Sebaik-baik Manusia Adalah Orang yang Bermanfaat Bagi Sesama (H.R Buchori Muslim)
“Hidup adalah perjalanan waktu dan perpindahan tempat. Kapan pun dan di mana pun kita berada, haruslah memberi manfaat bagi sesama, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Learn, Share, Success! (Muhammad Ali Murtadlo)”

Sabtu, 24 November 2012

Mengunjungi Telaga Sarangan, Menikmati Pantai Pasir Putih


Bertamasya selain sebagai hobi semua orang juga merupakan momen yang pas untuk refreshing. Merefresh otak dari kepenatan segala aktivitas. Saya dan kawan-kawan kelas ASD ’10, pada Sabtu (24 Novenber 2012) bertamasya ke Telaga sarangan, Magetan, kemudian dilanjutkan ke PantaI Pasir Putih di Trenggalek.
Rencana untuk rekreasi ini sebenarnya sudah ada sejak jauh-jauh hari ketika kami masih semester II, saat itu saya sebagai Kosmanya. Karena ada beberapa hal rencana itu baru terealisasi saat ini. Meskipun demikian saya merasa rekreasi kali ini sangat mengesankan. Selain bisa merekatkan tali emosional antarwarga kelas ASD, juga bisa mengunjungi sekaligus menikmati keindahan alam Indonesia. Bumi pertiwi yang Indah dan Mempesona.
Dalam kelas kami ada 30 Mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, sampai berasal dari mancanegara. Mulai dari Pulau Dewata Bali, Probolinggo, Situbondo, Lumajang, Pasuruan, Sidoarjo, Surabaya, Madura, Mojokerto, Lamongan dan saya sendiri dari Bojonegoro. Yang dari Mancanegara ada 2 Orang, keduanya dari Malaysia. Tidak semua warga ASD bisa ikut berangkat saat itu, dengan alasan ada beberapa kepentingan yang harus diselesaikan. Hanya 24 orang yang ikut.
Kami Berangkat pada Jum’at pukul 23:00 WIB dengan Tiga mobil, Dua Daihatsu Xenia dan satunya Toyota Avanza. Kebetulan saya berada di salah satu Daihatsu Xenia tersebut. Untuk sampai di Magetan rute yang harus kami tempuh adalah Surabaya-Sidoarjo-Mojokerto-Jombang-Madiun-Magetan. Perjalanan ke Magetan kurang lebih kami tempuh selama 6 jam, itu pun karena sering berhenti di SPBU untuk mengisi BBM dan buang air kecil. Sampai di Telaga sarangan sekitar pukul 05:30 setelah mampir Sholat Shubuh di Masjid daerah Madiun. Sayang, Kami tidak sempat melihat Sun Rice. Sebelum masuk di Kawasan Telaga, kami menyempatkan diri berfoto di depan pintu masuk.
Ini merupakan kali pertama saya menginjakan kaki di Magetan. Jujur, ini juga merupakan pengalaman pertama saya mengunjungi Gunung Lawu dan Telaga Sarangan. Ketika sampai di kawasan pegunungan lawu saya merasakan panorama yang beda dari yang biasa saya lihat. Kalau biasanya melihat gedung-gedung bertingkat, saat itu saya melihat pemandangan alam yang memikat. Ketika biasanya merasakan hawa panas di Surabaya, saat itu saya merasakan hawa sejuk di Pegunungan.
Sepintas Suasananya mirip di kawasan Tretes, Pasuruan atau di Pacet Mojokerto. Hanya saja kawasan Gunung Lawu ini jalanannya lebih menanjak dan menguji Adrenalin. Sampai-sampai mobil yang saya tumpangi tidak kuat membawa kami naik dan harus kami dorong. Mobil baru bisa melanjutkan perjalanan setelah  mesinnya dingin.

Telaga Sarangan
Akhirnya kami tiba di Sarangan. Sesampai di telaga sarangan kami disambut dengan hawa dingin yang merasuk tubuh. Saya agak kecewa, karena airnya surut hanya terlihat dangkal sekali. Menurut penuturan seorang kawan Sarangan akan terlihat indah ketika airnya sampai diatas. Meskipun demikian, tidak mengurangi kebahagian saya melihat keindahan Alam ini. Gunungnya, suasananya, hawanya, dan sebagainya semakin memahamkan dan meyakinkan saya betapa agung dan menakjubkannya ciptaan Allah SWT.
Setelah turun dari mobil kami langsung menuju ke tepi telaga untuk berfoto-foto. Sebenarnya saya berniat dan kepingin naik kapal Boat mengelilingi Telaga, namun saya urungkan. Hanya kawan-kawan cewek yang saat itu berkenan naik. Saya lebih memilih duduk sambil memandangi orang yang sedang mamancing di samping grojogan air di sebelah Timur.
Setelah puas dengan panorama telaga, kami hendak ke Air Terjun, namun sayang, lagi-lagi kami urungkan. Selain tempatnya jauh, jalannya pun setapak, kami diharuskan membeli tiket masuk seharga Rp. 7.000. Kawan-kawan memutuskan untuk tidak naik dengan pertimbangan medannya jauh, bayar lagi, sedangkan perjalanan harus kami lanjutkan. Eman sebenarnya, jauh-jauh sampai sana namun tidak menikmati air terjun. Mungkin lain kali akan saya coba berkunjung lagi ke sana. Menurut saya Magetan memang mengesankan dan layak untuk menjadi jujukan wisata.

