Minggu,
15 oktober lalu saya dan rekan-rekanita IPNU-IPPNU IAIN Sunan Ampel Surabaya
mengikuti seminar nasional yang bertajuk Lingkungan Hidup Dan Penanggulangan
Bencana. Acara tersebut dihelat di Hotel Shangri-la, Jl. Mayjend Sungkono, oleh
Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) bekerjasama dengan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB).
Saya
berangkat kesana bersama sekitar tiga puluhan anak. Kami agak sedikit telat. Schedule normalnya pukul 08.00 sudah
dimulai, namun pukul 09.00 kami baru tiba disana. Kami masuk diruang seminar
setelah sebelumnya sempat salah tempat. Lokasinya di lantai 2, kami malah naik
di lantai 3. Maklum, karena tidak ada tanda-tanda sama sekali dari panitia dan
informasi pun masih belum jelas, hanya tahu bahwa tempatnya adalah di Hotel
Shangrila.
Saya
masuk mendapat giliran ke-tiga dari ke-tiga puluh anak ini. Setelah saya
mengisi daftar hadir langsung melangkahkan kaki menuju pintu masuk. Di dalam
ruangan sudah banyak peserta seminar. Saya memilih tempat di deretan tengah
bagian belakang. Bersama rekan Afwan (Ketua Ipnu) dan rekan shofi saya mulai
mengikuti khidmat acara, kebetulan acara baru pembukaan dan memasuki sesi
sambutan.
Saya
dan beberapa rekan, masuk ke ruangan tanpa membawa apa-apa, tanpa dikasih
apa-apa. Seyogyanya dalam seminar ataupun acara apapun pasti ada lah kalau hanya sekedar minum, tapi kali
ini kami nggak dikasih. Mungkin karena kehabisan atau karena kami dating telat,
saya nggak tahu. Akhirnya kira-kira hampr 3 jam kami menahan lapar dan haus,
bukan itu saja saya malah harus bertahan melawan kantuk.
Namun,
akhirnya setelah sabar menunggu, kira-kira pukul 12;30 seminar sesi pertama
selesai dan dilanjutkan Coffe Break. Karena
saking banyaknya peserta, Saya hanya kebagian teh, tidak kebagian makanan
(jajan).
Setelah
Coffe Break selesai, ini yang saya
tunggu-tunggu, waktunya makan siang. Acara ini tergolong cukup mewah, tentu
menu makanannya juga mewah. Apalagi lokasinya di Hotel bintang lima tentu menu
makanannya enak-enak. Cara makannya bukan seperti di warung tapi berupa
prasmanan, ambil sesukanya, tak ada larangan mau ngambil apa, tapi tentunya
harus sesuai batas kewajaran.
Yang
paling berkesan saat itu adalah ketika saling bercanda bersama rekan dan
rekanita. Seolah-olah tak ada sekat, seolah-olah kita adalah keluarga. Padahal
sebelumnya belum pernah mengenal sedekat ini, Apalagi ketika foto-foto, Hmmmm,
pada narsis sendiri-sendiri. Maklum baru pertama kali berkunjung ke hotel
bintang lima semacam shangrila.
Seminar
yang bertemakan “Membangun Komitmen Kebersamaan dalam Penanganan Masalah
Lingkungan dan Penanggulangan Bencana“ ini ada 2 sesi. Sesi pertama selesai
sebelum Coffe Break. Kira-kira pukul
12:30 WIB kemudian dilanjutkan sesi kedua, 13:30 WIB. Waktu satu jam dianggap
cukup untuk sekedar Istirahat Sholat dan Makan (Ishoma).
Yang
saya herankan dari hotel-hotel mewah di negeri ini (padahal mayoritas beragama
islam) namun tempat sholat saja sulit ditemukan. Salah satunya di hotel Shangri-la
ini. Mushola sih ada cuma tidak
terlalu diprioritaskan, hanya sekedar ada. Musholanya berada dilantai bawah,
diluar hotel terletak di pojok, kecil, hanya kira-kira ukuran 4x4 M. Bisa
dibayangkan tempat seluas itu pasti cuma bisa diisi bebrepa orang, sepuluh
orang saja tidak muat. Tempat wudlunya pun hanya seadanya. Sehingga untuk
sholat kami harus bergantian.
Dalam
seminar tersebut yang dapat saya tangkap dan pahami adalah bahwa kita sebagai
manusia selain mempunyai hubungan dengan sang pencipta (Hablum minaAllah) dan
hubungan dengan manusia (Hablum minannas) kita juga mempunyai hubungan dengan
lingkungan (Halum MinalAlam). Untuk itu kita sebagai penduduk bumi harus
melestarikan lingkungan. Karena lingkungan sebenarnya adalah manusia itu
sendiri. Siapa yang menjaga lingkungan berarti telah menjaga manusia.
