Sebaik-baik Manusia Adalah Orang yang Bermanfaat Bagi Sesama (H.R Buchori Muslim)
“Hidup adalah perjalanan waktu dan perpindahan tempat. Kapan pun dan di mana pun kita berada, haruslah memberi manfaat bagi sesama, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Learn, Share, Success! (Muhammad Ali Murtadlo)”

Sabtu, 20 Oktober 2012

Bernostalgia dengan Masa Kanak-kanak


Sekarang (Sabtu, 20 Oktober 2012) saya berada di kampung halaman. Kampung dimana saya dilahirkan. Ketika saya berada disini seakan semua kenangan tempo dulu teringat kembali. Saya jadi teringat ketika harus mencari rumput untuk sapi, saya teringat harus menggembalakan kambing sepulang sekolah, saya teringat harus membantu ibu di sawah ketika musim tanam padi, dan banyak lagi kenangan yang tak bisa kuungkapkan satu persatu.
Belum lagi kenangan bersama teman-teman semasa kecil. Ketika main kelereng, main Jumpritan, suri gendem, main karet, main bola, mencari burung, mencari belalang untuk makan burung, mencari jangkrik, main layangan, memancing, mencari ikan disungai, bluron, dan masih banyak permainan yang saya lupa namanya.
Saya masih teringat betul ketika itu saya masih kelas 4 MI, bersama temen-temen mandi di sungai (Bluron) yang airnya agak keruh, saking asyiknya kami bluron kami tidak menghiraukan bahwa air bertambah keruh, dan ternyata ulah kami tersebut membuat orang marah. Karena orang ini marah, tanpa diduga dia melemparkan semua baju kami ke sungai. Posisi Saya yang pada saat itu paling dekat dengan baju, saya langsung selurup hendak menyelamatkan. Ketika belum sampai memegang baju, tiba-tiba saya tenggelam terjebak sumur, karena saya belum lihai untuk berenang akhirnya saya tenggelam semakin dalam ke dalam sumur. Untungnya ada temen yang berusaha meraih tangan saya, akhirnya saya bisa terselamatkan. Bisa dibayangkan betapa takutnya saya saat itu, tidak bisa keukur berapa air sungai yang masuk dalam perut, dan yang paling saya takuti adalah saya pulang tanpa baju, karena baju saya tak ditemukan terbawa arus sungai. Sejak kejadian itu sampai sekarang saya masih trauma, tidak berani lagi bemain-main dengan air sungai. Sampai saat ini saya nggak bisa berenang.
Ada lagi, setiap musim kemarau tiba pasti di kampung saya banyak layang-layang beterbangan. Artinya musim kemarau tiba berarti tiba pula musim layang-layang. Mengenai layang-layang saya punya cerita menarik. Ketika angin berasal dari selatan otomatis layang-layang berada di arah utara, kebetulan kampong saya berada di utara. Ini adalah kebiasaan saya dan temen-temen yakni selain sambil mengibarkan laying-layang saya menunggu layang-layang yang putus dari kampung tetangga. Ketika ada yang putus, kami saling kejar-kejaran mengejar laying-layang itu. Kebetulan saat itu jam 17:00 WIB ada layang-layang Pateran putus. Saya dengan sekuat tenaga mengejar layang-layang itu. Singkat cerita layang-layang itu jatuh ditangan saya. Langsung saya berlari membawanya pulang dan menyembunyikannya di rumah. Hehe, kebiasaan se[erti ini jangan ditiru.
Sebaliknya, ketika musim hujan tiba kami biasanya menggeladak burung. Menggeladak burung adalah mengejar burung yang kedinginan karena hujan, biasanya ketika hujan lebat. Terkadang kami mendapat burung Cendet, gentilang, burung emprit dan lain-lain. Saking asyiknya biasanya kami lupa waktu, menjelang maghrib baru pulang.
Semua kenangan itu, hanya bisa saya kenang dan tak mungkin bisa terulang. Sekarang saya sudah tidak lagi mempunyai sapi, tidak lagi punya kambing, sudah tidak lagi bisa membantu ibu di sawah, dan tidak mungkin saya mengulangi waktu ketika masih MI dulu, sudah tidak bisa lagi main layang-layang, sudah tidak tidak bisa lagi menggeladak burung, dan mungkin temen-temen saya pada saat itu sudah tak ingat lagi dengan kenangan itu. Dan bahkan saya sudah tidak lagi bisa menemui mereka. Ada yang sudah menikah, ada yang berada di Luar Negeri menjadi TKI, ada yang melanjutkan pendidikan di Kota, ada juga yang di rumah membantu orang tuanya bekerja di sawah. Tapi saya yakin mereka punya cerita masing-masing, mereka punya jalan hidup masing-masing, begitu juga dengan saya. Yang harus saya lakukan sekarang adalah menikmati apa yang saat ini harus saya jalani, menatap masa depan dengan penuh kebahagiaan, dan menjemput cita-cita yang bergelimangan dengan kesuksesan. Mudah-mudahan !!!

Muhammad Ali Murtadlo
Kampung Halaman, Bojonegoro, 20 Oktober 2012 M.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India