Sebaik-baik Manusia Adalah Orang yang Bermanfaat Bagi Sesama (H.R Buchori Muslim)
“Hidup adalah perjalanan waktu dan perpindahan tempat. Kapan pun dan di mana pun kita berada, haruslah memberi manfaat bagi sesama, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Learn, Share, Success! (Muhammad Ali Murtadlo)”

Minggu, 28 Oktober 2012

Idul Qurban di Pamekasan

Hari kedua Idul Adha tahun ini, banyak pengalaman menarik yang saya alami. Ketika baru saja membuka mata bangun dari mimpi panjang saat tidur setelah sholat subuh HP saya berdering. Ada sms masuk dari Ust Jumali, saya disuruh ke rumahnya. Ternyata saya diajak keliling Surabaya, mengambil kambing Qurban yang nantinya akan dibawa ke Pamekasan, Madura.
Pukul  08:45 WIB saya datang ke rumah. Sebelum berangkat untuk menjemput kambing saya diajak sarapan terlebih dahulu. Setelah perut terisi, dengan mengendarai Kijang Biru, kami berangkat. Ada beberapa tempat yang bakal kami tuju. Tempat pertama di masjid Baitul Falah, Ngagel, disana ada 2 kambing yang diambil. Kedua di Masjid At-taqwa, Jl. H.R. Muhammad, hanya satu kambing. Dan di Masjid At-taqwa, Gayung Kebonsari (Perumahan Injoko) satu kambing juga. Jadi ada 4 kambing yang kami bawa. Kami tiba di rumah kira-kira pukul 10:45 WIB.
***
Pukul 14:30 WIB, saya bersama P. Shoim (Mantan RT yang menjadi anak buah Ust. jumali) berangkat menuju Pamekasan. Dengan membawa kambing yang ditaruh di mobil bagian belakang kami bertolak kesana. Perjalanan lumayan menyenangkan, hanya saja ketika sampai di Perbatasan Bangkalan-Sampang, tepatnya di Jalan Raya Lomaer, terjadi antrean kendaraan hampir 1,5 KM, disebabkan ada jembatan runtuh. Otomatis pengguna Jalan harus bergantian karena hanya dapat dilewati satu sisi. Yang saya herankan, saya tidak melihat polisi sama sekali yang menertibkan disitu, malah warga yang harus bertugas mengatur lalu lintas. Dimana kamu pak polisi?!!!! Apakah tugasmu hanya menilang?
Ini kali kedua saya berkunjung di Pamekasan. Setelah dulu sempat bertolak kesana saat bersama Guru-Guru SMP ketika silaturrahmi di Rumah Ust. Nashirudin yang pada saat itu melangsungkan pernikahan. Kira-kira setahun yang lalu.
Surabaya-Pamekasan kami tempuh sekitar 4 Jam, itu karena ada kemacetan di daerah Lomaer, dan berhenti dua kali untuk sholat Asyar dan Magrhib. Kata P. Shoim, jika jalanan lancar Surabaya-Pamekasan hanya butuh waktu sekitar 3 jam. Saya percaya aja, karena dia yang lebih pengalaman.
Bagi yang belum pernah ke pamekasan saya kasih tahu bahwa jalannya kira-kira mirip jalanan di tretes, Berkelok-kelok dan menanjak. Hanya saja di pamekasan jarang kita jumpai orang yang menawarkan villa atau hotel seperti yang ada di Tretes. Karena memang di sana bukan daerah wisata terkenal seperti Tretes. Akan tetapi jangan salah, panorama di sana justru lebih asyik. Di sepanjang jalan sebelum menuju ke puncak di kiri jalan kita disuguhi panorama air laut, pantai, dan banyak kapal-kapal, hanya saja pantai disana kurang terawat.
Kami tiba pukul 19:30 waktu setempat. Setiba di sana kambing diturunkan dan kami langsung disambut dengan beraneka makanan. Ada sate, gule, mie, telur ceplok, ikan tongkol dan lain-lain. Saya hanya memilih telur, ikan tongkol dan sedikit kuah gule. Sembari mengobrol dengan tuan rumah kami melahap makanan dan kemudian disuguhi dengan segelas kopi khas Madura. Inilah yang saya kagumi dari warga Madura, penghormatan kepada tamu sangat tinggi. Kira-kira pukul 10 Malam saya baru memejamkan mata.