Sebaliknya, siapa yang merusak lingkungan berarti merusak manusia dan juga
merusak peradaban manusia.
Dalam
sambutannya Prof. Kacung Marijan (Guru Besar Unair) mengatakan bahwa Alam
sebelum adanya eksplorasi dan eksploitasi manusia, itu apa adanya. Namun
setelah adanya eksplorasi dan eksploitasi manusia maka alam menjadi adanya
seperti sekarang. Beliau menambahkan bahwa tugas manusia bukan hanya
mengeksplorasi dan mengeksploitasi , lebih dari itu, manusia berkewajiban
mengelola untuk manusia sendiri demi keberlangsungan hidup. Eksplorasi dan
eksploitasi secara berlebihan akan berimplikasi kepada bencana. Untuk itu
diperlukan kesadaran dan tanggung jawab bersama, baik penguasa, pengusaha
maupun masyarakat secara keseluruhan.
Saya
tidak dapat menangkap secara keseluruhan apa yang disampaikan oleh masing
pemateri, karena pemateri ada Tujuh
orang, bahkan saya tidak ingat nama-namanya. Namun yang paling berkesan dan
mengena adalah apa yang disampaikan oleh Dr. H, Suparto Wijaya, Pakar
Lingkungan Unair, Surabaya. Doktor asal lamongan ini membuat suasana ruangan
sedikit mencair. Dengan gaya kocaknya dia menuturkan tentang ironi (maaf) sebuah tinja. Mengambil contoh di
Surabaya sendiri, setiap hari orang akan buang air besar, katakanlah satu orang
sekali buangan kira 1 Kg dalam sehari, jika dalam sebulan berarti 30 Kg tinja
yang terbuang. Itu baru satu orang, bisa
dibayangkan penduduk Surabaya ada berapa sampai saat ini, tinggal mengalikan
saja.
Pertanyaannya,
apakah sudah ada yang memikirkan itu dan memikirkan langkah apa yang bisa
dilakukan untuk memanfaatkan kotoran manusia tadi? Itu yang menjadi
perbincangan unik sekaligus kocak pada seminar kali itu. Sontak peserta dibuat
tertawa oleh Doktor suparto.
Dari
pemaparan beberapa pemateri itu saya dapat menarik kesimpulan bahwa menjaga
lingkungan berarti menjaga manusia. Menjaga manusia berarti menjaga
keberlangsungan hidup. Menjaga keberlangsungan merupakan bukti cinta akan
hidup, karena tugas kita hidup adalah sebagai khalifah fil Arld (Pemimpin, Perawat akan kehidupan di Bumi). Untuk
itu melestarikan lingkungan adala tugas dan tanggung jawab kita bersama.
Seminar
usai kira-kira pukul 15;30 kemudian dilanjutkan dengan upacara penutupan.
Setelah selesai, kembali ada Coffe Break
yang kedua. Kami dipersilahkan menikmati hidangan. Ada teh atau kopi, tinggal
ambil sesuai selera. Ada juga makanan yang saya tidak tahu namanya, namun enak
juga rasanya. Sekali lagi yang paling berkesan adalah saat bercengkerama, bercanda
bersama rekan-rekanita. Ini tak mungkin akan pernah terlupa.
Pukul
17;00 kami harus sudah meninggalkan hotel, karena kontrak untuk menggunakan
hotel berakhir setelah pukul 17:00. Setelah itu, akan dipakek prosesi
pernikahan oleh sherly dan irawan. Sebenarnya saya tidak tahu mereka siapa,
namun saya tahu namanya dari banyaknya ucapan selamat berbahagia yang berjajar
di depan hotel.
Si
kuning dan si hijau sudah lama menunggu. Pak sopir kami pun sudah tidak sabar
lagi ingin menjalankan mobilnya dan mengangkut kami. Akhirnya, kami pulang
dengan membawa sertifikat, uang transport dan tentunya membawa pengalaman
berharga yang akan terkenang menjadi bagian dari sejarah hidup.
O
ya, saya teringat dengan kata-kata Dr. Ali Masykur Moesa, M.Si, Ketua Umum PP
ISNU, dan ini menjadi mottonya dan motto ISNU “Dari Kontemplasi Menuju Aksi”. Kita bisa renungkan dan
syukur-syukur bisa mengamalkan.
Muhammad Ali Murtadlo, Sekretaris Umum PK.PT IPNU IAIN
Sunan Ampel Surabaya.