Oleh:
Muhammad Ali Murtadlo*)
“Science
without religion is lame, religion without science is blind”. (Ilmu
tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu adalah buta). Pernyataan Albert
Einstein ini ditulis dalam suratnya kepada filosuf Eric Gutkind, sebagai respon
setelah menerima buku “Choose Life: The Biblical Call to Revolt”. Surat
itu ditulis pada 3 Januari 1954, di Jerman, dan menjelaskan keyakinan pribadi
Einstein tentang agama dan orang-orang Yahudi.
Jika
kita renungkan quote yang dituturkan Einstein tersebut sejalan dengan
apa yang terjadi sekarang. Dalam konteks zaman sekarang banyak orang pintar, jenius,
berpendidikan tinggi, namun tidak diimbangi dengan akal budi yang tinggi. Sehingga
banyak kita jumpai mereka yang mendapatkan jabatan tinggi di pekerjaannya
tetapi masih melakukan korupsi.
Selain itu, banyak kita temui perbuatan yang dikategorikan
sebagai ‘tingkah menyimpang’. Kalau kita mencermati media massa, beraneka ragam
model ‘tingkah menyimpang’ terjadi hampir setiap hari. Bukan saja dilakukan
oleh anak- anak dan remaja, tetapi juga oleh orang-orang tua yang bergelar
akademik tertentu. Ada segerombolan pelajar yang berpesta sex bebas
untuk merayakan kelulusan sekolah. Bahkan, berdasarkan penelitian terhadap pelajar
SMP dan SMA di beberapa kota besar di Indonesia, ditemukan hampir 85 % telah
melakukan hubungan sex di luar nikah. Hingga pesta miras dan narkoba
oleh Afriyani Susati dan kawan-kawan, yang berakhir tragis menewaskan sembilan
pejalan kaki di Tugu Tani, Jakarta.
Juga terlihat banyak pemuda bermabuk-mabukan
dengan mengkonsumsi narkoba dan obat-obatan terlarang lainnya. Kita juga tidak
dapat menyangkal, bahwa para pemimpin kita banyak yang berbuat tidak terpuji.
Misalnya kasus penyelewangan hukum oleh para mafia hukum sampai dengan tindak
korupsi yang mustahil untuk diatasi, dan masih banyak lagi.
Mengapa ini semua bisa terjadi? Jawabannya
adalah karena tidak adanya keseimbangan antara kemajuan Ilmu Pengetahuan dan
Tekhnologi (IPTEK) dengan penanaman Iman dan Taqwa (IMTAQ). Jiwa yang kosong
akan Iman dan Taqwa cenderung melakukan perbuatan yang dilarang meskipun Ilmu
dan Pengetahuan dikuasai.
Sekolah sebagai mini society memiliki peranan sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai IMTAQ kepada warganya. Artinya, penananam
Iman dan Taqwa bukan hanya untuk siswa, tetapi juga Kepala Sekolah, Komite
Sekolah, Guru, dan Karyawan lain. Artinya, penanaman Iman dan Taqwa merupakan
investasi utama dalam membentuk pribadi-pribadi unggul yang cakap memimpin
bangsa.
*)Mahasiswa
Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya
0 komentar:
Posting Komentar