We are BFF: Best Friend Forever |
Selama ini, kebanyakan orang lebih senang berwisata di tempat wisata buatan. Tempat wisata seperti Jawa Timur Park (Malang), Wisata Bahari Lamongan (Lamongan), Kebun Binatang Surabaya (Surabaya), dan tempat wisata buatan lainnya lebih banyak diminati, daripada tempat-tempat yang alami.
Padahal, sesuatu yang alami lebih sedap dipandang mata. Selain memanjakan mata, kita dapat merasakan betapa indah ciptaan Tuhan.
Bersama sebelas teman lain, saya berkunjung ke Air Terjun Leyangan. Leyangan adalah air terjun yang terletak di Dusun Goliman, Desa Goliman, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri. Lokasinya tak jauh dari pusat kota Kediri, hanya sekitar 20 KM. Berbeda dengan air terjun lain, Leyangan belum tersentuh pengembangan dari dinas terkait. Kita tidak diharuskan membayar retribusi, seratus persen gratis. Tidak ada pintu gerbang ataupun penunjuk arah. Bahkan papan nama juga tidak tersedia.
Bersama sebelas teman lain, saya berkunjung ke Air Terjun Leyangan. Leyangan adalah air terjun yang terletak di Dusun Goliman, Desa Goliman, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri. Lokasinya tak jauh dari pusat kota Kediri, hanya sekitar 20 KM. Berbeda dengan air terjun lain, Leyangan belum tersentuh pengembangan dari dinas terkait. Kita tidak diharuskan membayar retribusi, seratus persen gratis. Tidak ada pintu gerbang ataupun penunjuk arah. Bahkan papan nama juga tidak tersedia.
Istirahat Sejenak |
Meskipun demikian, kita bisa bertanya kepada warga. Untuk menuju kesana kita harus berjalan kaki sekitar 4,7 KM dari pemukiman. Jalan yang dilalui berupa hutan yang terjal dan menanjak. Namun tetap aman dan nyaman, selagi kita bersahabat dengan alam.
Tidak ada angkutan umum untuk menuju ke sana, kita harus membawa kendaraan pribadi. Saya berangkat dari Surabaya, pagi, sekitar pukul 08;00. Sebelum sampai di Kediri, sarapan di Ngoro, Jombang, menikmati ikan wader dan uceng khas Ngoro. Sampai di Kediri sekitar dluhur. Mampir dulu di rumah teman untuk mempersiapkan bekal dan sebagainya. Baru sekitar pukul 04;00 kita berangkat menuju Leyangan. Sepanjang perjalanan diguyur hujan. Sempat mampir di warung untuk mengisi perut. Sampai di desa Goliman ba’dla maghrib. Setelah urusan parkir, sholat dan sebagainya selesai, pukul 18;30 kita berangkat. Sebelum benar-benar masuk hutan kita berdo’a agar perjalanan aman dan selamat sampai tujuan.
Bisa dipakae Latihan Silat |
Pelangi di Air Terjun |
Dengan penerangan seadanya dan ditemani guyuran gerimis rintik-rintik kita melangkahkan kaki. Untungnya hujan mulai mereda. Mendung berganti awan yang disinari pancaran bulan. Pemandangan malam jadi lebih kelihatan. Perjalanan semakin nikmat ketika kita melihat ke atas. Hamparan langit dengan bulan yang memancar memberikan warna tersendiri. Dari kejauhan terlihat pemukiman warga dengan kerlap-kerlip lampu bercahaya. Tak ada rasa capek, yang ada hanyalah suara derapan kaki.
Track pertama lumayan menanjak, namun selanjutnya datar biasa saja. Kita disuguhi dengan suara alam yang jarang ditemui di kota-kota penuh polusi. Inilah, sisi menariknya menjadi pecinta alam, kita bisa menikmati alam dari jarak dekat.
Ada banyak jalan bercabang, namun kita bisa mengikuti pipa air yang menjulur sebagai penunjuk arah. Pipa air tersebut hanya sampai di tandon. Tandon terletak di samping sungai deras yang berbatu. Kita melewati itu. Setelah itu perjalanan semakin menantang. Tracknya semakin menanjak, jika tidak hati-hati kita bisa terpeleset dan terperosok ke jurang.
Sekitar pukul 21;30 kita sampai di air terjun Leyangan. Suara gemuruh air jatuh menambah suasana alami. Hawa semakin dingin. Kita mendirikan tenda. Setelah urusan ibadah selesai kemudian kita bersikukuh menyalakan api. Tak mudah menyalakan api di tempat dingin dan kondisi pasca hujan seperti ini. Untungnya, ada teman yang membawa peralatan camping lengkap. Api menyala, masak air, menyeduh kopi dan menikmati mie instan. Inilah momen-momen tak terlupakan. Berkumpul bersama kawan di tempat alami, di bawah sinar bulan yang terang benderang seperti ini.
Sepanjang malam diisi dengan aktivitas ringan. Ada yang bernostalgia dengan masa lalu atau sekedar main catur. Lewat tengah malam kita mengistirahatkan badan, tidur. Usai sholat subuh, kita disuguhi pemandangan yang menakjubkan. Kalau tadi malam hanya mendengar suara gemuruh air jatuh dan pemandangan yang samar-samar, kali ini kita benar-benar melihat pemandangan itu. Air jatuh dari ketinggian sekitar 70 Meter. Bahkan ketika matahari mulai meninggi, mulai muncul pancaran pelangi. Eksotis. Leyangan memang benar-benar menawan!
Track pertama lumayan menanjak, namun selanjutnya datar biasa saja. Kita disuguhi dengan suara alam yang jarang ditemui di kota-kota penuh polusi. Inilah, sisi menariknya menjadi pecinta alam, kita bisa menikmati alam dari jarak dekat.
Ada banyak jalan bercabang, namun kita bisa mengikuti pipa air yang menjulur sebagai penunjuk arah. Pipa air tersebut hanya sampai di tandon. Tandon terletak di samping sungai deras yang berbatu. Kita melewati itu. Setelah itu perjalanan semakin menantang. Tracknya semakin menanjak, jika tidak hati-hati kita bisa terpeleset dan terperosok ke jurang.
Sekitar pukul 21;30 kita sampai di air terjun Leyangan. Suara gemuruh air jatuh menambah suasana alami. Hawa semakin dingin. Kita mendirikan tenda. Setelah urusan ibadah selesai kemudian kita bersikukuh menyalakan api. Tak mudah menyalakan api di tempat dingin dan kondisi pasca hujan seperti ini. Untungnya, ada teman yang membawa peralatan camping lengkap. Api menyala, masak air, menyeduh kopi dan menikmati mie instan. Inilah momen-momen tak terlupakan. Berkumpul bersama kawan di tempat alami, di bawah sinar bulan yang terang benderang seperti ini.
Dimuat di Koran Surya |
Kita menghabiskan waktu dengan foto-foto, mandi dan seru-seruan. Saya tidak ikut mandi. Dingin sekali. Setelah puas, mulai packing perlengkapan. Pukul 09;00 kami mulai turun. Kebetulan ada rombongan baru, kami berpamitan. Sampai di bawah pukul 11;00. Siap-siap kembali ke Surabaya.
Muhammad Ali Murtadlo, Penyuka kluyuran menikmati alam
Muhammad Ali Murtadlo, Penyuka kluyuran menikmati alam
Tulisan ini pernah dipublikasikan oleh Harian Surya, baik cetak maupun online.
0 komentar:
Posting Komentar