2015 menjadi tahun yang penuh kelabu bagiku. Tahun yang membuatku merasa bimbang akan makna hidup yang sesungguhnya. Setelah lulus dari UIN Sunan Ampel Surabaya dan dinyatakan sebagai sarjana berprestasi non-akademik penerima penghargaan sebagai penulis di berbagai media massa, Aku semakin bimbang akan langkah hidup selanjutnya. Sepuluh bulan menjalani hari-hari di Kampung Inggris Pare sebagai penuntut ilmu bahasa inggris tak kunjung dapat menunjukanku akan makna hidup yang sebenarnya.
Mimpi untuk melanjutkan studi keluar negeri masih tetap menggebu.
Namun, terkadang aku berpikir apa sebenarnya yang hendak aku cari di negeri
orang tersebut. Benarkah aku hendak menuntut ilmu dengan niat setulus-tulussnya?
Apakah hanya sekedar gaya-gayaan bisa menjejakan kaki di belahan bumi lain?
Atau hanya sekedar mencari tabungan dari uang beasiswa agar dapat digunakanan
untuk kepentingan masa depan? Atau justru hanya sekedar ikut-ikutan? Ah,
rasanya aku belum bisa menemukan jawaban.