Mampir di Babadan, Ponorogo  
Sebelum melanjutkan perjalanan ke Pasir Putih, Trenggalek, kami mampir terlebih dahulu di Babadan Ponorogo, di salah satu rumah kawan kami, Afwan Romdloni. Sampai disana sekitar pukul 09:30 WIB. Setiba disana kami disambut hangat oleh senyum dan keramahan orang tuanya, kemudian dipersilahkan duduk ditempat yang telah disediakan. Sebenarnya kami takut merepotkan, namun dengan alasan silaturrahmi di rumah kawan, akhirnya kami sempatkan untuk mampir.
Tanpa menunggu lama kami langsung disuguhi dengan aneka macam makanan. Ada mangga, Krupuk dan Jajananan lainnya serta disuguhi dengan menu sarapan. Namun sayang, saya tidak mencicipi, karena saat itu saya sedang berpuasa Asyuro, tanggal 10 Muharram.
Sekitar pukul 11:30 kami beranjak dari Babadan. Seperti layaknya keluarga besar kami foto bersama keluarga afwan di depan rumahnya.

Pantai Pasir Putih, Trenggalek
Setelah melewati perjalanan lama yang melelahkan, akhirnya kami tiba di Pantai Pasir Putih. Tiba disana Pukul 14:30 WIB. Perjalanan menuju pasir putih saya akui sangat menguji adrenalin. Jalanannya yang berkelok-kelok, menanjak dan licin membuat kami berulang kali berdo’a, membaca sholawat agar perjalanan kami selamat sampai disana.
Setiba disana, terbayar sudah kelelahan saya saat di mobil. Memandangi panorama pantai dan pemandangan alam yang berkesan membuat rasa lelah saya seolah-olah hilang. Saya juga melihat ada bangkai kapal di tengah laut, konon itu adalah bekas kapal asing yang ditemukan melabuh di Laut Selatan.
Tanpa menunggu lama, saya langsung mendekat dan merasakan asinnya air laut. Awalnya saya sendirian berada di pantai sebelah utara yang berbatu. Melepas celana jin dan hanya mengenakan celana Boxer dan Kaos lengan panjang saya langsung mencebur ke laut, disambut dengan desiran ombak yang membahana menyapu tubuh saya ke bebatuan. Tanpa saya sadari Lutut dan Jempol saya robek oleh runcingnya batu. Namun tak terasa sakitnya karena terbasuh oleh kandungan yodium air laut.
Dengan tanpa menghiraukan rasa perih saya berbaur dengan kawan-kawan di sebelah selatan. Saling kejar-kejaran dan melempar pasir kami lakukan. Saya merasakan kenikmatan tersendiri di sini. Kenikmatan bisa bercanda ria bersama kawan-kawan di pantai, selain itu dapat berfoto dalam berbagai pose. Loncat dengan berteriak, berkacak pinggang, dan tentunya dengan melebarkan senyum termanis.
Puas dengan suasana pantai, kemudian saya membersihkan pasir-pasir yang ada di badan dengan mandi di MCK yang tersedia di pinggir pantai. Disana tertera, Mandi Rp. 3.000 Kencing dan Cuci Muka Rp. 2.000. Saya mandi dan harus merogoh kocek Rp. 3.000.
Sekitar Pukul 16:00 kami beranjak dari Trenggalek menuju Surabaya. Sebelumnya mampir terlebih dahulu di Masjid terdekat untuk sholat yang belum telaksana. Saat itu kawasan Prigi sedang turun hujan, saya harus berlari-lari kecil untuk menuju masjid.
Selamat tinggal pasir putih, mungkin cukup sekali saja saya mengunjungimu.
Kau terlalu jauh dan berliku, membuat saya tak bernafsu untuk berkunjung selanjutnya.
Kau telah memberiku kenang-kenangan yang membekas di Lutut dan Jempolku.
Itu Bukan berarti saya tidak suka denganmu.
Ini hanya sebuah pengakuan bahwa kau adalah ciptaan Tuhan yang mengesankan.

Perjalanan pulang tidak kalah melelahkan, selain hujan kami harus menepuh jalan yang licin dan bergelombang. Tentunya membuat Adrenalin kami kembali teruji. Perjalanan pulang kami tempuh sekitar 8 jam setelah sebelumnya mampir makan pecel di Tulung Agung. Sebelumnya saya berbuka puasa di mobil dengan hanya makan roti dan beberapa camilan serta dilegakan dengan Minum Fruit Tea. Tentunya ini merupakan pengalaman yang tak terlupakan bersama kawan-kawan ASD ’10.
Tiba di Surabaya tengah malam. Saya menaruh tas, kemudian Sholat dan menulis catatan ini selesai pukul 02:20 Dini hari. Sungguh ini adalah Pengalaman Berharga bagi perjalanan hidup saya.

Muhammad Ali Murtadlo
Surabaya, Pukul 02:20 WIB, 25 November 2012.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India