Sebaik-baik Manusia Adalah Orang yang Bermanfaat Bagi Sesama (H.R Buchori Muslim)
“Hidup adalah perjalanan waktu dan perpindahan tempat. Kapan pun dan di mana pun kita berada, haruslah memberi manfaat bagi sesama, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Learn, Share, Success! (Muhammad Ali Murtadlo)”

Senin, 11 Januari 2016

Nisfhu Sya’ban di Puncak Welirang


Asap Belerang Mengepul
Apapun itu jika terasa enak, puas dan menyenangkan pasti akan ketagihan. Seperti halnya mendaki gunung telah menyihir saya menjadi ketagihan. Pertama kali mendaki gunung ketika menjajal track Gunung Lawu pada 17 Agustus 2013 kemudian ke Gunung Semeru (Ranu Kumbolo) di Tahun Baru 2014 dan selanjutnya menjajaki gunung-gunung lain di Jawa Timur.
Salah satunya adalah menuju puncak Gunung Welirang di Kawasan Tahura R. Soerjo via Tretes.

Saya berangkat bersama kawan sesama pendaki yang baru saya kenal lewat Facebook. Lewat postingan di Group Ikatan Pendaki Jawa Timur (IPG Jawa Timur), lima belas orang dipertemukan. Inisiatif untuk mendaki ini bukan tanpa rencana, melainkan sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Perlengkapan gunung saya persiapkan, mulai Tas Carier, Jaket, Sarung Tangan, Matras, Tenda, Kupluk, Senter sampai kebutuhan perut. Setelah semua lengkap kami siap berangkat.
Kartar Alas
Rencana awal berangkat pada hari Jum’at (13/06), Pukul 15;00 WIB, namun karena beberapa sebab, pukul 14;00 baru berangkat. Berkumpul di pintu gerbang Kampus UINSA untuk kemudian menuju terminal Purabaya di Bungurasih. Di sana sudah menunggu kawan-kawan lain dari Lamongan. Sekitar pukul 14;45 kami berlima belas berada di halaman Mushola Terminal dan siap menuju Tretes. Untuk menuju Tretes kami memanfaatkan jasa Bus Jurusan Malang turun di terminal Pandaan dan kemudian naik len menuju Pos Pendakian di Tretes.
Sunyinya Hutan
Pos pendakian tepat di depan Hotel Tanjung, Tretes (Saya pernah mengikuti beberapa acara yang diselenggarakan oleh Kampus di Hotel ini). Setelah mengisi perut, sholat dan kemudian mengurus perizinan mendaki, sekitar pukul 20;00 WIB kami mulai start. Perizinan dikenai biaya Rp. 7.500 perorang. Hanya menyerahkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) ketua rombongan kami sudah mengantongi karcis dan selembar peta. Dan kebetulan saya ditunjuk teman-teman untuk menjadi ketua rombongan. Padahal saya belum pernah ke Welirang dan semua anggota rombongan ternyata belum ada yang pernah kesana.
 
Puncak Gunung Lain

Sebelum berangkat kami berdo’a agar perjalanan lancar dan selamat sampai tujuan. Berbekal senter seadanya kami mulai berangkat. Maklum, karena belum ada yang pernah ke Welirang jadi kami lewat jalur pintas yang track awal sudah menanjak. Sebenarnya jalur utama lewat samping hotel Surya tapi kami langsung menuju hutan. Alhasil, kami disuguhi track yang lumayan menguras keringat.
 
Hijau dan Alami
Untuk sampai puncak harus melewati 3 Pos. Pos pertama dinamakan Pet Bocor. Nama yang mungkin diambil dari pipa saluran air yang bocor di situ. Di Pet Bocor ada warung, namun ketika kami sampai sana warung tutup. Pos Kedua dinamakan Kopkopan. Jarak tempuh dari Pet Bocor menuju Kopkopan lumayan jauh. Kami harus menempuh perjalanan selama kira-kira 5 Jam dengan durasi istirahat jika diakumulasikan sekitar 1 jam setengah. Maklum, anggota kami ada yang berbadan gemuk dan besar sehingga harus jalan pelan-pelan. Hehe.

