Sebaik-baik Manusia Adalah Orang yang Bermanfaat Bagi Sesama (H.R Buchori Muslim)
“Hidup adalah perjalanan waktu dan perpindahan tempat. Kapan pun dan di mana pun kita berada, haruslah memberi manfaat bagi sesama, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Learn, Share, Success! (Muhammad Ali Murtadlo)”

Senin, 03 Desember 2012

Perjuangan Masuk Perguruan Tinggi Jalur Beasiswa


Saya bukan termasuk mahasiswa yang masuk Perguruan Tinggi Lewat jalur SNMPTN, tetapi saya memiliki pengalaman menarik terkait perjuangan saya untuk bisa masuk Perguruan Tinggi yang saya idamkan.
Saat itu, saya sudah mengikuti Ujian Nasional namun belum ada pengumuman kelulusan, tiba-tiba Guru BK memanggil 5 anak dari kelas saya untuk menghadap ke kantor kesiswaaan sepulang sekolah, saya termasuk salah satunya. Awalnya saya tidak mengerti maksud dipanggilnya ke 5 anak ini. Saya ikuti saja tanpa banyak bertanya.
Di kantor kesiswaan ternyata yang dipanggil bukan kami berlima saja. Ada 20 anak perwakilan dari empat kelas. Kelas IPA 1, IPA 2, IPS 1 dan IPS 2, kebetulan saya dari kelas IPA 1. Di sana dijelaskan bahwa kami 20 anak adalah siswa terpilih dari semua kelas untuk berkesempatan mendaftar ke Perguruan Tinggi melalui program PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi), Program dari Depag (Departemen Agama).
Saya yang notabene suka dengan sesuatu yang tanpa biaya dan tanpa merepotkan orang tua sontak sangat senang, meskipun belum tentu bisa diterima karena harus melewati persyaratan dan perjalanan yang sangat panjang. Saya harus melengkapi berkas-berkas yang begitu rumit, seperti mengurus Akta Kelahiran, Surat KK (Kartu Keluarga), KTP (Kartu Tanda Penduduk), Rekening Listrik 3 Bulan Terakhir, dan lain sebagainya. Saya masih ingat waktu itu harus mengurus sendiri kartu KK di Kantor Kepala Desa dan Kantor Pencatatan Sipil. Dan juga mengurus KTP di Kantor Kecamatan yang saya lakukan sendiri tanpa merepotkan orang tua.
Setelah berkas persyaratan itu lengkap, saya juga harus mengurus surat-surat lain, seperti surat rekomendasi dari pihak Sekolah dan Pesantren. Pada saat itu pengasuh pesantren sulit sekali untuk ditemui, saya harus bolak-balik ke-Ndalem untuk sekedar minta tanda tangan yang sangat berharga itu. Saya dan teman-teman waktu itu harus pulang sore menjelang magrhib hanya untuk mengurus segala berkas-berkas itu.
Setelah berkas beres, selang beberapa hari saya dikagetkan dengan pengumuman selanjutnya. Bahwa berkas yang saat itu saya kumpulkan dengan penuh perjuangan ditolak oleh pihak pengelola PBSB, dengan alasan melebihi kuota. Maksimal setiap Pondok pesantren hanya boleh mendelegasikan santrinya sebanyak 10 anak. Pesantren saya yang waktu itu menyetorkan 20 berkas otomatis 10 berkas yang lain ditolak. Saya termasuk salah satu berkas yang ditolak.
Tidak bisa dibayangkan bagaimana perasaan saya waktu itu. Saya merasa sangat terpukul dengan kejadian itu. Namun ada kabar gembira dari Guru BK, berkas yang ditolak oleh PBSB itu akan didaftarkan melalui jalur Program Bidikmisi (Beasiswa Pendidikan bagi Keluarga Miskin Berprestasi), salah satu program baru dari Kemendikbud tahun 2010. Fikiran yang sebelumnya carut marut bisa sedikit terobati dengan kabar itu.
Selang beberapa hari saya mendapatkan kartu peserta test. Waktu itu saya mendaftar di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Test dilaksanakan di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Saya bersama tiga anak lainnya, berangkat naik kereta api. Ini adalah pengalaman pertama saya menginjakan kaki di Kota Metropolitan Surabaya. Sempat bingung dan akhirnya sampai di IAIN dengan selamat. Kami disambut oleh kakak kelas dari At-Tanwir yang waktu itu sudah berada disini. Saya berempat menginap di kontrakan kakak tadi.
