Hari
Ke-15 (Kamis, 24 Des 15)
Kamis ini bertepatan dengan 12 Rabiul Awal yang merupakan hari
lahirnya yang mulia Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Hampir 15 abad yang lalu
di Jazirah Arab lahirlah makhluk mulia ke dunia yang kemudian menjadi penutup
para nabi dan rasul. Sebagai umat Islam, setiap tahun kita memperingatinya. Untuk
mengungkapkan rasa syukur kita akan kelahiran Rasul Muhammad SAW. Karena berkat
beliaulah umat manusia dapat mengenal tentang islam.
Hari ini aku diajak teman main ke Bogor, tempatnya tinggal selama
ini. Berangkat pagi-pagi sekali saat tukang laundry belum ada yang buka. Kami
naik KRL dari stasiun UI turun di Stasiun Bogor. Jalan kaki sekitar 1 KM menuju
tempat naik angkot ke Parung. Mereka ada janjian akan bertemu dengan pengusaha
untuk diberi motivasi dan arahan terkait usaha mereka. Aku diajak serta.
Tempatnya di Cinere di rumah pengusaha tersebut. Kami diajari banyak tentang
wirausaha.
Tiba di rumahnya kami disambut dengan suka cita. Pak Dana namanya.
Perawakaannya tinggi, putih dan murah senyum. Meskipun baru kenal denganku,
sudah terasa akrab. Sempat ditanya tentang wakaf begitu tahu kalau aku adalah
“Sarjana Hukum Islam”. Kujawab berdasarkan pengetahuan. Terakhir aku tahu bahwa
pak Dana adalah sepupu Tora Sudiro, artis kocak yang banyak membintangi film komedi.
Awalnya kami dikenalkan dengan usaha yang sedang berjalan saat ini, Abon
Jambrong. Abon yang terbuat dari ikan ini sudah dipasarkan melalangbuana ke
pelosok negeri bahkan manca negara.
Aku cukup tertarik dengan ulasaan Ibu Kartina Ika Sari mengenai writerpreneur.
Selain penulis beliau merupakan mantan wartawan di berbagai media masa.
Terutama mengenai aktivitas blogging yang ternyata dapat menghasilkan uang. Aku
menyimak dengan antusias penjelasanya. Beliau mengenalkan kepada kami blogger-blogger
sukses yang bisa menghasilkan jutaan uang. Salah satunya adalah Ariev Rahman,
seorang blogger sukses yang bisa jalan-jalan kesemua pelosok negeri bahkan
keluar negri tanpa ongkos. Aku semakin antusias dan sempat memperlihatkan blog
pribadiku. Sudah bagus katanya. Tinggal banyak dishare dan dipromosikan agar
banyak pengunjungnya. Dan kemudian nanti bisa dipasangin iklan. Semakin banyak
pengunjung semakin banyak yang tertarik untuk mengiklankan produknya ke blog. Aku
disarankan untuk mengikuti berbagai komunitas blogger agar mendapatkan banyak
informasi.
Pemateri kedua tentang internet marketing yang dibawakan oleh Pak
Yunus Bani. Banyak pertanyaan mengenai internet akhirnya terjawab disini. Mulai
dari peluang bisnis sampai cara memasarkan. Bahkan aku tercengang ketika tahu
bahwa banyak sekali imers (sebutan bagi para pelaku internet marketing) yang
menjadi miliarder hanya dengan duduk di depan laptop dan berselancar di dunia
maya. Aku semakin termotivasi dan ingin mencoba. Tentunya tak mudah karena ada
ribuan imers yang tersebar di berbagai belahan dunia. Dari program itu aku
tersadarkan kembali bahwa segala sesuatu ada ilmunya masing-masing.
Sekitar pukul empat sore kami berpamitan pulang. Mampir di Masjid
Kubah Emas dian Al-Mahri. Masjid ini terkenal banget di daerah depok. Menurut
penjelasan temanku, masjid ini merupakan masjid pribadi seorang pengusaha di
singapura. Sekilas memang megah dan luas sekali. Kubahnya berwarna emas. Aku
tak tahu apakah itu emas beneran atau hanya sekedar cat warna emas. Yang pasti
tempatnya bersih dan terawat. Indah dipandang mata dan sedap dirasa hati.
Pulangnya motor mogok dan harus menunggu bengkel hingga hampir tengah malam.
Malam yang melelahkan.
Hari
Ke-16 (Jumat, 25 Des 15)
Aku masih berada di Bogor, tepaatnya di Jl. Pondok Udik, Kemang,
Parung, Bogor. Karena semalam kecapekan aku baru bangun jam 05;30 waktu bogor.
Sholat subuh kemudian diajak makan nasi uduk di warung langganan. Kaget ketika
mau bayar, murah banget, nasi uduk sepiring dengan tahu dan krupuk hanya Rp.