Perjalanan malam membuat suasana dan sensasi pendakian lebih keren. Untung malam itu tidak hujan jadi kami bisa menikmati cahaya bulan dan gemerlap bintang. Namun sayang, cahaya bulan dan gemerlap bintang itu tak sepenuhnya terlihat, ia muncul dan menghilang karena tertutup oleh tebalnya kabut dan awan. Dengan ditemani suara hutan yang sunyi dan sapaan para pendaki lain kami menikmati perjalanan yang sangat mengasyikan itu. Rasa penasaran untuk sampai pos kedua (kopkopan) membuat semangat saya membuncah. Apalagi ketika sudah bisa melihat cahaya lampu penduduk dari balik semak-semak dan pepohonan. Sesekali saya berteriak kencang untuk melepas kepenatan.
 
Ini Bukan di Makkah
Rombongan terpisah, saya berempat menjadi rombongan terakhir. Berjalan pelan-pelan akhirnya sampai di Kopkopan sekitar pukul 01;30 WIB. Langkah gontai dan letihnya kaki melangkah terbayar sudah dengan pemandangan yang menakjubkan. Langsung mendirikan tenda, membuat kopi, mie dan kemudia beristirahat. Kebetulan waktu itu banyak pendaki yang ngecamp di kopkopan.


Pagi sekitar pukul 08;00 kami bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan menuju pos ketiga yang diberi nama Pondokan. Jarak tempuhnya lumayan jauh dengan track yang terus-terusan menanjak. Tak ada jalan landai, paling-paling cuma jarak 5 meter sudah menanjak lagi. Bahkan ada track yang menanjaknya keterlaluan, sekitar 30 derajat. Konon, track itu dinamakan tanjakan Asu. Sampai di situ mau tak mau pendaki harus berjalan dengan mengerahkan segala tenaga. Namun karena keceriaan teman-teman, perjalanan yang melelahkan itu tak terasa. 
 
Kawah Welirang
Sekitar Pukul 01;30 kami sampai di Pondokan. Dinamakan pondokan karena disitu banyak gubuk tempat para penambang belerang dari puncak welirang. Tempatnya hijau dengan dikelilingi pohon-pohon tinggi. Sesampai di sana langsung mencari tempat nyaman untuk mendirikan tenda. Di Pondokan kami bermalam hingga besok pagi.


Laksana Asap yang Mengepul

Setengah 7 setelah sarapan dan memenuhi kebutuhan naluri lainnya kami berangkat menuju puncak. Jalurnya lumyan menanjak tapi tidak seperti ketika menuju pondokan. Perjalanan menuju puncak inilah yang sangat berkesan. Ketika hampir sampai puncak, masih di lereng, kami sudah melihat banyaknya puncak gunung, sampai-sampai puncak mahameru kelihatan. Di sinilah kami mengambil view yang menarik dan mengabadikan dengan kamera.
 
Gua Welirang
Lelah dan letih terbayar sudah ketika kami sudah melihat puncak dengan asap belerang yang mengepul. Sambil beristirahat dan membasahi tenggorokan kami disuguhi asap belerang yang baunya seperti bau kentut. Semakin ke atas semakin menakjubkan pemandangannya. Setelah sampai puncak terbayar sudah semua letih di perjalanan. Melihat negeri di atas awan ini semakin meyakinkan saya bahwa manusia adalah makhluk kecil dibanding luasnya alam ini. 

Seperti kata anonim “Puncak adalah tujuan semu, tujuan utama adalah kembali ke rumah dengan selamat”, maka setelah puas di puncak kami turun dan kembali kerumah. Kalau naik membutuhkan waktu seharian, berbeda dengan turun. Kami hanya butuh 7 jam untuk sampai di Pos Perizinan, Tretes. Setelah sampai dasar, kami segera pulang kembali ke rumah masing-masing untuk menyusun rencana hidup selanjutnya. Oya. Rombongan kami bernama Penssil yang bisa bermakna ganda, Pendaki Sidoarjo Surabaya Lamongan atau Pendaki Sip-Sip dan Gokil. Sampai ketemu di trip selanjutnya!

Muhammad Ali Murtadlo, Pecinta Negeri di Atas Awan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India