas mengikuti program Jenesis,
semacam program pertukaran pemuda. Selama dua minggu dia berada di sana.
Kami mengadakan janji untuk ketemuan di rumah kakaknya di Perumahan
Jabatan DPR-RI di Kalibata, Jakarta pada pukul 09;00. Jam 08;00 aku berangkat
dari kost menuju stasiun UI untuk kemudian naik Comutter Line dan turun di
stasiun Duren Kalibata. Commuter Line pada jam-jam pagi atau jam berangkat
kerja selalu penuh. Aku ikut serta bergelantungan di kereta selama perjalanan. Sampai
di stasiun aku dijemput menuju ke rumah kakaknya. Dia banyak bercerita tentang
program tersebut dan tentang Jepang. Dia mengelu-elukan Jepang dengan
keindahannya, kebersihan dan toleransi penduduknya. Sangat berbanding terbalik
dengan Indonesia. Bahkan di desa terpencil di kawasan Nagasaki tak ada sampah
sedikitpun. Inilah realita.
Siang hujan hingga akhirnya pada pukul 14;00 kami ke PGC (Pusat
Grosir Cicilitan) untuk membeli sesuatu. Ya, PGC itu semacam pasar turi atau DTC
kalau di Surabaya namun sedikit agak luas. Hingga hampir pukul 5 sore kami baru
balik ke Kalibata. Setelah maghrib keliling mencari apotek Kimia Farma yang
letaknya belum diketahui sehingga muter-muter tak jelas. Ketika hendak balik
kemaleman akhirnya menginap.
Malam ini, Indonesia sedang gaduh. Ketua DPR, Setya Novanto
mengundurkan diri menjadi ketua DPR periode 2014-2019 setelah melalui drama
politik mirip dagelan. Kasus papa minta saham itu bergulir panas setelah
menteri ESDM, Sudirman Said melaporkan Novanto ke MKD atas dugaan pencatutan
nama Presiden. Dalam rekaman percakapan antara Setya Novanto dengan Direktur
Freeport Indonesia, Maroef Syamsudin dan pengusaha Reza Chalid mereka hendak
melakukan kongkalikong terhadap perpanjangan kontrak freeport di Indonesia.
Kasus tersebut telah bergulir panas dan membuat republik ini gaduh dalam
minggu-minggu terakhir ini. Keputusannya adalah Setya Novanto mengundurkan diri
sebelum diberhentikan secara tidak hormat. Itulah politik, tak ubahnya seperti
sandiwara dalam opera. Malam ini hujan rintik-rintik terus berjatuhan hingga
pagi menjelang.
(Akan berlanjut setiap pekan selama 6 bulan kedepan)
0 komentar:
Posting Komentar