3000 ditambah gorengan 2 jadi 5000. Ini adalah makanan termurah yang pernah
saya makan selama di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi).
Setelah kenyang kami ke Rumah Sakit menjenguk seorang teman yang sudah 3 hari
di rawat di sana.
Setelah jumatan kami beristirahat karena kondisi badan yang lemes
banget. Baru kemudian ke LBSM (Lembaga Bina Santri Mandiri), tempat
temen-temenku tinggal dan bernaung. Lama di sana, aku disuguhi dengan
buah-buahan yang langsung metik dari pohonnya. Jambu, durian, rambutan dan
nanas. Ini pertama kalinya aku di sini, lokasinya sangat asri dengan suasana
desa dan sejuk. Seperti layaknya kampung di pegunungan. Padahal bukan dataran
tinggi. Teman-teman yang sangat welcome, kami bercengkerama dan ngobrolin
tentang pengalaman-pengalaman. Hingga sore aku diajak kembali ke rumah singgah
dan beristirahat, karena kelelahan dan kaki nyeri tak kuat untuk jalan.
Hari
Ke-17 (Sabtu, 26 Des 15)
Aku masih berada di Bogor. Badan terasa pegal-pegal tapi ada janji
dengan teman untuk jalan-jalan di Kebun Raya Bogor (KRB). Aku naik angkot dari
parung menuju stasiun Bogor. Turun di jalan merdeka kemudian jalan kaki menuju
KRB. Lumayan jauh, jalan sekitar 45 menit melewati Istana Kepresidenan Bogor dan
sampai di pintu gerbang 1 kemudian masuk ke dalam. Harga tiket Rp. 14.000. Kami
menikmati pemandangan di sana hingga lelah karena harus jalan kaki lumayan
jauh. Setelah puas, sekitar pukul 12;00 siang kami langsung balik ke Depok
dengan KRL.
Sore aku bersama Auli hadir dalam peringatan Haul Ke-6 K.H
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kami naik
Go-Jek dari pintu Kutek langsung ke lokasi. Hanya sekitar 30 menit kami sudah
sampai. Di lokasi sudah rame banget banyak bus-bus besar yang menyebabkan
kemacetan. Saat aku hendak memotret banner yang menunjukan adanya haul gus dur,
tiba-tiba aku dipanggil orang dari dalam taxi. Setelah aku lihat ternyata Mbak
Kholis beserta anak dan suaminya. Awalnya aku lupa namanya, namun setelah
menyebutkan namanya aku ingat banget bahwa dia adalah mbak kholis, seseorang
yang mengajariku menulis waktu di UIN Sunan Ampel Surabaya. Akhirnya kamibareng-bareng
menuju komplek Al-Munawarah.
Selama pelaksanaan acara aku malah berada di Bazar Buku Pesantren
Ciganjur. Di dalam, tempat sudah penuh. Sampai tengah malam aku berada di sana.
Hujan turun cukup lebat ketika acara masih berlangsung. Para jamaah mencari
tempat berlindung. Lokasi sekitar bazar buku penuh dengan orang. Aku pangkling
dengan Mas Dedik. Kakak angkatanku di MA itu sekarang sudah sukses meniti
karier di Jakarta sebagai penulis. Terakhir aku ditawari untuk menulis di media
yang dia pimpin.
Setelah para jamaah sudah mulai pulang, kami malah masuk ke dekat
panggung utama. Sholeh Sholehun menjadi MC pada waktu itu. Suasana menjadi
jenaka saat wawancara dan bincang-bincang bersama keluarga Gus Dur. Terutama
saat membully sibungsu, Inayah. Tengah malam, Habib Lutfi bin Yahya baru
datang, aku sempat mengikuti sebentar namun karena rasa kantuk yang tak
terbendung kami ke pesantren untuk menginap dan tidur disana.
Hari
Ke-18 (Minggu, 27 Des 15)
Kami masih berada di Pondok Ciganjur. Lumayan segar udara pagi ini.
Kami tidur di salah satu kamar punya mas Umam. Santri yang menjual buku tadi
malam. Di dalam kamar banyak tumpukan buku yang “ngeri”. Buku-buku berat
tentang filsafat, pemikiran Islam, sejarah, hingga tasawuf. Bahkan ada yang
berbahasa arab dan berbahasa inggris. Rasa ingin tahuku membuncah, ingin sekali
membaca dan mengakhatamkan.
Setelah sarapan, kami pulang naik Go-Jek. Turun di pintu masuk
kukel (Kukusan Kelurahan). Ternyata salah turun Go-Jek. Auli sudah berada di
pintu masuk yang bertuliskan Universitas Indonesia besar sekali. Mau-mau gak
mau aku harus berjalan sekitar 2 KM bahkan lebih. Nasib. Inilah kalau sok tahu.
