Asap Belerang Mengepul |
Salah satunya adalah menuju puncak Gunung Welirang di Kawasan Tahura R. Soerjo via Tretes.
Saya
berangkat bersama kawan sesama pendaki yang baru saya kenal lewat Facebook.
Lewat postingan di Group Ikatan Pendaki Jawa Timur (IPG Jawa Timur), lima belas
orang dipertemukan. Inisiatif untuk mendaki ini bukan tanpa rencana, melainkan
sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Perlengkapan gunung saya persiapkan, mulai Tas
Carier, Jaket, Sarung Tangan, Matras, Tenda, Kupluk, Senter sampai kebutuhan
perut. Setelah semua lengkap kami siap berangkat.
Kartar Alas |
Rencana
awal berangkat pada hari Jum’at (13/06), Pukul 15;00 WIB, namun karena beberapa
sebab, pukul 14;00 baru berangkat. Berkumpul di pintu gerbang Kampus UINSA
untuk kemudian menuju terminal Purabaya di Bungurasih. Di sana sudah menunggu
kawan-kawan lain dari Lamongan. Sekitar pukul 14;45 kami berlima belas berada
di halaman Mushola Terminal dan siap menuju Tretes. Untuk menuju Tretes kami
memanfaatkan jasa Bus Jurusan Malang turun di terminal Pandaan dan kemudian
naik len menuju Pos Pendakian di Tretes.
Sunyinya Hutan |
Pos
pendakian tepat di depan Hotel Tanjung, Tretes (Saya pernah mengikuti beberapa
acara yang diselenggarakan oleh Kampus di Hotel ini). Setelah mengisi perut,
sholat dan kemudian mengurus perizinan mendaki, sekitar pukul 20;00 WIB kami
mulai start. Perizinan dikenai biaya Rp. 7.500 perorang. Hanya menyerahkan
Kartu Tanda Penduduk (KTP) ketua rombongan kami sudah mengantongi karcis dan
selembar peta. Dan kebetulan saya ditunjuk teman-teman untuk menjadi ketua
rombongan. Padahal saya belum pernah ke Welirang dan semua anggota rombongan
ternyata belum ada yang pernah kesana.
Sebelum
berangkat kami berdo’a agar perjalanan lancar dan selamat sampai tujuan.
Berbekal senter seadanya kami mulai berangkat. Maklum, karena belum ada yang
pernah ke Welirang jadi kami lewat jalur pintas yang track awal sudah menanjak.
Sebenarnya jalur utama lewat samping hotel Surya tapi kami langsung menuju
hutan. Alhasil, kami disuguhi track yang lumayan menguras keringat.
Untuk
sampai puncak harus melewati 3 Pos. Pos pertama dinamakan Pet Bocor. Nama yang
mungkin diambil dari pipa saluran air yang bocor di situ. Di Pet Bocor ada
warung, namun ketika kami sampai sana warung tutup. Pos Kedua dinamakan
Kopkopan. Jarak tempuh dari Pet Bocor menuju Kopkopan lumayan jauh. Kami harus
menempuh perjalanan selama kira-kira 5 Jam dengan durasi istirahat jika
diakumulasikan sekitar 1 jam setengah. Maklum, anggota kami ada yang berbadan
gemuk dan besar sehingga harus jalan pelan-pelan. Hehe.
Perjalanan
malam membuat suasana dan sensasi pendakian lebih keren. Untung malam itu tidak
hujan jadi kami bisa menikmati cahaya bulan dan gemerlap bintang. Namun sayang,
cahaya bulan dan gemerlap bintang itu tak sepenuhnya terlihat, ia muncul dan
menghilang karena tertutup oleh tebalnya kabut dan awan. Dengan ditemani suara
hutan yang sunyi dan sapaan para pendaki lain kami menikmati perjalanan yang
sangat mengasyikan itu. Rasa penasaran untuk sampai pos kedua (kopkopan)
membuat semangat saya membuncah. Apalagi ketika sudah bisa melihat cahaya lampu
penduduk dari balik semak-semak dan pepohonan. Sesekali saya berteriak kencang
untuk melepas kepenatan.
Rombongan
terpisah, saya berempat menjadi rombongan terakhir. Berjalan pelan-pelan
akhirnya sampai di Kopkopan sekitar pukul 01;30 WIB. Langkah gontai dan
letihnya kaki melangkah terbayar sudah dengan pemandangan yang menakjubkan.
Langsung mendirikan tenda, membuat kopi, mie dan kemudia beristirahat.
Kebetulan waktu itu banyak pendaki yang ngecamp di kopkopan.
Pagi
sekitar pukul 08;00 kami bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan menuju pos
ketiga yang diberi nama Pondokan. Jarak tempuhnya lumayan jauh dengan track
yang terus-terusan menanjak. Tak ada jalan landai, paling-paling cuma jarak 5
meter sudah menanjak lagi. Bahkan ada track yang menanjaknya keterlaluan, sekitar
30 derajat. Konon, track itu dinamakan tanjakan Asu. Sampai di situ mau tak mau
pendaki harus berjalan dengan mengerahkan segala tenaga. Namun karena keceriaan
teman-teman, perjalanan yang melelahkan itu tak terasa.
Sekitar
Pukul 01;30 kami sampai di Pondokan. Dinamakan pondokan karena disitu banyak
gubuk tempat para penambang belerang dari puncak welirang. Tempatnya hijau
dengan dikelilingi pohon-pohon tinggi. Sesampai di sana langsung mencari tempat
nyaman untuk mendirikan tenda. Di Pondokan kami bermalam hingga besok pagi.
Laksana Asap yang Mengepul |
Setengah
7 setelah sarapan dan memenuhi kebutuhan naluri lainnya kami berangkat menuju
puncak. Jalurnya lumyan menanjak tapi tidak seperti ketika menuju pondokan.
Perjalanan menuju puncak inilah yang sangat berkesan. Ketika hampir sampai
puncak, masih di lereng, kami sudah melihat banyaknya puncak gunung,
sampai-sampai puncak mahameru kelihatan. Di sinilah kami mengambil view yang
menarik dan mengabadikan dengan kamera.
Lelah
dan letih terbayar sudah ketika kami sudah melihat puncak dengan asap belerang
yang mengepul. Sambil beristirahat dan membasahi tenggorokan kami disuguhi asap
belerang yang baunya seperti bau kentut. Semakin ke atas semakin menakjubkan
pemandangannya. Setelah sampai puncak terbayar sudah semua letih di perjalanan.
Melihat negeri di atas awan ini semakin meyakinkan saya bahwa manusia adalah
makhluk kecil dibanding luasnya alam ini.
Seperti
kata anonim “Puncak adalah tujuan semu, tujuan utama adalah kembali ke rumah
dengan selamat”, maka setelah puas di puncak kami turun dan kembali kerumah.
Kalau naik membutuhkan waktu seharian, berbeda dengan turun. Kami hanya butuh 7
jam untuk sampai di Pos Perizinan, Tretes. Setelah sampai dasar, kami segera
pulang kembali ke rumah masing-masing untuk menyusun rencana hidup selanjutnya.
Oya. Rombongan kami bernama Penssil yang bisa bermakna ganda, Pendaki
Sidoarjo Surabaya Lamongan atau Pendaki Sip-Sip dan Gokil. Sampai ketemu di
trip selanjutnya!
Muhammad
Ali Murtadlo, Pecinta Negeri di Atas Awan.
0 komentar:
Posting Komentar