Test waktu itu ada dua sesi, test tulis dan lisan. Test tulis berupa test Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab dan Psikotes. Alhamdulillah dengan percaya diri saya kerjakan soal-soal itu. Sedangkan test lisan berupa wawancara dan membaca Al-Quran. Tanpa ragu saya jawab semua pertanya dari pihak pengetes. Waktu itu pesertanya hamper 500 anak sedangkan yang diterima hanya 75 anak.
Lama sekali jarak antara test dengan pegumuman penerimaaan. Saya waktu itu ragu, saya diterima atau tidak. Sesekali saya bertanya ke Guru BK tentang pengumuman, tapi tidak ada jawaban pasti. Baru selang satu bulan kira-kira, penguman itu muncul di Website IAIN. Lagi-lagi saya kecewa nama saya tidak tercantum di daftar yang diterima. Berulang kali saya pelototi satu-persatu, ternyata nihil, nama saya memang tidak tercantum. Dan ternyata nama saya berada di daftar cadangan. Menggantung, karena cadangan merupakan nama-nama yang diterima tidak ditolak pun tidak.
Waktu itu saya setiap malam melaksanakan sholat malam dan tidak berhenti-hentinya berdo’a. Meminta bantuan do’a kepada orang tua, teman-teman, adik-adik, dan para kerabat terdekat. Mudah-mudahan ada anak yang diterima namun tidak mengambilnya, dan daftar cadangan akan dipanggil untuk menggantikannya.
Di kekosongan waktu menunggu pengumuman yang tidak jelas kabarnya itu saya ikut kakak di Jombang. Di sana saya berkelana mencari informasi di kampus-kampus swasta ternama yang ada di Jombang. Saya menyambangi Bag. Akademik UNDAR (Universitas Darul Ulum), UNIPDU (Universitas Pesantren Darul Ulum), STIKOM Amik, IKAHA (Institut Keislaman Hasyim Asyari), STIKIP PGRI, Sampai pernah blusukan di Kantor Ma’had A’li Pon. Pes Tebu Ireng, semuanya hanya mencari informasi dan tidak ada yang sreg di hati. Saya dan kakak hanya bertanya-tanya dan meminta brosur pendaftran Mahasiswa Baru. Sungguh malang nasib saya saat itu.
Untuk lokasi yang terakhir ada cerita menarik. Ketika baru masuk di Kantor Ma’had Ali, saya dan kakak disambut dengan menggunakan Bahasa Arab. Meskipun tidak paham benar apa yang dikatakan, setidaknya saya bisa menangkap apa yang diperbincangkan kakak saya dengan petugas kantor itu. Setelah selesai, saya menyempatkan diri Ziarah di Makam sang Guru Bangsa, K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk sekedar membaca Yasin dan Tahlil.
Ternyata do’a saya terkabulkan. Selang beberapa hari saya dihubungi oleh guru BK bahwa saya masuk sebagai penerima Beasiswa Bidikmisi di IAIN Sunan Ampel  Surabaya karena ada anak yang tidak melakukan daftar ulang. Keesokan harinya saya langsung diajak beliau untuk segera mengurus Heregistrasi ke Surabaya dengan menyerahkan Fotocopi ijazah dan melengkapi berkas-berkas lainnya. Akhirnya setelah saya melaksanakan daftar ulang resmilah saya sebagai mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam hal ini saya tidak akan melupakan jasa dari Guru BK tersebut, Pak. Surono.
Kepada adik-adik kelas yang berkeinginan untuk masuk perguruan tinggi idaman, janganlah takut dan jangan ragu, kalian pasti bisa. Selagi ada keyakinan dan kemauan yang kuat serta ada perjuangan yang hebat, kalian pasti akan diterima. Intinya kalian harus berusaha. Setiap kita menginginkan sesuatu sebenarnya mudah, hanya butuh usaha, kerja keras dan do’a. Salam sukses buat kita semua !!!

Muhammad Ali Murtadlo, Salah satu mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi Tahun 2010, di Jurusan Ahwalus Syakhsiyah, Fakultas Syariah, IAIN Sunan Ampel Surabaya. Lahir di Teleng, Sumberejo, Bojonegoro pada 19 Maret 1993 M. Lulusan MAI At-Tanwir, Bojonegoro. Saat ini sedang belajar menulis Artikel, Esay, Cerpen, maupun Puisi. Tulisannya pernah dimuat di beberapa media seperti, Republika, Suara Karya, Radar Surabaya, Harian Surya, Duta Masyarakat, Harian Bhirawa, dan dimuat di beberapa buletin kampus. Bisa dihubungi di +6285730723885 atau aldo_murtadlo@yahoo.com. Kunjungi Webnya di aldomurtadlo.blogspot.com

1 komentar:

Unknown mengatakan...

waw sip

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India