***
Keesokan harinya, setelah sholat shubuh, sebelum matahari menampakan sinarnya kami berkumpul di serambi rumah. Dengan ditemani secangkir kopi Madura saya asyik ngobrol bersama H. Nashirudin (Tuan Rumah), P. Shoim, P. Mustofa dan P. Khozen (Keduanya adalah tukang yang hendak mengecat mushola yang sedang dibangun di sebelah rumah). Obrolan dibuka oleh tuan rumah tentang kambing qurban. Dengan logat Madura asli tetapi dengan bahasa Indonesia beliau bertanya tentang harga kambing. Saya menjawab kalau harga kambing di Surabaya itu kisaran satu juta sampai dua juta, tinggal jenis dan ukurannya. Lho, kog saya tahu? Iya, Saya tahu dari orang yang kemaren berqurban kambing di mushola tempat saya, katanya dia membeli kambingnya harga Rp. 1.750.000. kambingnya lumayan besar, warna hitam.
Obrolan semakin menarik ketika masing-masing menceritakan pengalamannya tentang kambing. Saya sempat bertanya tentang jenis kambing gibas. Apa ada di sini (madura) kambing jenis ini? Katanya ada, namun harganya murah. Padahal kambing jenis gibas besarnya dua kali lipat dari kambing jawa (yang sering dijadikan qurban di kota-kota). Saya tahu karena saya dulu pernah menggembala kambing jenis gibas ini. Kambingnya berbulu tebal dan berbadan besar, tanduknya pun panjang-panjang dan melengkung. Namun saya kaget ternyata disini kambing jenis ini tidak begitu diminati.
Agak siang sekitar pukul 07:30, warga kampung Tlagah, Pegantenan, Pamekasan sudah mulai mengerumum di halaman rumah pak Nashir. Kyai yang bertugas menyembelih pun sudah datang. Anak-anak pun sudah meramaikan suasana. Saat itu saya diberi tugas oleh Ust. Jumali untuk mengambil gambar, atau lebih tepatnya sebagai juru dokumentasi.
Hewan Qurban yang hendak disembelih saat itu ada 7 ekor kambing dan seekor sapi. Sapi yang akan pertama kali disembelih. Namun sebelum disembelih sapi dan kambing-kambing tadi diambil gambarnya terlebih dahulu dengan kertas bertuliskan nama pekurban yang ditempelkan diperutnya, saya dengan sigap siap menjepretnya. Al-hasil gambar-gambar kambing telah memenuhi memori Kamera, dan siap untuk dilaporkan ke Ust. Jumali.
Selain itu saya juga mendokumentasikan semua aktifitas penyembelihan qurban. Mulai dari penjegalan, penyembelihan, panjagalan, sampai proses distribusi. Semua tidak ada yang luput dari jepretan kamera. Sampai-sampai foto-foto narsis pun saya cantumkan, termasuk foto saya pribadi. Hehe. Saya juga ikut berjibaku dengan daging kambing. Meskipun tidak banyak berandil, saya ikut membantu menguliti satu kambing.
Proses penyembelihan sampai pendistribusian selesai pukul 12:00. Saya merasa kecapekan meskipun hanya bertugas sebagai juru foto. Akhirnya, saya merebahkan badan dan ketiduran, saya baru terbangun ketika tuan rumah membangunkan saya untuk ikut makan siang.
Acara dilanjutkan dengan do’a bersama anak-anak yatim, yayasan LP3K Darul Ilmi, Pamekasan. Anak asuh ada sekitar 75 anak lebih yang tersebar di 6 desa, namun yang hadir saat itu hanya sekitar 20%, karena selain rumah mereka jauh-jauh saat itu di desa Tlagah sedang hujan cukup lebat, sehingga membuat mereka berhalangan hadir. Meskipun demikian, tidak mengurangi kekhusukan mereka dalam berdo’a. Do’a dipimpin langsung oleh Ust. Jumali. Setelah do’a usai kemudian dilanjutkan dengan makan-makan dan penyerahan daging kurban.
Sekitar pukul 16:30 saya kembali ke Surabaya bersama Kijang Biru yang disopiri P. Shoim. Seperti saat berangkat kemaren perjalanan berjalan mulus, hanya saja terjadi kemacetan di sepanjang perbatasan Sampang-Bangkalan tepatnya di Lomaer. Bahkan antrian kendaraan lebih parah, berjajar sekitar 4 KM lebih, pengguna jalan harus besabar dan berjalan merayap. Perjalanan pulang ini bukan hanya kami tempuh 4 jam tetapi sampai 6 jam. Pukul 23:00 saya baru tiba di Surabaya, Al-Ikhlas, markas tercinta.
Sungguh, ini adalah pengalaman yang tidak akan terlupakan. !

Muhammad Ali Murtadlo
Surabaya-Pamekasan, 27-28 Oktober 2012 M

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India