Identitas Buku
Judul
: Inilah Dahlan, Itulah
Dahlan
Penyusun : Taufik Lamade & Rohman Budijanto
Penerbit : Penerbit Noura Books (PT Mizan
Publika)
Cetakan : Kedua, Nobember 2012
Tebal : 240 + vi
ISBN : 978-602-9498-88-2
Oleh:
Muhammad Ali Murtadlo*)
Membincangkan
sosok Dahlan Iskan memang tidak ada habisnya. Tidak hanya orang terdekat yang
memberi komentar atas sikap dan tindakannya. Dari politikus, olahragawan,
budayawan, wartawan, sampai mantan pesaing bisnisnya pun memberikan tanggapan
yang serupa. Seperti yang tertuang dalam buku “Inilah Dahlan, Itulah Dahlan”.
Buku ini merupakan komentar-komentar dari para tokoh dari berbagai bidang, seperti
Mahfud M.D, Syaifullah Yusuf, Rhenald Kasali, Ary Ginanjar A, Denny Indrayana,
Djoko Pitono, J. Sumardijanta, Hasibullah Satrawi, dan beberapa tokoh lainnya.
Seperti
yang dijelaskan penyusunnya, Taufik Lamade dalam kata pengantar, buku ini
berisikan berbagai artikel “berbau” Dahlan Iskan yang masuk di redaksi Jawa Pos namun tidak dimuat di koran cetaknya.
Ditambah dengan artikel tentang dahlan iskan yang berserakan di media massa
lain. Selain itu, penyusun buku juga meminta para penulis khusus untuk
memperkaya perspektif buku ini.
Menyimak
kisah perjalanan hidup Dahlan Iskan benar-benar mampu memberi sinyal-sinyal
optimitas bagi Indonesia untuk menjadi Negara
maju. Menteri BUMN itu telah banyak melakukan gebrakan-gebrakan kontroversial
yang menurut para tokoh dikatakan sebagai aksi koboi, namun tindakan itu
merupakan reaktif dari kecarut-marutan permasalahan bangsa. Seperti aksi “ngamuk”
saat di Jalan Tol, naik Kereta Listrik (KRL), naik ojek ketika kunjungan kerja,
sampai menginap di rumah petani di Sleman, Jogjakarta.
Mahfud
MD, Ketua Mahkamah Konstitusi itu menjuluki Dahlan dengan Dahlan Iskan
Al-Dakhil yang artinya Dahlan Iskan Sang Pendobrak. Mahfud menisbatkan Dahlan dengan
Abdurahman Al-Daakhil, keturunan Bani Umayyah yang berhasil membangun pusat
peradaban islam di Cordoba, Spanyol. Kata Mahfud, Meskipun tidak harus
diresmikan, Pemberian sebutan Al-Dakhiil kepada Dahlan Iskan tidaklah
berlebihan. Setiap langkah Dahlan memang berwatak pendobrakan terhadap kejumudan
politik dan pemerintahan kita. Politik dan pemerintahan kita sekarang ini
sedang ditumbuhi oleh munculnya orang-orang Al Jahiil (kebodohan) dan Al
Baakhil (keculasan, korupsi) sehingga penyebutan Al Daakhil bagi orang-orang
seperti Dahlan Iskan menjadi perlu untuk diteriakan. (Hal. 19)
Kata
Owen Podger Dahlan adalah agen perubahan (change-agent)
hidup. Indonesia mempunyai banyak selebriti yang menjadi pejabat publik, tetapi
Dahlan adalah pejabat publik yang menjadi selebriti. (Hal. 82). Orang-orang menyukainya
karena dia melakukan berbagai hal yang dirindukan publik itu sendiri. Masyarakat
cenderung menyukai sosok Dahlan bukan karena citra melainkan karena cinta.
Cinta dengan sikapnya yang pekerja keras, bersih, tulus, sederhana, bahkan
berani melanggar aturan demi kebaikan dan kesejahteraan rakyat.
Berbeda
denga Owen, Ahmad Djauhar menyamakan Dahlan Iskan dengan Jusuf Kalla, Mantan
Wakil Presiden RI. Menurut Djauhar, antara Dahlan Iskan dan Jusuf kalla,
keduanya sama-sama berani menciptakan terobosan untuk mengatasi kebuntuan,
serta selalu punya alasan kuat dan hampir tidak terbantahkan. Selain itu,
keduanya juga memiliki kenekatan yang nyaris sama, yaitu sering menganggap
aturan yang ada terlalu membatasi gerak cepat meraka. (Hal. 43)
Soebodro,
pelatih Persebaya mempunyai cerita menarik saat Dahlan menjadi manager
Persebaya tahun 1998. Dia tidak heran dengan aksi Dahlan yang membuka paksa
pintu tol, naik kereta ekonomi, atau tidur di dirumah petani di desa, karena
memang begitulah karekter Dahlan sejak dulu. Ke mana-mana ditemani kemaja
putih, dan sepatu kets memang merupakan ciri khas Dahlan Iskan sejak dulu.
Menurut soebodro dua kata yang pas untuk Dahlan Iskan, yaitu terbuka dan apa
adanya.
Dalam
buku ini juga termaktub aktivitas Dahlan selama menjadi aktivis mahasiswa di
IAIN Sunan Ampel (cabang) Samarinda. Jaringan para aktivis mahasiswa yang
kemudian dijaring menjadi partner di Jawa
Pos menjadi aktivis jurnalis. Menurut penuturan Rosdiansyah, langkah Dahlan
merekrut mantan aktivis mahasiswa menjadi jurnalis sejajar dengan apa yang
diteorikan Jurgen Hebermas tentang aktivis mahasiswa sebagai “As intellectuals who renounce their social
claas and place themselves as an avant-garde” (Sebagai intelektual yang
meninggalkan kelas sosial mereka dan menempatkan dirinya sebagai avant-garde). (Hal.168)
Banyak
yang dapat kita ambil hikmah dari kisah yang dituturkan para tokoh tentang
Dahlan Iskan. Sosok pekerja keras, bersih dan tulus (bekerja tanpa pamrih),
optimis, kecintaan yang sepenuh hati kepada profesi dan profesionalitas tinggi,
cepat dalam mengambil keputusan, sederhana, kreatif, respek dalam melihat
berbagai permasalahan dan masih banyak lagi segudang pelajaran yang dapat kita
ambil dari sikap dan tindakan Dahlan.
Terlepas
dari itu semua, buku ini patut dibaca oleh siapapun yang ingin mengenal lebih
dalam sosok Dahlan Iskan. Layak dikonsumsi pula oleh semua kalangan karena
bahasanya yang ringan namun lugas. Berbeda dengan buku-buku lain tentang Dahlan
Iskan, dalam buku ini dikupas sosok Dahlan dari berbagai aspek dan sudut
pandang yang bermacam-macam. Selamat membaca !
*)
Pustakawan
di IAIN Sunan Ampel Surabaya
0 komentar:
Posting Komentar