Akibatnya nyasar dan salah jalan. Ketika banyak orang sedang berpakaian
olahraga dan lari-lari, aku memakai baju yang semalam dan jalan-jalan.
Sama-sama mengeluarkan keringat tapi bertujuan berbeda.
Siang, kami hendak ke masjid UI lewat Fakultas Psikologi, tak
sengaja ketemu Pakde Khamid. Khamid adalah teman waktu aku di MA, saat itu kami
berada dalam satu tim PPL, Pengabdian masyarakat di desa Pilanggede, Balen.
Kami ngobrol banyak tentang pengalaman selama ini. Hingga siang kemudian ada
teman dari UIN Surabaya yang sedang menempuh S2 di UI hendak meet up. Ya udah,
dia aku ajak ketemuan sekalian di Psikologi. Ngobrol banyak seputar dunia
perkuliahan dan kemudian kuajak dia pulang ke kosan. Kami mengadakan janji
untuk meet up dengan Isna Noor Fitria. Namun pertemuan digagalkan setelah kami
berada di stasiun UI dan sudah memesan tiket ke Tebet. Pasalnya, Isna berada di
Gandaria City dan itu lumayan jauh, tidak cukup waktu karena jam sudah malam.
Hari
Ke-19 (Senin, 28 Des 15)
Tak terasa sudah kembali senin. Waktu begitu cepat berlalu. Kata
Yasraf Amir Piliang dalam bukunya Dunia yang Dilipat, percepatan ini menjadi
sebuah keniscayaan ketika kesadaraan manusia sudah terekstasi oleh hal-hal yang
berbau perkembangan. Tekhnologi, ilmu pengetahuan, kebebasan berfikir, dan
berubahnya pola pikir merubah cara pandang kita tentang waktu. Dulu ketika
kecil, waktu terasa begitu lama berjalan namun seiring bertumbuhnya usia, waktu
terasa mengejar kita.
Modul Buku Belanda |
Kuliah sudah mulai masuk lagi. Kampus sepi lantaran mahasiswa pada
libur akhir semester. Namun kami tetap semangat masuk dan bergelut dengan ayat-ayat
nederlands. Pembahasan semakin berat. Grammatica membahas tentang perfectum
dan imperfectum hingga reflexief. Istilah istilah seperti itu akhir-akhir ini
yang memenuhi otakku. Setelah 10 bulan berjibaku dengan istilah-istilah
grammatica bahasa inggris, aku harus berusaha untuk memasukan istilah-istilah
bahasa belanda dalam 6 bulan kedepan. Tidak mudah memang, namun bukan berarti
tidak bisa.
Hari
Ke-20 (Selasa, 29 Des 15)
Tak ada yang spesial hari ini. Selain belajar bahasa Belanda aku
harus membaca buku. Karena membaca buku adalah sebuah kewajiban sebagai proses
pendinamisan pikir. Buku-buku yang aku suka adalah tentang hidup. Terutama
tentang filsafat yang tak begitu berat namun mampu menyadarkan pola pikirku
tentang bagaimana memandang hidup. Buku-buku Komarrudin Hidayat, baik yang
mengenai psikologi kematian, life is journey, path of life maupun yang berjudul
agama punya seribu nyawa menjadi konsumsi pikirku. Buku-buku itu sedikit
banyak telah mempengaruhi pola pikirku
dalam memandang sebuah hidup. Bahwa hidup tak selamanya tentang materi namun
tentang psikologi dan pola pikir yang benar dalam memandang hidup.
Hari ini aku juga membeli buku Dunia yang Dilipat karya Yasraf Amir
piliang. Aku tertarik akan buku itu karena editornya Alfathri Adlin adalah
facebooker sejati yang postingan-posstingannya aku ikuti. Agak berat materi
dalam buku tersebut namun lama-kelamaan menjadi asik, karena penuh dengan
teori-teori dan istilah-istilah serta semi filsafat. Buku setebal 508 halaman
itu nantinya akan menemaniku sebagai pengantar tidur.
Hari
Ke-21 (Rabu, 30 Des 15)
Toets yang kedua dilaksanakan hari ini. Soalnya agak rumit.
Pembahasan les 11 hingga 20 yang panjang-panjang itu menjadi fokus
konsentrasiku. Semalam kami di kosan the behind minimax belajar bersama guna
mengahadapi toets yang kedua ini. Hingga pukul 11 malam. Selepas subuh akupun
mengulangi semua materi dari les 11 hingga 20. Toets berjalan lancar meskipun
banyak bagian yang tidak terisi. Setidaknya ini adalah sebuah bukti hasil
pemahaman dan sebagai media evaluasi pembelajaran. Alhamdulillah lancar.
Ikuti episode sebelumnya :
1 komentar:
Posting Komentar